BAGIKAN
(Boudewijn Huysmans/Unsplash)

Sebuah laporan terbaru dari lembaga non-profit lingkungan Rewilding Britain menyatakan bahwa pepohonan di hutan seharusnya hanya boleh ditanam oleh manusia jika proses regenerasi tidak memungkinkan lagi, atau akan dibutuhkan waktu yang lama untuk tumbuh kembali. Dan untuk permulaan, kita harus berusaha untuk menjaga dan melindungi tanah hutan agar pepohonan dapat tumbuh kembali secara normal.

Pemikiran ini bukanlah hal yang baru dalam dunia konservasi alam, dan juga bukanlah pemikiran yang hanya dibicarakan di Inggris saja. Menanam pohon di hutan memberikan banyak manfaat bagi lingkungan dan iklim di sekitarnya, hasil terbaik bergantung pada apa, kapan, dimana dan bagaimana pohon ditanam dan dijaga.

Saat ini, proses reforestasi (penanaman kembali pohon-pohon di hutan) yang terlalu cepat seringkali menghasilkan spesies pohon monokultur atau spesies pohon yang invasif, yang akhirnya akan mengurangi keragaman hayati lokal dan akses ke tanah, air atau persediaan makan untuk penduduk sekitar.

Bahkan dalam hal penyerapan gas karbondioksida, para ahli berpendapat bahwa kualitas pepohonan di hutan lebih penting daripada kuantitas pepohonan, walaupun penelitian tentang masalah ini masih terbatas.

Dalam beberapa tahun terakhir, menanam pohon di hutan semakin populer dijadikan strategi konservasi hutan di seluruh dunia. Namun banyak kebijakan pemerintah yang tidak berupaya untuk memungkinkan tumbuhnya pepohonan di hutan secara alami yang sebenarnya lebih murah dan memberikan hasil yang terbaik bagi lingkungan.

Belum lama ini, pemerintah Inggris mengumumkan beberapa skema penanaman pohon di hutan yang akan mereka lakukan, termasuk juga janji untuk menutupi lahan seluas 30.000 hektar dengan pohon-pohon baru.

Tetapi Rewilding Britain menginginkan pendekatan yang lebih komprehensif dan tanpa campur tangan langsung manusia. Mereka meminta para pejabat pemerintahan untuk secara eksplisit mendorong proses regenerasi hutan secara alami dalam membuat kebijakan tentang pelestarian alam.

“Kita tidak bisa menggantikan pepohonan di hutan yang telah hilang hanya dengan menanam kembali,” kata chief executive Rewilding Britain, Rebecca Wrigley.

“Dengan melindungi bagian-bagian hutan kuno dan membiarkan dan membantu pohon beregenerasi secara alami dalam skala besar adalah cara yang paling efektif untuk membalikkan nasib buruk dari hutan-hutan kita yang telah rusak, sehingga nantinya akan memberikan manfaat bagi manusia, alam dan juga iklim.”

Dengan membiarkan pohon-pohon di hutan tumbuh dengan sendirinya juga jauh lebih murah dalam jangka panjang, terutama jika dibandingkan dengan biaya pengaturan spesies pohon secara invasif, menghentikan wabah penyakit import dan memproduksi pohon penjaga dari plastik.

Dan dalam situasi dimana hutan sangat sulit untuk tumbuh kembali secara alami, penyemaian bibit pohon ke tanah adalah yang terbaik dilakukan.

Dan ketika banyak orang yang tidak menyukai penampakan dari semak belukar, dataran yang dipenuhi belukar justru merupakan tempat terbaik bagi pohon-pohon muda untuk berakar. Dan ketika nantinya hutan mulai tumbuh, akan ada banyak manfaat yang diberikan hutan kepada lingkungan dan juga manusia.

Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan di bulan September 2020 menemukan bahwa hutan yang tumbuh alami secara alami akan lebih baik dalam menyerap karbon dibandingkan hutan yang ditanam kembali secara aktif, Science Alert melaporkan.

Jika saja dunia menyisihkan 1,67 miliar hektar lahan bagi hutan untuk tumbuh dan menyebar, penelitian ini memperkirakan pohon-pohon dan tanah akan mampu menyerap setara dengan tujuh tahun emisi karbon saat ini pada tahun 2050 – membuat “solusi tunggal terbesar dari iklim alam” berada dalam genggaman kita.

Untuk bisa mengubah angka-angka tersebut menjadi kenyataan adalah masalah lainnya. Memperbaiki hutan harusnya mudah dilakukan dengan membiarkan pohon-pohon di hutan tumbuh dengan sendirinya, tetapi dalam prakteknya, masih dibutuhkan langkah-langkah penyeimbangan untuk bisa mewujudkannya.

Di bulan September, ahli geografi Matthew Fagan mengatakan pada Science Magazine bahwa dia berpikir bahwa penelitian tersebut merupakan “sebuah langkah ke depan yang cerah” tetapi proses tumbuhnya kembali pohon-pohon secara alami bukan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan planet kita.

Fagan mengatakan bahwa hutan yang masih muda terus menerus dibabat habis untuk lahan pertanian dan peternakan baru sebelum bisa mencapai potensinya. Dan dalam beberapa kasus, hasil penelitian menemukan bahwa tingkat kerusakan hutan ternyata lebih buruk dibanding deforestasi aktif.

Dan untuk itu, tidak hanya kita harus menyisihkan lahan untuk pertumbuhan kembali hutan, kita juga harus bisa melindungi dan menjaganya. Di Inggris, sebagai contoh, menyisihkan lahan untuk proses pertumbuhan kembali hutan akan mengorbankan para peternak domba dan rusa karena harus kehilangan padang rumput mereka. Dan ketika dunia terus berubah dengan cepat, persaingan lahan di masa depan akan semakin meningkat. 

Rewilding Britain menghimbau pemerintah setempat untuk segera melindungi hutan-hutan kuno, dan menyediakan habitat yang terhubung dengan baik dan membiarkan sebagian besar lahan liar untuk mengurus dirinya sendiri, memberikan insentif keuangan dan subsidi jika dibutuhkan.

“Hutan-hutan kuno kita menghilang karena kita telah menghancurkannya dan kita terus berusaha menghalangi hutan untuk hidup kembali dengan pembabatan hutan dan pemakaian lahan yang berlebihan,” kata Wrigley.

“Jika dibiarkan, maka jutaan pohon akan tumbuh dengan sendirinya di hampir seluruh wilayah Inggris Raya.”

Apakah kita akan menanam atau membiarkan alam untuk tumbuh dengan sendirinya, keputusannya ada di tangan kita.