Setelah Membawa Manusia ke Bulan, Akankah Misi NASA Untuk Membawa Manusia Ke Planet Mars bisa terlaksana di Tahun 2033?
Pada tanggal 11 November 2017, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani surat perintah langsung kepada NASA untuk mempersiapkan misi kembalinya astronot ke bulan “diikuti dengan misi mengirimkan manusia ke planet Mars dan tujuan-tujuan lainnya.”
Tanggal telah ditetapkan untuk badan antariksa Amerika ini, untuk misi ke Bulan di tahun 2024, empat tahun lebih awal dari rencana NASA, dan misi ke planet Mars di tahun 2033. Presiden Donald Trump awalnya menetapkan tahun 2028 untuk misi ke Bulan, tetapi kemudian dia memutuskan untuk mempercepat pelaksanaan misi ini karena adanya kekhawatiran Rusia atau China akan “mendahului” AS untuk misi ke Bulan.
Tetapi menurut para ahli dan para pelaku industri, misi menuju planet Mars nantinya akan menjadi mustahil tanpa ada budget yang cukup dan dukungan dari pemerintah yang kuat seperti yang pernah dilakukan pada misi Apollo ke bulan tahun 1960-an.
“Bulan adalah batu pijakan bagi kami untuk misi selanjutnya ke planet Mars,” pimpinan NASA Jim Bridenstine mengatakan pada suatu konferensi minggu ini.
“Misi ke Bulan adalah langkah awal bagi kami untuk bisa menjalankan misi ke Planet Mars secara cepat dan juga aman. Inilah alasan kami mengapa kita harus (menjalankan misi) ke Bulan.”
Menurut Robert Howard, yang memimpin laboratorium pengembangan habitat luar angkasa masa depan di Legendary Johnson Space Center di Houston, yang menjadi rintangan bukan hanya masalah teknik dan pengembangan teknologi, tetapi juga tentang budget dan juga politis.
“Banyak orang yang mengharapkan kami membawa mereka seperti pada masa saat Apollo mendarat di Bulan di tahun 1960-an, yang ketika itu Amerika Serikat memiliki presiden yang tegas seperti Kennedy yang berkata, “kita harus bisa melakukannya dan seluruh negeri akan bersatu,”
“Jika semua ini berhasil diwujudkan, saya memperkirakan di tahun 2027. Tetapi saya tidak yakin akan terwujud pada saat itu. Saya perkirakan dengan upaya yang kita lakukan saat ini, jika kita beruntung, misi menuju Mars akan terwujud di tahun 2037.”
Seorang pengunjung memandang sebuah poster dalam acara Humans to Mars Summit, yang membicarakan rencana membawa manusia ke planet Mars di tahun 2030, di the National Academy of Sciences.
Tetapi Howard masih merasa pesimis, dengan asumsi adanya hambatan secara politis, “mungkin saja baru terwujud di tahun 2060-an.”
Tantangan Psikologis
Keseluruhan misi akan memakan waktu dua tahun, karena jarak planet Mars dan Bumi paling dekat pada setiap 26 bulan sekali, diharapkan pada saat tersebut misi akan dilaksanakan.
Tugas utama untuk saat ini adalah menemukan cara untuk membuat perlindungan bagi astronot dari paparan radiasi matahari dan kosmis, kata Julie Robinson, kepala peneliti NASA di International Space Station.
“Dan tugas kedua adalah merancang sistem sumber makanan,” Robinson menambahkan. Tanaman yang sekarang sedang dikembangkan tidak memungkinkan untuk dikemas, menjadi bentuk kecil untuk dibawa ke Mars.”
Ilustrasi astis untuk SpaceX yang menggambarkan SpaceX BFR (Big Falcon Rocket) pesawat angkasa roket berpenumpang yang diharapkan suatu hari nanti bisa mencapai planet Mars.
Dan juga masih ada tantangan bagaimana jika para astronot menghadapi keadaan darurat: para astronot harus bisa untuk mengobati dirinya sendiri jika terjadi kecelakaan.
“Saya pikir yang paling utama adalah tentang pakaian para astronot,” kata Jennifer Heldman, Ilmuwan dan peneliti tentang planet NASA.
Salah satu keluhan utama dari para astronot Apollo adalah mengenai sarung tangan mereka, terlalu menggelembung sehingga menyulitkan mereka dalam melakukan pekerjaan yang membutuhkan kecekatan tangan.
NASA tengah mengembangkan sebuah pakaian astronot baru, disebut xEMU, tetapi belum akan siap dalam perjalanan pertama mereka ke Stasiun Angkasa Internasional dalam beberapa tahun ke depan.
Membawa debu dari planet Mars akan lebih menyulitkan dibandingkan di Bulan. Para astronot Apollo kembali dengan membawa sejumlah besar debu Bulan dalam kendaraan modul mereka. Membawa debu planet Mars keluar dari habitatnya akan menjadi sulit bagi misi yang akan menghabiskan waktu hingga berbulan-bulan di Planet Merah.
Berbagai teknik untuk menambang sumber-sumber energi di Planet Mars demi mendapatkan air, oksigen, dan sumber energi lainnya bagi manusia untuk dapat hidup di sana belum dikembangkan hingga sekarang — semua ini masih menunggu pengujian terlebih dahulu di Bulan dalam dekade ini.
Dan akhirnya sebuah pertanyaan paling mendasar adalah: bagaimana sekelompok manusia bisa menangani tekanan psikologis karena benar-benar terisolasi selama dua tahun di sana?
Sebuah gambar dari pesawat orbit NASA Reconnaissance memperlihatkan salju dan es yang tercipta ketika musim dingin, menutupi bukit pasir dibagian belahan selatan planet Mars, Tidak seperti di planet Bumi, salju dan es disana tersdiri dari carcondioksida, yang kita kenal sebagai escKring (dry ice).
Dan juga belum bisa dimungkinkan untuk bisa berkomunikasi secara real time dengan pusat control misi di Houston: komunikasi radio antar planet akan mengalami jeda antara empat hingga 24 menit, dan itupun hanya bisa satu arah. NASA berencana untuk mengujinya dalam latihan komunikasi dengan jeda waktu di ISS dalam beberapa tahun mendatang.
Kecerdasan buatan akan dikembangkan untuk nantinya membantu dan membimbing para astronot selama disana.
Seorang peneliti yang ditugaskan oleh NASA untuk mempelajari kemungkinan misi menuju Mars dilaksanakan tahun 2033, memberikan penilaian “tidak layak”.
“Bukan hanya soal budget,” kata Bhavya Lal dari the Science and Technology Policy Institute. “Tetapi juga mengenai kapasitas dari NASA, berapa banyak hal yang bisa NASA lakukan dalam satu waktu?”
Bagi Lal, saat yang paling tepat untuk pelaksanaan misi menuju Mars adalah di tahun 2039.