BAGIKAN
Credit: NASA/NOAA

Di antara sekian misteri terbesar dari Bulan adalah, mengapa kedua permukaan sisinya memilki perbedaan secara signifikan ?

Berdasarkan berbagai bukti yang diperoleh secara eksperimental, para peneliti memberikan salah satu jawaban yang paling memungkinkan dari teka-teki ini. Bentuk bulan yang tidak simetris kemungkinan disebabkan oleh keberadaan unsur-unsur radioaktif, menurut sebuah penelitian terbaru yang hasilnya diterbitkan di jurnal Nature Geoscience.

Bulan selalu menghadapkan wajah yang sama ke Bumi, berputar pada porosnya selaras dengan rotasi Bumi. Ketika anda melihat bulan diatas sana, anda dapat melihat bercak-bercak gelap di permukaan bulan yang disebut dengan lunar maria; dataran basalt yang luas dan gelap di Bulan, yang terbentuk dari magma yang membeku dan mengeras hasil aktivitas vulkanik purba, milyaran tahun yang lalu.

Dan pada sisi lainnya, yang menghadap ke Bumi, kondisinya jauh berbeda. Lapisan keraknya lebih tebal, dengan komposisi yang berbeda dari sisi lainnya. Permukaan bulan pada sisi ini juga berwarna lebih pucat, dengan lebih sedikit bercak basalt dan terdiri dari banyak kawah.




Kondisi ini diinterpretasikan oleh para peneliti bahwa aliran batuan basalt pada salah sisi dekat bulan ditutupi oleh banyak kawah-kawah yang terbentuk, dan mengapa pada sisi dalam lebih banyak terjadi aktivitas vulkanik dibandingkan sisi luar bulan masih merupakan misteri besar yang belum bisa dipecahkan oleh para ilmuwan yang meneliti bulan.

Dan ada satu lagi keanehan tentang sisi dekat bulan, sebuah wilayah yang secara cukup membingungkan secara geokimia yang disebut Procellarum KREEP Terrane.

Wilayah ini kaya akan kandungan unsur-unsur tertentu, yang terlihat dari nama wilayah tersebut – K (symbol atom untuk Kalium), dan REE (rare earth element- unsur langka bumi), dan P (symbol atom dari fosfor). Di wilayah ini juga terkandung beberapa unsur radioaktif seperti uranium dan thorium yang menghasilkan panas.

Konsentrasi Thorium di sisi dekat bulan (NASA)

Wilayah Procellarum KREEP Terrane dihubungkan dengan dataran basalt. dari penelitian sebelumnya ditemukan bahwa wilayah ini menghasilkan panas karena adanya aktivitas vulkanik di sisi dekat bulan milyaran tahun yang lalu.

Dari hasil model thermal dari bagian dalam Bulan ditemukan bahwa proses peluruhan radioaktif dari unsur-unsur kalium, thorium dan uranium telah menjadi sumber panas dari sisi dekat bulan selama milyaran tahun.

Kemudian, sebuah tim ilmuwan internasional melakukan analisis eksperimental untuk mengukur pengaruh dari KREEP pada batuan bulan.

Campuran dari sebuah komposisi KREEP sintesis dan batuan bulan dengan konsentrasi 5,10,15,25, dan 50 persen KREEP. Campuran ini disimpan pada temperatur antara 1.175 hingga 1.300 derajat Celcius selama 4 hingga delapan hari.

Dan hasilnya cukupnya mengejutkan. Keberadaan KREEP sintesis dalam campuran tersebut menurunkan titik leleh dari masing-masing konsentrasi antara dua hingga 13 kali lebih rendah dibandingkan campuran kontrol yang tidak mengandung KREEP. Dan proses pelelehan ini terjadi tanpa adanya kontribusi dari panas akibat radiasi radioaktif.

Untuk melihat apa yang terjadi ketika panas radiasi radioaktif ini ditambahkan pada campuran tersebut, tim peneliti membuat model secara numerik. Dan mereka menemukan bahwa radiasi radioaktif dan KREEP berkontribusi pada aktivitas vulkanik pada sisi dekat bulan, menghasilkan area gelap yang kita lihat kita lihat saat ini.

(NASA/GSFC/Arizona State University)

Dan darimana asal dari KREEP ini? Para peneliti masih belum mengetahui dengan pasti mekanismenya, mungkin saja adalah hasil dari proses pembentukan bulan. Sebuah hipotesis menyebutkan bahwa 4,5 miliar tahun yang lalu, ketika sebuah benda langit seukuran planet Mars yang diberi nama Theia menabrak planet Bumi, melontarkan puing-puing dari peristiwa tabrakan tersebut ke angkasa. Dan puing-puing tersebut kemudian menyatu kembali membentuk bulan.  




Dan dengan memahami bagaimana Procellarum KREEP Terrane terbentuk dan bagaimana pengaruhnya terhadap proses pembentukan bagian dalam Bulan akan membuat kita lebih memahami bagaimana elemen-elemen tersebut dapat berada di sana.

“Karena secara relatif di Bulan tidak pernah terjadi proses erosi, sehingga pada permukaan Bulan terdapat banyak bukti-bukti terjadinya peristiwa geologis dari awal terbentuknya sistem tata surya,” kata Matthieu La Neuville, pakar ilmu planet dari Earth Science institute di Jepang.

Pada bagian sisi dekat bulan, terkandung unsur-unsur radioaktif seperti uranium dan thorium yang tidak ada di bagian lain di Bulan. Dengan memahami asal dari dari unsur-unsur radioaktif ini, akan membantu kita menjelaskan bagaimana awal terbentuknya formasi Bulan, dan juga kondisi Bumi ketika baru terbentuk.”