BAGIKAN

Dunia Paralel adalah sebuah dunia yang berjalan sejajar dengan dunia realita. Di samping kehidupan yang kita kenal dan kita jalani sekarang, ada satu atau lebih kehidupan lain yang juga berjalan secara bersamaan dalam dunia paralel.

Awalnya dunia paralel hanya sebuah imajinasi dalam cerita fiksi, tapi kini makin banyak teori yang dijadikan jembatan untuk menjelaskan dan mendukung keberadaan dunia paralel. Para ilmuwan fisika berada di garis depan sebagai pihak yang mencoba menjelaskan kemungkinan keberadaannya.

Ahli fisika Dr. Michio Kaku menganalogikan keberadaan parallel universe bagi kita seperti adanya daerah luar kolam bagi seekor ikan gurami yang tinggal dalam sebuah kolam. Ikan gurami tersebut tidak bisa melihat daerah luar kolam karena keterbatasan ‘teknologi’ yang ia miliki.

Demikian juga manusia, belum bisa melihat alam semesta lainnya dengan alasan yang sama. Meski ikan gurami tidak bisa melihat kehidupan lain di luar kolam, tapi dia bisa tahu ada kehidupan lain dari getaran yang ia rasakan melalui gelombang di permukaan air kolam akibat tetesan air hujan. Getaran yang dirasakan ikan gurami itu adalah gravitasi dan cahaya dari alam semesta lain.

Dasar teori parallel Universe adalah ketidakterbatasan jagat raya yang memberikan kemungkinan adanya alam semesta lain. Saat ini diperkirakan ada sekitar 200 miliar galaksi di jagad raya. Dalam setiap galaksi bisa terdapat sekitar 100 hingga 400 miliar bintang. Jadi, bukan tidak mungkin jika selain di galaksi yang kita tinggali ada kehidupan yang juga sedang berlangsung.

Para Ahli fisika kuantum jelas-jelas menyatakan percaya bahwa tiap detik tercipta dunia paralel seseorang, yang berisi kemungkinan kejadian, termasuk kebalikan dari peristiwa yang kita alami di dunia nyata. Misalnya di dunia nyata kita bisa menyebrang jalan dengan selamat. Di dunia paralel pertama, kita bisa saja berhasil menyeberang tapi kemudian tersungkur, di dunia paralel berikutnya bisa saja kita bahkan tidak tertolong karena sewaktu menyebrang ada mobil yang sedang melaju kencang ke arah kita.

Max Tegmark seorang prof fisika dan astronomi di universitas Pennsylvania sangat percaya keberadaan parallel universe ini. Dalam salah satu artikelnya yang berjudulu ‘parallel Universe’, Max Tegmark mengungkapkan bahwa ada 4 tingkatan parallel universe.

Level I : Beyond Our Cosmic Horison:

Merupakan teori parallel universe yang paling kecil tingkat kontoversialnya. Teori ini menyatakan bahwa parallel universe tidak dapat kita lihat karena ia berada diluar garis horison alam semesta kita. Analoginya seperti kita melihat kapal di tengah laut. Kita tidak dapat melihat kapal apabila ia berada di luar horison. Tetapi jika kapal itu mendekati kita, dan masuk dalam horison, kita akan dapat melihat kapal itu sedikit demi sedikit. Parallel universe level I oleh ahli fisika digambarkan bahwa alam semesta kita seperti gelembung udara yang saling berdesak-desakan dalam ruang yang disebut jagad raya.

Level II : Other Postiflation Bubbles :

Level ini menyatakan, bila alam semesta pada level I dapat dikelompokkan menjadi satu multiverse , maka jagad raya ini terdapat banyak multiverse. Teori ini didasarkan pada teori Chaotic Eternal Inflation , yang menyatakan bahwa jagad raya kita terus berkembang semakin membesar sejak terjadinya big bang hingga sekarang. Teori ini menyatakan bahwa kita selamanya tidak dapat melihat multiverse lainnya dikarenakan cepatnya perkembangan jagat raya yang menjadi perantara multiverse.

Level III : Quantum Many World :

Teori ini menyatakan bahwa alam semesta lainnya berada disekitar kita! Teori ini berkembang dari teori mekanika kuantum yang menyatakan bahwa proses kuantum acak menyebabkan alam semesta bercabang dengan banyaknnya kemungkinan yang terjadi.

Perbedaan mendasar pada level I dan III adalah letak alam semesta yang sama dengan alam semesta kita. Level I menyatakan bahwa alam semesta yang sama dengan alam semesta kita kita berada diluar horison, sedangkan level III mengatakan alam semesta yang sama dengan alam semesta kita kita berada pada cabang kuantum lainnya. Level III merupakan teori parallel universe yang paling tinggi kontroversialnya, karena teori ini berkembang dari teori mekanika kuantum yang juga kontoversial.

Level IV : Other Mathematical Structures :

Merupakan teori paralel universe yang matematis dan menggunakan semua kemungkinan yang ada. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta lainnya tidak hanya berada di luar horison alam semesta kita. Tetapi juga berbeda dengan alam semesta kita dalam segala hal, misalnya : waktu, hukum fisika, dan jagat raya.

Alam semesta pada level IV ini sangat sulit untuk divisualisasikan karena banyaknya kemungkinan yang dapat terjadi. Salah satu buktinya adanya parallel universe ini ditemukan oleh dua orang ahli fisika, Dr. Robert Foot dan Dr. Saibal Mitra, Melbourne, Australia. Bukti tersebut mereka temukan pada penelitian asteroid Eros berupa adanya percikan mirror matter.

Mereka mendefinisikan mirror matter sebagai bayang cermin dari sesuatu yang ada di alam semesta sebagai penyetabil alam semesta. Mirror Matter ini ada sebagai pemenuhan kodrati alam yang selalu simetris dan mempunyai dua sisi, kanan dan kiri. Alam semesta adalah sisi kiri dan mirror matter adalah sisi kanannya. Kita pada saat ini belum dapat melihat keberadaan mirror matter karena ia berinteraksi dengan alam semesta kita hanya melalui gravitasi.

Alam Semesta Lain Itu Ada dan Kita Berinteraksi Dengannya

Itulah teori radikal baru yang diajukan oleh Howard Wiseman dan Michael Hall dari Pusat Dinamika Kuantum Universitas Griffith, Australia, serta Dirk-Andre Deckert dari Universitas California. Ketiganya memublikasikan gagasannya di jurnal Physical Review X.

Gagasan bahwa alam semesta tidak hanya satu telah muncul sejak tahun 1957. Sebelumnya, ada pemahaman “Many-Worlds Interpretation”. Dalam pandangan itu, setiap semesta “bercabang” menjadi sejumlah semesta setiap pengukuran secara kuantum dilakukan. Konsekuensinya, segala perbedaan bisa muncul. Di semesta kita, asteroid menumbuk Bumi dan memusnahkan dinosaurus. Di semesta lain, bisa jadi Bumi luput dari hantaman asteroid. Gagasan Many-Worlds Interpretation tak salah, tetapi banyak dikritik.

Bagaimana membuktikan semesta lain itu ada jika semesta lain itu tidak memengaruhi semesta kita sama sekali? Di situlah, teori Wiseman, Hall, dan Deckert menjawab. Ketiganya mengajukan pandangan yang disebut “Many Interacting World”.
Dalam pandangan itu, semesta kita hanya satu dari banyak semesta lain. Semesta kita dan lainnya eksis dilahirkan bersamaan, bukan satu merupakan hasil “percabangan” dari yang lain. Semesta kita mungkin identik dengan beberapa semesta lain, tetapi juga bisa jauh berbeda. Semua semesta ada secara berkelanjutan dalam ruang dan waktu.

Pandangan baru ini juga mengungkapkan bahwa semesta kita dipengaruhi oleh semesta lain oleh gaya tolak yang misterius. Gaya tolak ini membuat satu semesta cenderung berbeda dengan yang lain. “Kecantikan pendekatan kami adalah, bila hanya ada satu dunia, maka teori kami mereduksi mekanika Newton. Sementara bila ada banyak semesta, teori kami mereproduksi mekanika kuantum,” kata Hall seperti dikutip EurekAlert

Misteri Dunia Paralel

Gagasan tentang dunia paralel sudah mengemuka di awal era 1920-an, Teori dunia paralel menyatakan bahwa kehidupan manusia beserta alam semesta ini [universe] sebenarnya ada banyak. Banyak semesta ini berjalan secara paralel satu sama lain. ketika itu banyak peneliti meragukan tentang teori ini, keberadaan dunia paralel baik yang sama dengan dunia kita maupun yang berbeda belum bisa dibuktikan secara ilmiah.

Para ahli kuantum percaya bahwa setiap hari, bahkan setiap detik, sebuah dunia paralel tercipta. dunia paralel ini berjalan beriringan, tp masing-masing dunia tidak menyadari kehadiran yg lainnya. yang satu merupakan imajiner terhadap yang lain. namun tidak ada yang bisa memastikan mana yang sebenarnya nyata.

Bagi anda yang pernah menonton film The One yang dibintangi Jet Li mungkin paham dengan definisi dunia paralel, dimana diceritakan dalam film tersebut bahwa perpindahan antara dunia satu ke dunia yang lain adalah mungkin. ada teori yang menggambarkan keberadaan dunia paralel sebagai dunia maya, tetapi kita tidak bisa berinteraksi dengan entitas di dalamnya. teori ini mengilustrasikan keparalelan dunia disini dengan banyak garis yang saling bersilangan.

Dimana satu garis menggambarkan sebuah dunia/universe. Dunia paralel ada, ketika manusia dihadapkan pada suatu persimpangan, atau suatu hal yang membuat seseorang memilih. Penjelasan ini dapat dipermudah, dengan menggunakan eksperimen ‘kucing Schrodinger’. Dimana saat pelaku eksperimen memutuskan untuk membuka kotak maka otomatis akan tercipta dua dunia yang baru. Dunia pertama dimana kucing ditemukan hidup, dan dunia satunya dimana kucing ditemukan mati.

Contoh lain, ketika seseorang, sebut saja Dende yang dihadapkan pada suatu pilihan yang mengharuskan dia memilih antara A, B, C, D, atau E [anggap saja dende sedang menghadapi SPMB]. Maka akan terciptalah dunia-dunia dengan dende-dendenya masing-masing sesuai pilihannya masing-masing. Pada dunia pertama dende memilih A, pada dunia kedua dia memilih B, dan juga seterusnya sampai pilihan E. Selain itu muncul juga dunia dimana dende memutuskan untuk tidak memilih apa-apa [karena kalau salah nilainya minus], atau dunia lain lagi dimana dende memutuskan untuk lari meninggalkan ruang kelas [karena kena diare misalnya], atau dunia lain dengan situasi yang tak hingga banyaknya.

Karena hal tersebut berlaku untuk setiap manusia maka jumlah dunia paralel yang ada bisa dihitung. Yaitu jumlah manusia yang ada di muka bumi dikali jumlah pilihan-pilihan yang ada di tiap detik kehidupan tiap individu. Hasilnya tak hingga. Karena jumlah pilihan yang dihadapi tiap manusia dalam hidupnya tak hingga. Dalam kepercayaan agama Budha pernah dikatakan bahwa dalam sebutir pasir pun ada kehidupan dan kehidupan itu tidak terhingga tanpa batas.

Masih dalam teori yang sama ending-ending yang berbeda tadi, tidak mutlak terjadi hanya karena satu langkah awal. Akan tetapi terdapat percabangan-percabangan yang memungkinkan ending yang berbeda. Sebagai contoh, dende yang memilih pilihan A, bisa saja juga berakhir di Institut Tempat orang Bodoh. Misalnya, di tengah-tengah masa kuliahnya, di semester 6 misalnya, beban kuliah yang overload membuatnya jadi stres; kemudian dia jadi gila. Atau mungkin malah kasus sebaliknya, dende yang tidak lulus SPMB; depresi; in spite of jadi gila dia menulis buku; ternyata bukunya laris; jadilah orang kaya raya.

Intinya, suatu akhir cerita [dende kaya raya atau dende gila], dapat ditempuh dari dunia-dunia yang berbeda, seperti halnya satu awal cerita [dende menghadapi SPMB] dapat menimbulkan dunia-dunia yang berbeda. Sebenarnya masih banyak teori-teori lain yang dikemukakan sehubungan dengan keberadaan dunia lain atau paralel. Saat ini penelitian yang difokuskan kepada teori dari Albert Einstein: ”Tuhan kan tidak bermain dadu”. Dalam hukum Newton, segalanya pasti dan terukur, dalam dunia Kuantum, tidak ada yang benar-benar pasti, yang ada, hanya Probabilitas (Uncertanity Principle atau Prinsip Ketidakpastian, Heisenberg). Dan sejak itu keberadaan Dunia Kuantum pun menjadi makin populer ke seluruh dunia.

Dan apa yang ada di sana?

Para ahli memperkirakan dunianya akan mirip seperti dunia kita, tapi sedikit berbeda, similar, but not exactly the same. Mungkin akan ada tata surya yang sama dengan kita, dengan Matahari, bintang, planet, Bumi, bahkan orang-orang yang mirip dengan kita, tapi mungkin hidupnya berbeda. Mungkin Elvis disana masih hidup, mungkin Napoleon menang perang Waterloo dan menjadi penguasa Eropa. Mungkin. Bagaimana para saintis itu tahu? We don’t know, mari kita ikuti penemuan selanjutnya dari para ahli.

Dapatkah Parallel Universe Menjelaskan Fenomena Deja Vu?

Pastinya banyak orang yang merasakan fenomena Deja Vu, mungkin termasuk anda, itu adalah sebuah perasaan atau kesan bahwa anda pernah mengalami, menyaksikan atau memiliki pengalaman yang sama persis dengan sebuah peristiwa sebelumnya.

Makna dari Deja Vu berasal dari bahasa Prancis yang memiliki arti “Pernah Melihat”. Ini adalah fenomena yang umum namun masih sangat sedikit untuk dapat dipahami. Sebagian besar dari kita saat berada ditempat yang baru namun kita merasa yakin bahwa kita pernah kesana atau berada disana sebelumnya, namun seringkali kita merasa kesulitan untuk memahami bagaimana hal tersebut mungkin terjadi padahal seingat kita tidak pernah kesana sebelumnya.

Untuk waktu lama, sensasi aneh ini seringkali dikaitkan dengan fenomena paranormal ataupun gangguan neurologis. Dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan mempelajari fenomena ini dan sejumlah teori tentang deja vu muncul yang menunjukkan bahwa itu bukanlah hanya sebuah kesalahan yang terjadi dalam sistem memori otak kita.

Psikolog menyebutkan bahwa deja vu mungkin terjadi ketika aspek-aspek tertentu dari sebuah situasi saat ini mirip dengan aspek-aspek tertentu dari situasi yang pernah terjadi sebelumnya. Jika banyak terjadi tumpang tindih antara unsur-unsur dari situasi yang lama dengan siatuasi yang baru maka kita akan mendapatkan perasaan kesamaan yang sangat kuat.

Penjelasan alternatif lainnya adalah berkaitan dengan ramalan, kenangan hidup masa lalu, Clairvoyance (kemampuan supranatural untuk melihat sebuah objek atau perbuatan seseorang dimasa lalu), atau hal mistis lainnya yang memenuhi kondisi tertentu dalam perjalanan hidup.

Apapun penjelasan yang ada sebelumnya mengenai deja vu, deja vu tetap saja merupakan fenomena yang universal dengan kondisi manusia dan dasar dari penyebab mengenai fenomena ini masihlah tetap merupakan misteri.

Kemungkinan lain yang menarik adalah rahasia tersembunyi hubungan antara deja vu dengan dunia paralel (Paralel Universal). Seperti banyak yang sudah mengetahui bahwa multiverse adalah teori dimana alam semesta yang kita ketahui bukanlah satu-satunya alam semesta namun alam semesta ada banyak dan sejajar satu sama lain. Alam semesta yang berbeda-beda ini dalam teori multiverse disebut sebagai paralel universe (alam semesta paralel).

Menurut Dr Michio Kaku, seorang pengajar Fisika di City University of New York: Fisika kuantum menyatakan bahwa ada kemungkinan bahwa deja vu mungkin disebabkan oleh kemampuan anda untuk menyelip diantara dua alam semesta yang berbeda.

Dr Kaku menyebut nama Prof Steve Weinberg seorang ahli teori fisika dan pemenang hadiah nobel sebagai pendukung gagasan dari Multiverse. Weinberg menyebutkan bahwa ada jumlah yang tak terbatas dari dunia paralel bersamaan dengan dunia kita dalam ruangan yang sama.

“Ada ratusan gelombang radio berbeda yang disiarkan disekitar anda dari stasiun-stasiun yang jaraknya berbeda-beda, pada satu kejadian kantor, mobil anda atau ruang tamu anda penuh dengan gelombang radio namun jika anda menghidupkan radio anda hanya dapat mendengarkan satu frekwensi radio pada saat itu, frekuensi lainnya tidak satu phase satu sama lainnya”

Setiap stasiun radio memiliki frekuensi yang berbeda, energi yang berbeda akibatnya radio anda hanya dapat beralih ke salah satu siaran radio dalam satu waktu. Demikian juga dengan alam semesta kita, kita disetel ke frekuensi yang sesuai dengan realitas fisik kita.

Namun ada jumlah tak terbatas dari realita parelel yang bersamaan berjalan dengan kita di ruang yang sama namun kita tidak dapat mengatur untuk dapat pindah ke dunia paralel yang satu ke yang lainnya (masih belum bisa).

Sementara untuk radio dapat disetel untuk pindah ke frekuensi tertentu dan dengan demikian seperti sebuah stasiun radio tunggal alam semesta kita terdiri dari atom-atom yang berosilasi pada frekuensi yang unik yang tidak memberikan vibrasi pada alam semesta yang lain.

Alam semesta biasanya tidak “dalam fase /in phase”, yang bergetar pada frekuensi yang sama, yang satu sama lain karena selisih yang disebabkan oleh waktu, namun disaat mereka “dalam fase” secara teoritis kita dapat “bergerak maju dan mundur” diantara alam-alam semesta itu.

Jadi meskipun masih “belum pasti” namun bisa jadi bahwa saat anda mengalami deja vu anda “bergetar bersama-sama” dengan dunia paralel anda lainnya seperti yang dikemukakan oleh Dr Michio Kaku.

Mungkin saja pengalaman deja vu kita adalah jendela bagi dunia paralel (paralel universe).