BAGIKAN
Colin Watts / Unsplash

Penurunan keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh manusia telah terjadi jauh lebih awal daripada yang diyakini oleh para peneliti selama ini. Menurut sebuah studi yang baru ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah Ecology Letters, proses itu tidak diawali oleh spesies kita tetapi oleh beberapa leluhur kita yang telah punah.

Penelitian ini dilakukan oleh tim ilmuwan internasional dari Swedia, Swiss, dan Inggris.

Para peneliti menunjukkan dalam penelitian ini bahwa krisis keanekaragaman hayati yang sedang berlangsung bukanlah fenomena baru. Tetapi, merupakan percepatan dari proses yang telah diawali sebelumnya oleh nenek moyang manusia jutaan tahun yang lalu.





“Kepunahan yang kita temukan dalam berbagai fosil sering dijelaskan sebagai akibat dari perubahan iklim. Tetapi, perubahan iklim di Afrika dalam beberapa juta tahun terakhir relatif kecil. Analisis kami menunjukkan bahwa perubahan iklim bukanlah penyebab utama dari kepunahan yang telah diamati,” Søren Faurby menjelaskan, seorang peneliti dari Universitas Gothenburg dan penulis utama penelitian ini.

“Analisis kami menunjukkan bahwa penjelasan terbaik bagi kepunahan dari karnivora di Afrika Timur adalah tidak demikian. Bahwa kepunahannya disebabkan oleh persaingan secara langsung dengan nenek moyang kita yang telah punah dalam mendapatkan makanan,” tambah Daniele Silvestro, rekan penulis dari penelitian.

Dinofelis, lukisan karya Mauricio Antón. Gambar tersebut menunjukkan Dinofelis, kucing bergigi tajam sedang melahap mangsanya. Sementara salah satu nenek moyang kita sedang menyaksikannya. Dinofelis dianggap sebagai pemangsa yang sangat ditakuti oleh nenek moyang kita. Tetapi penelitian baru menunjukkan bahwa nenek moyang manusia yang mungkin telah menyebabkan kepunahan spesies bersama dengan predator besar lainnya ini. [Credit: Universitas Gothenburg]

Lenyapnya karnivora 

Nenek moyang kita telah diketahui secara umum melintasi seluruh kawasan Afrika timur selama beberapa juta tahun yang lalu dan selama masa ini ada banyak kepunahan, menurut Lars Werdelin, rekan penulis dan pakar fosil Afrika.

Dengan menyelidiki berbagai fosil dari Afrika, kita dapat mengetahui penurunan secara drastis jumlah dari karnivora besar – predator. Penurunannya dimulai sekitar 4 juta tahun yang lalu. Pada waktu yang bersamaan, nenek moyang kita mungkin sudah mulai menggunakan teknologi terbarunya untuk mendapatkan makanan yang disebut kleptoparasitisme, Werdelin menjelaskan.

Kleptoparasitisme adalah mencuri hewan dari pemangsa lain yang baru saja dibunuh. Misalnya, ketika seekor singa mencuri kijang yang telah mati dari seekor cheetah.

Para peneliti sekarang mengusulkan, berdasarkan bukti dari berbagai fosil, menunjukkan bahwa nenek moyang manusia mencuri binatang yang baru saja dibunuh oleh pemangsa lain. Hal ini akan menyebabkan kelaparan bagi setiap hewan dari waktu ke waktu dan pada akhirnya seluruh spesiesnya akan mengalami kepunahan.





“Mungkin ini alasan mengapa sebagian besar karnivora besar di Afrika telah mengembangkan strategi untuk mempertahankan mangsanya. Misalnya, seperti yang dilakukan oleh macan tutul dengan menyantap mangsanya di atas pohon. Karnivora lain malah mengembangkan perilaku sosial seperti yang kita jumpai pada singa, di antaranya dengan bekerja bersama untuk saling mempertahankan mangsanya,” jelas Søren Faurby.

Manusia saat ini memiliki pengaruh lebih banyak dari sebelumnya pada dunia dan spesies yang hidup di dalamnya.

“Tetapi ini tidak berarti bahwa kita sebelumnya pernah hidup dalam keharmonisan dengan alam. Monopoli sumber daya adalah keterampilan yang kita dan nenek moyang kita miliki selama jutaan tahun, tetapi hanya sekarang kita dapat memahami dan mengubah perilaku kita dan berusaha untuk masa depan yang berkelanjutan ‘Jika Anda sangat kuat, Anda juga harus sangat baik,'” simpul Søren Faurby, mengutip buku Astrid Lindgrens tentang Pippi Longstocking.