BAGIKAN
Sophie Dale

Dalam berkomunikasi, manusia seringkali menggunakan sebuah kalimat pembuka dalam mengawali sebuah percakapan, seperti “Apa kabar?”. Lalu mengakhirinya dengan sebuah kalimat penutup lainnya, seperti “Sampai jumpa”. Ternyata, beberapa primata lainnya juga melakukan hal yang sama.

Dalam sebuah penelitian terbaru, para peneliti telah menemukan bahwa kera dengan sengaja menggunakan sebuah sinyal untuk memulai dan mengakhiri interaksi mereka. Hasil penelitian ini, telah dipublikasikan di jurnal iScience.

Penelitian ini dilakukan dengan mengamati serta menganalsis 1.242 interaksi dari kelompok bonobo dan simpanse di sebuah kebun binatang. Para peneliti menemukan bahwa kera sering kali menggunakan tatapan dan sebuah sinyal untuk memulai atau mengakhiri pertukaran. Ini adalah sesuatu yang sebanding dengan interaksi pada manusia.

Para penulis percaya bahwa temuan ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang asal usul dan evolusi ‘komitmen bersama’ sebagai sebuah proses yang tidak hanya pada manusia. Ini mengacu pada proses di mana kita saling berbagi niat dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

“Komitmen bersama sebagai proses mengacu pada pertukaran sinyal yang diperlukan bagi calon peserta bersama untuk sampai pada keyakinan bersama bahwa mereka berkomitmen pada suatu tindakan di mana masing-masing memiliki bagiannya untuk dimainkan,” tulis tim dalam laporannya. Memulai percakapan dengan bertukar salam adalah contoh sederhananya.

“Perilaku tidak memfosil. Anda tidak dapat menggali tulang untuk melihat bagaimana perilaku telah berevolusi. Tetapi Anda dapat mempelajari kerabat terdekat kita yang masih hidup: kera besar seperti simpanse dan bonobo,” kata Raphaela Heesen, peneliti kognisi sosial di Universitas Durham, dan rekan penulis studi ini.

Dalam studi tersebut, bonobo bertukar sinyal masuk dan saling menatap sebelum bermain 90% dari waktu dan simpanse 69% dari waktu. Fase keluar bahkan lebih umum, dengan 92% bonobo dan 86% interaksi simpanse melibatkan pintu keluar. Sinyal termasuk gerakan seperti menyentuh satu sama lain, berpegangan tangan atau menyeruduk kepala, atau menatap satu sama lain, sebelum dan sesudah pertemuan seperti berdandan atau bermain.

Para peneliti juga mempertimbangkan faktor-faktor seperti seberapa dekat kera satu sama lain secara sosial atau siapa yang lebih berkuasa atas yang lain. Menariknya, semakin dekat bonobo satu sama lain, semakin pendek durasi fase masuk dan keluar mereka, jika memang ada. Penulis mengatakan pola ini mirip dengan bagaimana kita, sebagai manusia, berkomunikasi dengan orang lain juga.

“Ketika Anda berinteraksi dengan seorang teman baik, Anda cenderung tidak berusaha keras untuk berkomunikasi dengan sopan,” kata Heesen.

Namun, tingkat persahabatan dan kekuatan ikatan sosial tampaknya tidak memengaruhi sama sekali simpanse bagaimana mengawali dan mengakhiri interaksi. Ini bisa jadi karena dibandingkan dengan hierarki kekuasaan despotik simpanse, masyarakat bonobo pada umumnya didokumentasikan lebih egaliter, dimana lebih mengutamakan persahabatan dan aliansi antara perempuan dan hubungan dekat ibu-anak.

Untuk memahami asal usul dan evolusi komitmen bersama, penelitian ini merupakan langkah maju lainnya—tetapi Heesen mengatakan masih banyak yang harus dilakukan. “Apakah jenis komunikasi ini ada pada spesies lain, juga akan menarik untuk dipelajari di masa depan.”