BAGIKAN
Simone Fischer on Unsplash

Jalur saraf pada struktur dari otak kita yang mengatur kemampuan berbahasa, selama ini diketahui hanya ditemukan pada manusia dan kera (orang utan, simpanse, gorila). Dan hasil penelitian terbaru yang cukup kontroversial menyebutkan bahwa monyet juga memiliki kemampuan tersebut. Dan disebutkan bahwa kemampuan berbahasa telah ada 20 hingga 35 juta tahun yang lalu, jauh lebih awal dari yang diperkirakan selama ini.

Dibandingkan dengan hewan, otak manusia secara unik mampu beradaptasi dengan bahasa. Kemampuan kita untuk berbicara, mendengar dan berkomunikasi dengan manusia lainnya sangatlah unik, dan untuk bisa memahami hal tersebut, kita harus memahami proses panjang evolusi hingga kita menjadi seperti sekarang ini.

Dan sayangnya, jaringan otak manusia terus berevolusi seiring berjalannya waktu, sehingga sulit untuk bisa mengetahui kapan pertama kalinya jaringan otak yang mengatur kemampuan berbahasa pada manusia ada. Untuk itu, para ilmuwan menyelidiki bagaimana struktur otak kita jutaan tahun yang lalu dengan melakukan penelitian pada saudara “terdekat” kita.



Sejauh ini, hasil pencitraan otak pada simpanse menunjukkan adanya sebuah sistem berbahasa yang mirip dengan manusia, tetapi apakah pada monyet juga terdapat struktur yang sama, sampai kini masih diperdebatkan.

Dan kini, para peneliti mengklaim adanya perselisihan pendapat dikalangan ilmuwan selama ini disebabkan karena mereka melihat dari sudut yang salah. Para neuroscientist selama ini berfokus pada struktur korteks prefrontal dan lobus temporal yang hanya terdapat pada otak manusia dan kera. Mereka berpendapat bahwa bagaimana awal kemampuan berbahasa manusia bisa dilihat dari struktur korteks auditori (pendengaran) dari hewan monyet rhesus (rhesus macaques).

“Saya mengakui bahwa kami cukup terkejut ketika mengetahui adanya kemiripan struktur yang tersembunyi pada sistem auditori dari primata non manusia,” kata neuropsikolog komparatif Chris Petkov dari Newcastle University, Inggris.

“Seperti menemukan sebuah fosil baru dari nenek moyang yang telah lama hilang.”

Jika memang apa yang ditemukan para peneliti ini benar adanya, bisa jadi ini adalah penemuan dari “missing link”, mata rantai yang hilang, blok pembangun sistem neural pertama dari proses evolusi bahasa yang mungkin muncul lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.



Nenek moyang terakhir monyet rhesus dan manusia diperkirakan hidup sekitar 25-30 juta tahun yang lalu, jauh lebih awal dari nenek moyang manusia dengan simpanse, yang hidup sekitar 5 juta tahun yang lalu.

Pada manusia, kemampuan berbicara biasanya terbentuk dan dirasakan pada jalur saraf yang mengatur kemampuan berbahasa yang dikenal dengan arcuate fasciculus (AF) yang membentang pada area korteks prefrontal dan lobus temporal.

Setelah beberapa tahun melakukan penelitian, para peneliti akhirnya menyadari bahwa kemampuan berbahasa pada manusia ternyata lebih kompleks dari yang mereka duga sebelumnya, karena berhubungan dengan beberapa bagian pada otak dan area auditori korteks yang mengatur pendengaran memegang peranan penting atas terbentuknya kemampuan ini.

Dengan membandingkan struktur otak manusia, kera dan monyet dalam data citra terbaru, para peneliti bisa mengidentifikasi adanya jalur syaraf AF pada auditori kompleks dari kedua bagian otak manusia, dan lebih berkembang pada bagian otak sebelah kiri.

Dan terlihat pula adanya jalur saraf yang mirip di area yang sama pada otak monyet dan simpanse.

Pada otak manusia, sistem tersebut berkembang dengan cara yang berbeda, para peneliti memperkirakan bahwa sistem berbahasa pada otak manusia tidak seluruhnya berada pada jalur auditori tapi juga melibatkan bagian temporal dan parietal di otak.

“Sejujurnya, kami cukup terkejut ketika mengetahui bahwa sistem pendengaran ternyata mempunyai peranan penting dalam pembentukan vokal di area korteks frontal,” kata Petkov.

Petkov mengatakan bahwa jalur syaraf ini sangat istimewa karena menghubungkan sistem auditori dengan area korteks yang mensupport kemampuan berbahasa pada manusia. Dan mereka cukup terkejut ketika mengetahui bahwa otak monyet dan kera juga memiliki jalur saraf yang mirip dengan yang dimiliki manusia.

Dan penemuan ini tentunya mendukung teori bahwa sistem kemampuan berbahasa manusia adalah hasil evolusi dari sistem jalur saraf pendengaran primata, dan para peneliti mengatakan sistem tersebut melibatkan dua aspek, yaitu pola suara dan vokal.

Sistem berbahasa manusia cukup unik, dan hasil penelitian ini membuktikan bahwa bukan hanya kita yang memiliki kemampuan kognisi pendengaran dan komunikasi vokal yang canggih.

Monyet macaques diketahui mampu berkomunikasi dengan sesamanya tentang makanan, identitas dan marabahaya dengan berbagai macam vokalisasi, dengan kemungkinan kemampuan ini terbentuk karena adanya koneksi sistem auditori pada otak mereka.

“Penemuan ini membuka jalan untuk lebih memahami aspek kognisi pendengaran dan kemampuan berbahasa pada manusia dengan melakukan penelitian pada model hewan dengan cara yang tidak mungkin dilakukan pada manusia dan kera,” kata neurology Timothy Griffiths dari New Castle University.

Hasil penelitian ini mungkin akan membawa perubahan besar dalam menangani pasien manusia dengan masalah neurologis. Bahasa dapat disampaikan dengan berbicara, menulis dan isyarat, bahkan pasien-pasien stroke bisa melakukan komunikasi dengan salah satu dari cara tersebut, dan mungkin mereka memiliki cara lain dalam berbahasa yang masih bisa diakses.

Petkov sendiri mengakui bahwa pembuktian terbalik terhadap mata rantai fosil otak yang hilang ini sangat kontroversial. Tetapi dia merasa kedepannya akan banyak misteri sains yang bisa terungkap dari hasil penelitian ini.

Para peneliti merasa perlu dilakukan penelitian lanjutan pada pencitraan otak jenis monyet lainnya untuk melihat sejauh mana mereka bisa melacak mata rantai yang hilang ini.

Penelitian ini telah dipublikasikan dalam Nature Neuroscience.