BAGIKAN
(Kelly Sikkema)

Suhu tubuh manusia yang dianggap normal adalah 37 °C. Awalnya ditetapkan oleh seorang dokter asal Jerman, Carl Reinhold August Wunderlich di tahun 1851. Akan tetapi, berbagai penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa angka tersebut terlalu tinggi.

Sebuah studi di tahun 2017 menunjukkan 35.000 orang dewasa di Inggris suhu tubuh rata-ratanya 36,6 °C. Studi di tahun 2019 menunjukkan bahwa suhu tubuh normal di Amerika 36,4 °C. Dan sekarang tim peneliti internasional telah menunjukkan angka 36,5 °C sebagai penurunan serupa. Dihasilkan dari pengamatan selama 16 tahun terhadap Tsimane, penduduk asli di Amazon Bolivia.

“Dalam waktu kurang dari dua dekade kami melihat tingkat penurunan yang sama seperti yang diamati di AS selama sekitar dua abad,” kata Michael Gurven, profesor antropologi UC Santa Barbara.

Angka tersebut diperoleh berdasarkan pengamatan terhadap 18.000 sampel dari hampir 5.500 orang dewasa. Disesuaikan dengan beberapa faktor lain yang mungkin memengaruhi suhu tubuh. Mislanya, suhu lingkungan dan massa tubuh.

“Studi provokatif yang menunjukkan penurunan suhu tubuh normal di AS sejak masa Perang Saudara dilakukan pada suatu populasi dan tidak dapat menjelaskan mengapa penurunan itu terjadi,” kata Gurven.

“Tetapi jelas bahwa sesuatu terkait fisiologi manusia bisa berubah. Salah satu hipotesis utama adalah bahwa kita lebih sedikit mengalami infeksi dari waktu ke waktu. Karena peningkatan kebersihan, air bersih, vaksinasi dan perawatan medis. Dalam penelitian kami, kami dapat menguji gagasan tersebut secara langsung. Kami memiliki informasi tentang diagnosis klinis. Juga, biomarker infeksi dan peradangan pada saat setiap pasien diperiksa.

Namun, beberapa infeksi yang dapat meningkatkan suhu tubuh tidak menunjukkan penurunan yang signifikan. Selain itu, para peneliti juga menggunakan termometer jenis yang sama. Artinya, penurunan suhu tidak terkait dengan instrumentasi. Demikian Gurven menjelaskan.

Begitupun saat para peneliti membatasi analisis pada <10% orang dewasa. Yaitu, bagi mereka yang didiagnosis oleh dokter sebagai yang benar-benar sehat. Tetapi, peneliti masih mendapatkan penurunan suhu tubuh yang sama dari waktu ke waktu.

Lalu, mengapa suhu tubuh menurun dari waktu ke waktu baik untuk orang Amerika maupun Tsimane?

“Mungkin ini kombinasi dari berbagai faktor — semuanya mengarah pada kondisi yang membaik,” kata Gurven.

“Penurunan mungkin disebabkan oleh meningkatnya perawatan kesehatan modern dan tingkat infeksi ringan yang masih ada sekarang dibandingkan dengan masa lalu,” jelas Gurven. “Tetapi sementara kesehatan secara umum telah membaik selama dua dekade terakhir, infeksi masih meluas di pedesaan Bolivia. Hasil kami menunjukkan bahwa pengurangan infeksi saja tidak dapat menjelaskan penurunan suhu tubuh yang diamati.”

Bisa jadi sebagian orang kondisinya lebih baik. Sehingga, tubuhnya bisa bekerja lebih sedikit untuk melawan infeksi, lanjutnya. Atau ada kemudahan dalam mendapatkan antibiotik dan perawatan lainnya. Hal ini menyebabkan durasi infeksi saat ini, lebih singkat dibandingkan dengan di masa lalu. Sebagai tanda vital, suhu adalah indikator dari apa yang terjadi secara fisiologis di dalam tubuh, seperti termostat metabolik.

Ada juga kemungkinan dalam penggunaan obat anti peradangan yang lebih besar. Meskipun para peneliti menemukan bahwa penurunan suhu tubuh sementara tetap ada bahkan setelah analisis mereka memperhitungkan biomarker peradangan. Begitupun dengan peningkatan kemampuan untuk mengatasi perubahan pola cuaca. Seperti penggunaan AC dan pemanas ruangan, serta pakaian dan selimut bagi masyarakat Tsimane.

Dalam studi ini, Gurven dan timnya mengkonfirmasi bahwa suhu tubuh di bawah 37 °C ditemukan di tempat-tempat di luar AS dan Inggris. “Wilayah Bolivia tempat tinggal Tsimane adalah pedesaan dan tropis dengan infrastruktur kesehatan masyarakat yang minim,” katanya. “Studi kami juga memberikan indikasi pertama bahwa suhu tubuh telah menurun bahkan di lingkungan tropis ini, di mana infeksi masih menyebabkan banyak morbiditas dan mortalitas.”

“Satu hal yang kami ketahui untuk sementara waktu adalah bahwa tidak ada suhu tubuh ‘normal’ universal untuk semua orang setiap waktu. Jadi, saya ragu temuan kami akan memengaruhi bagaimana dokter menggunakan pembacaan suhu tubuh dalam praktiknya,” kata Gurven.

Meskipun fiksasi pada 37 °C, kebanyakan dokter mengakui bahwa suhu ‘normal’ memiliki kisaran. Sepanjang hari, suhu tubuh dapat bervariasi hingga 1 °F. Mulai dari suhu terendah di pagi hari, hingga tertinggi di sore hari. Itu juga masih dipengaruhi oleh kondisi lainnya. Termasuk siklus menstruasi dan aktivitas fisik. Belum lagi suhu tubuh cenderung menurun seiring bertambahnya usia.

“Suhu tubuh mudah untuk diukur, dan dengan mudah dapat ditambahkan ke survei skala besar rutin yang memantau kesehatan penduduk,” kata Gurven.

Studi tersebut menunjukkan bahwa informasi tentang suhu tubuh dapat memberikan petunjuk untuk kesehatan populasi secara keseluruhan. Sebagaimana halnya indikator umum lainnya seperti angka harapan hidup.

Penelitian ini telah diterbitkan di jurnal Sciences Advances.