BAGIKAN
Credit: Lippman lab / CSHL, 2019

Tanaman tomat yang direkayasa secara genetika ini menghasilkan buahnya yang lebih lebat, bertumpuk seperti anggur. Bahkan, bisa ditanam di berbagai tempat yang biasanya menyulitkan pertumbuhannya. Para petani dapat menanamnya di atap gedung pencakar langit. Bahkan, di luar angkasa.

Tujuan utama dari penelitian baru ini adalah untuk merekayasa varietas tanaman yang lebih luas. Sehingga, dapat ditanam di lingkungan perkotaan atau tempat lain yang biasanya tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Zach Lippman dari Cold Spring Harbor, yang memimpin laboratorium yang merancang ‘Tomat pertanian perkotaan.’

Tanaman yang telah direkayasa secara genetika ini, berbeda dengan tomat pada umumnya. Fitur yang paling menonjol adalah buahnya yang lebih lebat dan lebih ringkas. Karena lebih cepat matang, tanaman ini siap di panen sebelum 40 hari. Dan aman untuk dikonsumsi




“Bentuk dan ukuran kecilnya luar biasa, rasanya enak, tetapi tentu saja itu semua tergantung pada preferensi pribadi,” kata Lippman.

“Ini menunjukkan bagaimana kita dapat menghasilkan tanaman dengan cara baru, tanpa harus merusak lebih banyak tanah atau menambahkan pupuk yang kelebihannya mengalir menuju sungai dan kali,” kata Lippman. “Ini pendekatan pelengkap untuk membantu mencukupi kebutuhan makan orang, secara lokal dan dengan jejak karbon yang lebih sedikit.”

Ini adalah kabar baik bagi siapa pun yang peduli tentang perubahan iklim. Awal tahun ini, Panel Antarpemerintah PBB tentang Perubahan Iklim (IPCC) memperingatkan bahwa lebih dari 500 juta orang tinggal di daerah yang telah terdegradasi oleh deforestasi, perubahan pola cuaca, dan penggunaan berlebihan lahan pertanian yang layak. Dengan mengalihkan sebagian dari beban pertanian dunia ke daerah perkotaan dan tempat lainnya, ada harapan bahwa kesalahan pengelolaan lahan yang kritis akan berkurang.

Pada umumnya, sistem pertanian perkotaan membutuhkan tanaman ringkas yang dapat ditempatkan pada lahan sempit. Seperti pada pertanian bertingkat di gudang atau dalam  kontainer yang dimodifikasi. Untuk memperoleh hasil panen dibatasi oleh ruang yang terbatas. Pertanian perkotaan dapat beroperasi sepanjang tahun dalam kondisi iklim yang terkontrol. Karena itu, sangat tepat menggunakan tanaman yang bisa ditanam dan dipanen dengan cepat. Lebih banyak panen per tahun menghasilkan lebih banyak makanan. Bahkan jika ruang yang digunakan sangat kecil.

Lippman dan koleganya menciptakan tomat baru dengan menyelaraskan dua buah gen yang mengontrol peralihan terhadap pertumbuhan reproduksi dan ukuran tanaman. Gen SELF PRUNING (SP) dan SP5G, yang menyebabkan tanaman berhenti tumbuh lebih cepat dan bunga serta buah lebih awal.




“Ketika Anda bermain dengan pematangan tanaman, Anda bermain dengan seluruh sistem. Sistem itu termasuk gula, di mana ia dibuat, yaitu pada daun. Dan bagaimana itu didistribusikan, yaitu menuju buah-buahan,” Kata Lippman.

Tim Lippman akhirnya menemukan gen SIER, yang mengontrol panjang batang. Memutasi SIER dengan alat pengeditan gen CRISPR dan menggabungkannya dengan mutasi pada dua gen berbunga lainnya menghasilkan batang yang lebih pendek dan tanaman yang sangat ringkas.

Lippman sedang menyempurnakan teknik ini, diterbitkan dalam edisi terbaru Nature Biotechnology, dan berharap orang lain akan terinspirasi untuk mencobanya pada tanaman buah lainnya seperti kiwi. Dengan mempersingkat panen, Lippman percaya bahwa pertanian dapat mencapai prestasi baru.

“Saya bisa memberitahu Anda bahwa para ilmuwan NASA telah menyatakan minat pada tomat baru kami,” katanya.