BAGIKAN

Kumbang Bombardier adalah serangga yang luar biasa dengan kemampuan untuk mengeluarkan bahan kimia panas dari belakang ujung tubuh mereka sebagai mekanisme pertahanan.

Serangga menyimpan dua senyawa kimia, hydroquinone dan hidrogen peroksida, berada di kompartemen terpisah dalam tubuh mereka.

Ketika seekor kumbang bombardier merasa terancam, ia dapat menggabungkan kedua bahan kimia tersebut, menghasilkan reaksi kimia cepat yang membawa solusi internal mendekati 100C.

Reaksi ini juga menghasilkan gas yang mengeluarkan larutan dari ujung perut kumbang dan pada penyerangnya.

Kini, penelitian baru menemukan kumbang mampu menggunakan persenjataan peledak mereka agar bisa lepas dari sistem pencernaan predator.

Dr Shinji Sugiura dan Dr Takuya Sato di Kobe University menjadikan kumbang bombardier, yang juga dikenal sebagai Pheropsophus jessoensis, sebagai santapan kepada katak untuk melihat apakah serangga tersebut mampu melepaskan diri tanpa cedera dari perut para pemangsa.

Kumbang bombardier  (Pheropsophus jessoensis) [via wikimedia]
“Percobaan kami menunjukkan bahwa P. jessoensis mengeluarkan bahan kimia panas di dalam katak, sehingga memaksa katak untuk memuntahkannya,” tulis para peneliti.

“Kumbang besar lolos lebih sering daripada kumbang kecil, dan katak kecil memuntahkan kumbang lebih sering daripada katak besar.”

Semua katak dengan senang hati menelan kumbang, tapi 43 persen dari katak kemudian memuntahkan kembali kumbang ini.

Ketika kumbang muncul, mereka tidak terluka.

Hasil percobaan ini dipublikasikan di jurnal Biology Letters .

Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa kumbang bombardier lebih mampu bertahan dari cairan pencernaan asam yang dimiliki katak predator daripada spesies kumbang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa spesies tersebut telah mengembangkan ketahanan untuk cairan pencernaan katak.

Alasan potensial lain untuk kemampuan bertahan kumbang adalah bahwa sekresi racun yang dihasilkan oleh kumbang menurunkan cairan dan enzim pencernaan.

Hewan lain telah didokumentasikan melarikan diri dari sistem pencernaan predator mereka. Ular buta brahmana (Ramphotyphlops braminus) telah terlihat melarikan diri dari dalam perut katak, misalnya, dan siput tanah kecil (Tornatellides boeningi) yang selamat dari pencernaan burung dengan waktu pelarian antara 20 sampai 120 menit.

Para periset memprediksi perilaku pelarian yang terlihat pada kumbang bombardier juga cenderung terjadi pada hewan lain yang menghasilkan bahan kimia beracun dari satu jenis atau jenis lainnya.