BAGIKAN

SkyDrive Inc., sebuah perusahaan kendaraan asal Jepang telah mendemontrasikan hasil jerih payahnya dalam mewujudkan sebuah mobil yang dapat terbang di udara secara otomatis. Berlangsung pada 25 Agustus, penerbangan dilakukan di Lapangan Uji Toyota seluas 10.000 meter persegi. Salah satu lapangan uji terbesar di Jepang dan markas bagi basis pengembangan perusahaan.

Dinamai sebagai SD-03, adalah sebuah mobil dengan satu kursi, bertenaga baterai dan empat pasang baling-baling. Melayang  hingga hampir 2 meter di atas tanah selama sekitar lima menit. Dimensi mobil ini tingginya dua meter, lebar empat meter dan panjang empat meter. Pesawat ini telah dirancang untuk menjadi model dari apa yang disebut dengan electric Vertical Take-Off and Landing (eVTOL). Sebuah kendaraan listrik yang mampu “lepas landas dan mendarat secara vertikal” terkecil di dunia tanpa dikemudikan oleh seorang pilot. Ini yang membedakannya dengan pesawat terbang dan helikopter. Menawarkan perjalanan pribadi dari satu titik ke titik lainnya secara otomatis dan cepat.

Powertrain-nya, terdiri dari motor listrik yang menggerakkan rotor yang ditempatkan di empat lokasi, dengan setiap lokasi menampung dua rotor yang masing-masing berputar ke arah yang berlawanan, masing-masing digerakkan oleh motornya sendiri. Penggunaan delapan motor merupakan cara untuk memastikan keselamatan dalam situasi darurat selama penerbangan sehingga dapat memenuhi regulasi yang berlaku.



Tomohiro Fukuzawa, yang mengepalai upaya SkyDrive, mengatakan dia berharap “mobil terbang” dapat dibuat menjadi sebuah produk dalam kehidupan nyata pada tahun 2023, tetapi dia mengakui bahwa membuatnya aman itu penting. “Dari lebih dari 100 proyek mobil terbang di dunia, hanya segelintir yang berhasil dengan satu orang di dalamnya. Saya sangat berharap orang ingin mengendarainya dan merasa aman.” katanya kepada The Associated Press. Mesin tersebut sejauh ini bisa terbang hanya lima sampai 10 menit tetapi jika itu bisa menjadi 30 menit, itu akan lebih potensial, termasuk ekspor ke tempat-tempat seperti China, kata Fukuzawa.

Kendaraan ini menawarkan alternatif dalam mengatasi kerumitan bandara, kemacetan lalu lintas serta biaya dalam menyewa pilot atau seorang pengemudinya, karena kendaraan ini bisa terbang secara otomatis secara elektrik.

Namun, masih terdapat berbagai kendala untuk memproduksinya secara massal dan menjadikannya sebagai produk komersial. Misalnya ukuran baterai, pengontrolan lalu lintas di udara, dan masalah infrastruktur lainnya adalah di antara sekian banyak tantangan yang perlu dihadapi, termasuk biaya yang harus dikeluarkan oleh penggunanya.



“Jika harganya $ 10 juta, tidak ada yang akan membelinya. Jika pewatnya terbang selama 5 menit, tidak ada yang akan membelinya. Jika pesawatnya sering jatuh dari langit, tidak ada yang akan membelinya,” kata Sanjiv Singh, profesor di Institut Robotika di Universitas Carnegie Mellon kepada The Associated Press.

Pemerintah Jepang optimis bahwa kendaraan dapat digunakan dalam layanan bisnis pada tahun 2023. Dan di tahun 2030-an dapat digunakan secara komersial secara lebih luas. Berpotensi untuk menghubungkan daerah-daerah terpencil dan menyediakan jalur kehidupan dalam sebuah bencana.

Para ahli membandingkan desas-desus mobil terbang dengan saat pertama kalinya industri penerbangan dimulai oleh Wright Brothers dan industri otomotif oleh Ford Model T. Tidak mudah dalam menerapkan suatu kemajuan teknologi kepada masyarakat umumnya. Sebastian Thrun, kepala eksekutif Kitty Hawk, mengatakan perlu waktu lama bagi pesawat terbang, ponsel, dan mobil yang bisa mengemudi sendiri untuk mendapatkan peneriaan.