Pada umumnya, setiap orang takut akan ular. Namun, sepertinya itu adalah salah satu bawaan yang diturunkan secara genetika dari leluhur kita. Bukan saja terhadap ular yang cenderung membahayakan, manusia memiliki respon yang secara otomatis muncul terhadap alam. Mulai dari lingkungan, jenis tumbuhan yang akan ditanam, hingga makanan yang akan di nikmati, semuanya terbentuk secara perlahan dan dirajut dalam genetika.
Setidaknya, itulah yang diklaim oleh oleh ahli biologi evolusi Gordon H. Orians dalam bukunya Snakes, Sunrises, and Shakespeare. Orians berpendapat bahwa ketertarikan kita untuk menambahkan rempah-rempah pada makanan muncul dari kebutuhan untuk melindungi makanan – terutama daging – dari patogen. Pengamatan ini dipasangkan dengan ulasan cerdas dari beberapa ribu resep dari berbagai buku masak global, yang mengungkapkan bahwa resep sayuran secara universal mengandung rempah-rempah yang jauh lebih sedikit daripada resep masakan daging. Demikian juga, Orians berpendapat bahwa mual di pagi hari pada wanita hamil adalah tanggapan yang diturunkan secara evolusioner terhadap bahaya yang dapat mengekspos janin pada trimester pertama dari patogen melalui makanan.
Kembali ke permasalahan rasa takut, Discover Magazine telah merangkum tulisan Orians, yang menurutnya manusia telah diprogram secara genetis untuk menakuti enam bahaya di alam, sebagai berikut:
1. Ular
(Credit:Foto-Rabe)
Nenek moyang kita akan mendapat manfaat dari kemampuan untuk mendeteksi pemangsa yang senyap dan tersembunyi dari pandangan sekilas. Sistem khusus untuk membedakan pola-pola teselasi yang dapat membantu berkamuflase, seperti garis-garis, bintik-bintik, dan pola kompleks yang biasa dimiliki reptil. Penelitian menunjukkan bahwa kita memiliki sistem khusus untuk mendeteksinya. Pola teselasi jarang terjadi di alam tetapi umum di antara ular. Namun, sel-sel sistem visual mamalia sangat terstimulasi oleh pola-pola seperti itu.
Modul ketakutan saraf kita meningkatkan kemampuan kita untuk mendeteksi ular yang tidak bergerak, bahkan ketika kita tidak menyadari bahwa kita telah melihatnya. Lynne Isbell membuat argumen yang meyakinkan bahwa kemampuan yang ditingkatkan untuk mendeteksi ular yang tidak bergerak adalah faktor yang mendukung evolusi dari fitur yang tidak biasa dalam sistem visual primata.
2. Mikroba
(Credit: Gerd Altmann)
Kita tidak mengetahui keberadaan mikroorganisme hingga sampai abad ketujuh belas. Kita juga tidak tahu bahwa mikroba dapat menyebabkan berbagai penyakit sampai seabad yang lalu saja, jadi manusia belum berevolusi untuk mengembangkan rasa takut terhadap mikroba. Namun, orang mengalami kejijikan ketika melihat hal-hal yang berhubungan dengan patogen seperti luka bernanah, daging busuk, mayat, dan kotoran.
3. Benda Runcing
(Credit: Nikole Kohler)
Sabana Afrika dipenuhi dengan berbagai tanaman berduri yang tajam. Sebagian besar, tanaman yang mendominasi wilayah luas sabana Afrika ini memiliki duri yang dapat menusuk kulit, kaki, dan mata kita. Memperhatikan dan awas terhadap tanaman-tanaman itu, terutama pada saat gerakan cepat, akan mengurangi kemungkinan cedera.
Sebuah percobaan dilakukan terhadap para pejalan kaki pada sebuah jalan kecil, di mana di kedua sisinya berada dua jenis tanaman yang berbeda. Tanaman pertama adalah bunga belati Spanyol yang memiliki bagian runcing seperti belati yang muncul dari batangnya. Tanaman kedua adalah tanaman biasa dan relatif aman tanpa mencederai. Di tengah-tengah percobaanya, Richard Coss – peneliti dari University of California, Davis – menukar lokasi kedua tanaman tersebut.
Kita mungkin akan mengira bahwa para pejalan akan menghindari bunga belati yang relatif mencederai, tetapi mereka malah lebih menyukai sisi jalan di mana bunga belati itu berada. Bahkan mereka melewati di dekatnya. Coss menjelaskan hasil yang mengejutkan ini dengan memperkirakan bahwa dengan memberikan perhatian terhadap bunga belati dapat membantu para pejalan kaki mengingat lokasinya sehingga lebih kecil kemungkinannya untuk mengenainya di masa depan.
4. Motif Macan Tutul
(Credit:Michael Siebert)
Macan tutul telah memangsa primata selama ribuan tahun. Bahkan hingga hari ini macan tutul menyebabkan banyak kematian manusia di Afrika dan anak benua India.
Pola mawar pada macan tutul menarik perhatian para bayi yang baru berusia tujuh bulan. Dalam serangkaian percobaan terhadap para bayi dan balita menggunakan empat buah toples plastik, di mana setiap toples berisi kertas oranye kekuningan seperti pola mawar leopard, motif ular sanca batu, motif yang menempel pada sisi interior dan permukaan lantainya.
Anak-anak lebih sering menyodok toples dengan pola sanca dan leopard secara signifikan daripada toples polos dan kotak-kotak. Richard Coss menafsirkan bahwa penusukan sebagai tindakan investigasi, karena anak-anak segera berhenti menyentuhnya jika toplesnya terguling – bergerak.
5. Medan Kasar
(Credit: Stokpic)
Untuk menghindari cedera, kita perlu mengingat berbagai lokasi berbahaya. Sepertinya otak kita mungkin telah ditransfer untuk melebih-lebihkan bahayanya, agar senantiasa selalu hati-hati. Kita merespon dengan kuat dan cepat terhadap beberapa bahaya karena kita memiliki persepsi bahaya yang meningkat dari yang sebenarnya.
Risiko-risiko ini akan menjadi sangat penting ketika leluhur kita mengejar mangsa atau melarikan diri dari musuh, atau bahkan ketika mereka harus menutupi banyak tanah sambil mencari makan untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Meskipun saat terjatuh tidak fatal, tapi bisa memiliki konsekuensi serius, membuat orang yang terluka rentan terhadap predator atau benar-benar tidak dapat menemukan makanan yang cukup. Seperti yang kita perkirakan, sistem persepsi kita membuat penyimpangan permukaan vertikal tampak lebih besar daripada yang sebenarnya..
6. Mata
(Credit:Bella67)
Dari berbagai penelitian terhadap berbagai spesies, para ilmuwan telah menemukan bahwa kebanyakan hewan memberi perhatian secara khusus pada mata dan bentuk yang menyerupainya.
Kera memiliki sistem saraf khusus yang memfasilitasi pengenalan terhadap dua mata yang menatapnya. Bayi manusia yang baru lahir merespon terhadap sepasang mata besar yang menatapnya dengan memutar kepalanya. Bahkan bayi yang kekurangan kontrol pada kepala akan bereaksi dengan menarik diri; bayi prematur yang berusia 36 minggu bereaksi terhadap kontak mata dengan orang asing dengan menegangkan tubuh mereka dan mengalihkan pandangannya.
Paling mudah mendeteksi vertebrata, terutama mamalia, dan menilai niatnya dengan melihat wajahnya. Kita juga merespon simbol-simbol seperti mata, seperti mata banteng. Lampu belakang mobil yang dirancang sebagai dua cakram konsentris menghasilkan gairah fisiologis yang jauh lebih kuat (konduktansi kulit, pelebaran pupil) daripada pola pada lampu belakang lainnya.