Sulfahri, 28 tahun, terpilih menjadi tokoh 17 Agustus Koran Tempo. Hampir seluruh waktunya dihabiskan untuk meneliti alga Spirogyra yang bisa dijadikan sumber bahan bakar.
Dia sungguh kepincut pada alga. Sudah 10 tahun dosen Universitas Hasanuddin, Makassar, ini bergelut meneliti alga sebagai sumber bahan bakar. Hari-hari ini pun, ia tengah asyik meriset tumbuhan tersebut.
“Semua riset saya tentang alga,” katanya ketika dihubungi, Ahad, 13 Agustus 2017. Selain sibuk dengan riset tersebut, Sulfahri membimbing penelitian beberapa mahasiswa yang juga berfokus pada alga.
Exhibition for Young Inventors III di New Delhi, India.
Setelah lulus SMA, ia kuliah di Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Sejak itu, banyak penelitian tentang alga yang Sulfahri kerjakan
Tingkat kebutuhan Minyak
Data Satuan Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi pada 2015 menyebutkan, Indonesia telah menghabiskan US$ 500 juta atau Rp 6,5 triliun untuk mengimpor bahan bakar minyak. Ia juga menyitir pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ketika itu, Sudirman Said, bahwa cadangan minyak Indonesia bisa bertahan hanya hingga 12 tahun mendatang. Artinya, bisa jadi pada 2045 semua kebutuhan bahan bakar Indonesia harus dipenuhi lewat impor.
Melihat situasi itu, Sulfahri memikirkan pentingnya energi alternatif. Sebelum melirik alga, Sulfahri sempat berpikir bahwa singkong bisa menjadi sumber energi.
Melimpahnya sinar matahari di negeri ini pun sangat menguntungkan reproduksi alga. Dari segi perkembangbiakan, alga Spirogyra pun lebih unggul. Sementara singkong baru bisa dipanen pada usia 6-10 bulan, alga bisa digunakan pada usia dua pekan. “Paling efektif memang mengembangkan alga,” ucapnya.
Saat ini, Sulfahri sedang berkompetisi dengan peneliti Inggris tentang riset alga Spirogyra. Ia berusaha menelurkan hasil riset bahwa alga Spirogyra bisa memproduksi bahan bakar pengganti bensin, juga solar.
“Satu penelitian yang menghasilkan dua fungsi bahan bakar sekaligus belum pernah terjadi. Target kami, pada 2018 penelitian ini selesai,” katanya. Ia telah mengeluarkan dana Rp 100-200 juta untuk penelitian ini.
Koordinator Bidang Hukum, Kebijakan Publik, dan Regulasi Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia, Paul Butarbutar, mendukung pengembangan alga sebagai sumber energi. Ia menyarankan agar pemerintah lebih berfokus memikirkan sumber energi baru itu.Walau begitu, kata Paul, ada pekerjaan rumah besar bagi peneliti alga Spirogyra. Sulfahri dan peneliti lainnya diminta memikirkan proses panen alga. “Sampai saat ini teknologi panen alga belum maju di Indonesia, takutnya harga produksinya jadi mahal,” tutur Paul.