BAGIKAN
[pxhere]

Dalam novel fiksi ilmiah berjudul Record of Spaceborn Few, Becky Chambers menuliskan kisah di masa depan. Dimana manusia telah mampu melakukan perjalanan antar bintang dan galaksi melalui sebuah pesawat luar angkasa. Perjalanan tersebut menempuh waktu berabad-abad hingga ribuan tahun untuk mencapai bintang terdekat. Sehingga, para penumpang yang ada didalamnya akan semakin menua dan kemudian meninggal. Perjalanan akan diteruskan oleh generasi-generasi penerus mereka selanjutnya. Keseluruhan peradaban di dalam kapal angkasa tersebut menggantungkan hidupnya pada sistem daur ulang dan pemanfaatan kembali sumber daya yang ada. Setiap produk yang terbuang akan diubah menjadi benda lainnya secara berkesinambungan. Sehingga para penumpang kapal tersebut dapat terus bertahan hidup selama beberapa generasi.
Walaupun apa yang diceritakan dalam buku tersebut adalah sebuah khayalan fiksi ilmiah belaka, tetapi konsep ekonomi yang ada melatarbelakangi kisah ini bukanlah khayalan. Para ahli ekonomi telah memikirkan konsep ini yang mereka sebut sebagai “ekonomi sirkulasi” selama lebih dari 50 tahun.




Gagasan dari konsep ini sangatlah sederhana. Dalam bentuk idealnya, ekonomi sirkulasi adalah sebuah sistem dimana produk-produk dan sumber daya yang dihasilkan dapat dengan mudah dimanfaatkan kembali, diperbaiki, dan didaur ulang. Tidak ada satupun sampah yang dihasilkan yang terbuang di tempat penampungan sampah.
Kita bandingkan konsep ini dengan apa yang telah kita lakukan selama ini. Penggalian berbagai sumber daya alam, memproduksi produk dalam industri, penggunaan dalam waktu singkat, dan kemudian membuangnya. Akhirnya, menghasilkan sejumlah besar limbah yang tidak bisa digunakan kembali yang memerlukan lahan yang luas untuk menampungnya. Semua itu bisa berpengaruh buruk terhadap kesehatan kita – konsep ekonomi sirkulasi akan terlihat sangat menarik.
Mengapa kita masih membuang sampah dalam jumlah yang besar? Mengapa produk-produk yang kita beli hampir semuanya dikemas dengan material plastik baru?

“Saya pikir konsep ini sangatlah mungkin diterapkan. Tetapi, sulit untuk membayangkan sebuah masyarakat yang menjalankan konsep ini. Karena, untuk bisa menjalankannya semua orang harus bisa merubah gaya hidup dan sistem ekonominya. Di mana untuk saat ini kita menemui jalan buntu, sulit untuk membayangkan alternatif lainnya,” kata Ed Morgan, peneliti dari Griffith University di Australia, yang melakukan penelitian tentang iklim, sumber daya alam, dan perencanaan pemerintah.

Kita tidak perlu melihat jauh untuk mencari contoh-contoh bagaimana sistem menggunaan sumber daya alam yang berjalan satu arah tidak pernah berjalan dengan baik.




Sebagai contoh, mungkin kita dengan mudahnya merasa telah ikut serta dalam mendukung sistem ekonomi sirkular. Ketika kita membuang kaleng minuman ke dalam tempat sampah daur ulang. Tetapi di tahun 2018, terungkap bahwa jutaan ton limbah daur ulang ternyata tidak dimanfaatkan kembali dan hanya dikirim ke Cina. Kenyataan ini dianggap sebagai sebuah kegagalan suatu sistem, sebuah krisis dari daur ulang.

Kenyataannya, semua material yang ada ternyata tidak didaur ulang sama sekali. Kita harus membangun sebuah konsep baru, mengenai apa yang harus dilakukan pada limbah yang bisa didaur ulang ini, agar terus bisa dimanfaatkan kembali secara berkesinambungan.

Untuk memutuskan keseluruhan rantai limbah ini dan keluar dari sistem satu arah yang selama ini berjalan, adalah sebuah tantangan besar. Walaupun sekarang ini telah ada beberapa kelompok masyarakat yang menjalankan konsep ini, mereka telah menjalankan konsep ekonomi sirkulasi ini dalam berbagai skala.

“Ada banyak jalan untuk menjaga peradaban manusia terus berjalan secara berkesinambungan, yang kita tidak pernah coba untuk menjalankannya. Dan untuk itu sebenarnya tidak berarti kita harus merubah gaya hidup kita secara drastis. Tetapi saya pikir yang perlu kita lakukan adalah perubahan “kembali ke awal”, kata Morgan.

Kita kembalikan lagi kepada apa yang paling penting untuk kita. Wadah yang terbuat dari kaca, banyak dijumpai di pasar dan supermarket. Salah satu dari jenis material yang paling mudah diubah bentuknya dengan cara dicairkan kembali. Tetapi di Australia dan beberapa tempat lainnya di seluruh dunia, mengimpor kembali gelas-gelas baru dirasakan lebih praktis dan murah. Dibandingkan dengan mendaur ulang kembali material gelas tersebut.




Di Kanada, toko-toko bir disana terbiasa untuk mengumpulkan dan memanfaatkan kembali botol-botol bir bekas mereka sejak tahun 1927. Dan jenis bisnis ini adalah salah satu yang mendapatkan nilai tertinggi dalam hal pemanfaatan limbah di Amerika Utara. Sekitar 99 persen dari botol-botol bir mereka dikembalikan untuk kemudian dimanfaatkan kembali.

Satu buah botol yang dikembalikan akan digunakan kembali sebanyak 15 kali sebelum akhirnya didaur ulang menjadi botol kaca baru. Memanfaatkan dan mengisi ulang botol-botol bir yang terbuat dari gelas akan menghemat lebih banyak energi dan sumber daya dibandingkan dengan mendaur ulangnya menjadi bentuk yang baru. Dan perusahaan-perusahaan besar sudah seharusnya ikut serta menjalankan sistem penanganan limbah seperti yang mereka jalankan.

Apa yang dilakukan oleh para penjual bir di Kanada adalah salah satu contoh konsep ekonomi sisrkulasi dalam skala kecil, dengan satu jenis material limbah.

Ketika anda berpikir tentang sebuah kota di masa depan, mungkin anda membayangkan tentang mobil-mobil terbang di atas sebuah kota dengan penanganan limbah dan sampah yang modern, tetapi Steffen Lehmann, seorang arsitek lingkungan dari University of Nevada, Las Vegas, membayangkan kota masa depan dengan mikro iklim dan bangunan-bangunan yang ramah lingkungan.

Urban Nexus, proyek yang sedang dikerjakan oleh Lehmann, berusaha mencapai sebuah tujuan. Memanfaatkan limbah dari sebuah sistem untuk memberikan energi pada sistem lainnya. Air, energi, makanan, dan limbah biasanya berada dalam sektor yang berbeda-beda. Lehmann menjelaskan bahwa dalam sebuah lingkungan yang ideal, limbah buangan dari satu sektor akan mengalir ke sektor lainnya sebagai sumber daya baru.

“Sangat penting untuk memahami interkoneksitas dan hubungan antar berbagai sektor yang terpisah,” dia menjelaskan.

“Sebuah kota biasanya memiliki manajemen untuk menangani setiap sektor secara terpisah, contohnya, managemen air tidak bekerjasama dengan manajemen limbah dalam sebuah pemerintahan. Dan langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan menghubungkan setiap sektor ini agar dapat saling bekerja sama.”




Dalam sebuah artikel ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal City, Culture and Society di tahun 2007, Lehmann menunjukkan bagaimana air buangan yang mencemari sebuah perairan di sebuah kota kecil di Filipina bisa disalurkan kembali ke dalam sebuah sistem yang memproduksi biogas dan pupuk.

Pengaplikasian sistem ini tidak hanya bisa membersihkan ekosistem setempat, tetapi juga memberikan kota tersebut produk-produk yang bisa dimanfaatkan kembali untuk aktifitas-aktifitas ekonomi lainnya.

Jadi, seberapa besar yang harus kita lakukan? Apakah kita mempunyai kemampuan untuk membangun sebuah sistem sirkulasi yang berkesinambungan dalam sekejap?

“Kita menyadari bahwa tidak mungkin dalam sistem untuk tidak menghasilkan limbah sama sekali, atau tanpa emisi gas buang sama sekali, karena ada hukum-hukum fisika dan kimia yang harus kita ikuti,” kata Anthony Halog, peneliti bidang ekologi dan bioekonomi dari University of Queensland.



Dan apakah hal itu membuat kita enggan untuk memulainya? Pendapat saya, lebih baik memulai melakukan sesuatu. Bergerak menuju satu tujuan, yaitu zero limbah dan zero emisi.”

Untuk menciptakan sebuah sistem di mana semua material yang dihasilkan akan bisa digunakan dalam waktu yang lama, mudah diperbaiki dan bisa didaur ulang ketika sudah tidak bisa digunakan, membutuhkan kerja keras dan juga berbagai sumberdaya. Sistem ini nantinya bisa menciptakan interkoneksi antara kota-kota dan sistem industri sehingga bisa saling memanfaatkan limbah yang dihasilkan.

“Untuk bisa menghasilkan sistem ekonomi sirkular yang berjalan baik, dibutuhkan pendekatan secara holistik dan juga sistemik,” kata Halog.

“Setiap kali kita berbicara tentang pengaturan kota, kita juga harus berbicara dalam skala sebuah negara, kita harus memikirkan sebuah sistem yang bisa diaplikasikan secara sistemik. Karena kalau tidak, semua ini hanya tidak akan berjalan sempurna.”

Pada tahap sekarang ini, menjalankan sebuah sistem seperti yang sudah berjalan selama ini adalah sebuah pilihan yang buruk. Dengan membangun sebuah sistem sirkulasi ekonomi dalam skala besar setidaknya akan menjaga kelangsungan hidup generasi mendatang agar terus dapat hidup secara berkesinambungan dengan memanfaatkan setiap sumber daya yang ada. Bumi kita adalah seperti kapal besar antar generasi milik kita. Dilengkapi dengan sumber daya tak terbatas. Tetapi, memiliki kapasitas yang terbatas untuk menampung limbah yang kita hasilkan.

Saat ini, hanya bumi ini satu-satunya tempat tinggal yang kita punya. Dan kita akan memulai untuk memanfaatkan kembali setiap produk yang telah dipergunakan secara lebih efisien, jika kita ingin kapal yang kita tumpangi terus ada.