BAGIKAN

Kelabang pemakan burung raksasa mungkin terdengar seperti sesuatu yang keluar dari film fiksi ilmiah – tetapi sebenarnya tidak. Di Pulau Phillip yang kecil, bagian dari kelompok Pulau Norfolk Pasifik Selatan, populasi kelabang Pulau Phillip ( Cormocephalus coynei ) dapat membunuh dan memakan hingga 3.700 anak burung laut setiap tahunnya.

Dan ini sepenuhnya alami. Makhluk unik yang endemik di Phillip Island ini memiliki pola makan yang terdiri dari sebagian besar hewan vertebrata termasuk anak burung laut.

Sebagai predator besar lautan, burung laut biasanya berada di puncak rantai makanan. Tetapi studi baru kami, yang diterbitkan dalam The American Naturalist, menunjukkan bahwa hal ini tidak selalu demikian.

Kami menunjukkan seberapa besar, artropoda predator dapat memainkan peran penting dalam jaring makanan ekosistem di pulau tersebut. Dan kelabang Phillip Island mencapainya melalui makanannya yang sangat bervariasi.

Predator bersenjata lengkap bergerak di malam hari

Kelabang ini dapat tumbuh hingga hampir satu kaki (atau 30,5 cm) panjangnya. Ia dipersenjatai dengan racun kuat yang terbungkus dalam dua pelengkap seperti penjepit yang disebut “forcipules”, yang digunakannya untuk melumpuhkan mangsanya. Tubuhnya dilindungi oleh sejenis perisai kuat yang melindungi setiap segmen di sepanjang tubuhnya.

Pada saat malam yang hangat dan lembap, artropoda yang sangat aktif di malam hari ini berburu melalui serasah dedaunan yang tebal, menelusuri labirin sarang burung laut di sepanjang lantai hutan. Kelabang yang sedang mencari mangsa akan menggunakan dua antena yang sangat sensitifnya untuk bernavigasi saat mencari mangsa.

Kelabang berburu berbagai jenis buruan yang tidak terduga, mulai dari jangkrik hingga anak burung laut, tokek, dan kadal. Ia bahkan berburu ikan — yang dijatuhkan oleh burung laut black noddies ( Anous minuta ) yang membuat sarangnya di atas pepohonan.

Penemuan yang mengerikan

Tak lama setelah kami memulai penelitian kami tentang ekologi burung laut yang menggali di Phillip Island, kami menemukan bahwa anak-anak burung petrel bersayap hitam ( Pterodroma nigripennis ) menjadi mangsa kelabang Phillip Island.

Kami tahu ini membutuhkan penyelidikan lebih lanjut, jadi kami mulai mengungkap misteri kebiasaan pola makan dari artropoda besar ini.

Anak burung petrel bersayap hitam di Phillip Island. (Credit:Trudy Chatwin)

Untuk mengetahui apa yang dimakan kelabang ini, kami mempelajari aktivitas makan mereka di malam hari dan mencatat spesies mangsa yang mereka targetkan. Kami juga memantau anak burung petrel di lubang sarang mereka setiap beberapa hari, selama berbulan-bulan.

Kami akhirnya mulai memahami pola cedera yang konsisten di antara anak-anak burung yang tewas. Kami bahkan menyaksikan seekor kelabang menyerang dan memakan seekor anak burung.

Dari tingkat pemangsaan yang kami amati, kami menghitung bahwa populasi kelabang Phillip Island dapat membunuh dan memakan antara 2.109 hingga 3.724 anak burung petrel setiap tahunnya. Petrel bersayap hitam — yang memiliki hingga 19.000 pasangan yang berkembang biak di pulau itu — tampaknya cukup tangguh pada tingkat predasi ini.

Dan pemangsaan petrel bersayap hitam oleh kelabang Phillip Island merupakan suatu hubungan predator-mangsa yang sepenuhnya alami. Dengan memangsa vertebrata, kelabang mendapatkan nutrisi yang dibawa dari laut oleh burung laut dan mendistribusikannya ke seluruh pulau.

Dalam beberapa hal, mereka telah mengambil tempat (atau ceruk ekologis ) mamalia pemangsa, yang tidak ada di pulau itu.

Pemulihan dan restorasi

Sampai beberapa dekade yang lalu, kelabang Phillip Island sangat langka. Faktanya, secara resmi itu hanya dideskripsikan sebagai suatu spesies pada tahun 1984.

Setelah pencarian intensif pada tahun 1980, hanya beberapa ekor kelabang berukuran kecil yang ditemukan. Kelangkaan spesies saat itu kemungkinan besar karena habitat yang sangat rusak yang disebabkan oleh babi, kambing, dan kelinci yang dibawa oleh manusia ke pulau itu.

Pemusnahan hama invasif ini, memungkinkan petrel bersayap hitam untuk berkoloni. Populasi mereka telah meledak dan mereka sekarang menjadi spesies burung laut yang paling melimpah dari 13 spesies burung laut yang berkembang biak di Phillip Island.

Mereka menyediakan sumber makanan berkualitas tinggi untuk kelabang Phillip Island dan karena itu kemungkinan besar membantu populasi kelabang untuk kembali pulih.

Endapan tulang purba yang terkubur di dalam tanah menunjukkan bahwa sebelum kedatangan petrel bersayap hitam, Phillip Island adalah rumah bagi sejumlah besar spesies burung laut kecil yang bersarang di dalam sebuah lubang. Kemungkinan kelabang Phillip Island memangsa burung laut ini juga.

Sekarang, berkat upaya konservasi Taman Nasional Pulau Norfolk, hutan pulau ini beregenerasi bersama spesies endemik seperti kelabang, serta kembang sepatu Phillip Island yang terancam punah ( Hibiscus insularis ).


, Ecologist, Monash University

Director, Monash Drone Discovery Platform, and Senior Lecturer in Ecology, Monash University

Biologist, Monash University

The Conversation