BAGIKAN
Batuan Shungite berusia dua miliar tahun, sejenis batuan sedimen yang terekspos di Rusia barat laut, merekam kondisi yang nyaman dan kaya akan oksigen di Bumi purba. Credit: K. Paiste.

Planet bumi awalnya tidak memiliki oksigen melimpah seperti sekarang ini. Munculnya sianobakteria dan perubahan lempeng tektonik bumi meniupkan nafas kehidupan bagi planet kita, keduanya bagian dari peristiwa oksidasi besar (Great oxidation event/GOE) 2,4 milyar tahun yang lalu.

Dan bentuk kehidupan yang terbentuk setelahnya ternyata tidak berlangsung lama. Para ilmuwan memiliki teori bahwa setelahnya terjadi penurunan kadar oksigen secara drastis karena proses evolusi kehidupan yang terjadi di bumi menghabiskan persediaan oksigen di atmosfer bumi. Bukti terbaru yang ditemukan tahun lalu menunjukkan bahwa peristiwa ini memicu terjadinya bencana besar yang menyebabkan kepunahan massal dari mikroorganisme di bumi sekitar dua miliar tahun yang lalu yang digambarkan lebih mengerikan dari peristiwa musnahnya dinosaurus.

Walaupun teori habisnya persediaan oksigen di atmosfer akibat evolusi ini lebih banyak diketahui dari teori lainnya, hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa teori tersebut salah.



Di Rusia, hasil analisis dari batuan sedimen mengindikasikan bahwa jutaan tahun setelah peristiwa oksigenasi besar, kondisi dari planet bumi sebenarnya sudah bisa menopang proses evolusi kehidupan yang lebih kompleks.

“Apa yang kami temukan berlawanan dengan pandangan sebelum ini, tetapi kami memiliki bukti yang kuat yang menunjukkan tingkat oksigen terus meningkat bahkan setelah anomali isotop karbon berakhir,” kata ahli paleogeografi Kaar Mand dari University of Alberta.

“Bukti terbaru ini akan memaksa komunitas sains planet bumi untuk mengevaluasi kembali apa yang yang menjadi penyebab turun naiknya siklus oksigen dan karbon di bumi miliaran tahun yang lalu.”

Bukti ini didapatkan dari hasil pengeboran inti bumi di area danau Onega, di bagian barat laut Rusia. Disana, para peneliti menemukan shungite, batuan mineral berwarna hitam berkilau yang telah berumur 2 milyar tahun.

Komposisi batuan mineral ini adalah karbon, dan serpihan batuan yang berkilat ini adalah salah satu penemuan paling penting yang mungkin menjadi petunjuk tentang apa yang terjadi di planet ini milyaran tahun yang lalu.


Saat ini, apa yang dipahami para ilmuwan adalah kenaikan tingkat oksigen lebih dari dua milyar tahun yang lalu memicu terjadinya perubahan isotop karbon di dalam batuan sedimen yang dikenal dengan peristiwa Lomagundi-Jatuli. Teori ini memperkirakan bahwa sejumlah besar materi organik terkubur di sedimen lautan, melepaskan oksigen ke atmosfer; tetapi setelahnya, kandungan oksigen turun drastis.

Dan dari dalam inti batuan shungite, yang diperkirakan terbentuk pada akhir masa Lomagundi-Jatuli, ditemukan adanya jejak dari unsur molybdenum, uranium dan rhenium. Keberadaan unsur ini menunjukkan tingginya kadar oksigen pada saat itu.

Dan faktanya, konsentrasi dari unsur-unsur tersebut paling tinggi dari semua peristiwa yang pernah terjadi pada masa awal sejarah bumi, merupakan batuan dari masa Precambrian dengan kandungan uranium tertinggi yang pernah ditemukan.”

Jika memang batuan shungite ini terbentuk pada masa itu, pastinya ada banyak kandungan oksigen di sekitarnya.

Yang terbaru, ditemukan juga fosil eukaryotic besar yang berusia sekitar 2,1 miliar tahun, diperkirakan pada masa itu, kandungan oksigen di bumi turun drastis, walaupun hasil penemuan ini masih diperdebatkan para ilmuwan.

Dan jika hasil dari penemuan ini benar adanya, tidak berarti kadar oksigen di atmosfer tidak pernah menurun. Tetapi menunjukkan bahwa lautan di planet ini diperkaya oleh oksigen, jauh setelah peristiwa oksigenasi besar terjadi. Jika memang setelah peristiwa itu kandungan oksigen di atmosfer bumi turun drastis.

Para penulis laporan penelitian ini menyatakan bahwa ditemukannya isotop uranium pada sampel batuan shungite merupakan bukti yang tak terbantahkan tentang tingginya kadar oksigen di lautan dan juga menandai meningkatnya proses kehidupan pada masa itu.”

Dan bisa diartikan bahwa berakhirnya peningkatan deposit karbon organik pada masa Lomagundi-Jatuli mungkin bukanlah akibat dari menurunnya kandungan oksigen, tetapi disebabkan oleh hal lainnya. Dan walaupun masih belum bisa dijelaskan saat ini, tetapi hasil penemuan ini akan terus didalami dan diteliti lebih lanjut hingga ditemukan penjelasan lain dari apa yang telah ditemukan sekarang ini.

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam Nature Geoscience.