BAGIKAN
Credit: Joshua J. Cotten

Selama lebih dari satu abad, observasi yang dilakukan oleh Charles Darwin menunjukkan bahwa mamalia jantan umumnya lebih besar dan kuat telah mendominasi pemahaman kita tentang dunia hewan. Namun, sebuah studi mutakhir oleh para ahli ekologi dari Universitas Princeton menantang keyakinan yang telah lama bertahan ini.

Penelitian mereka yang mencakup lebih dari 400 spesies mamalia, menunjukkan gambaran berbeda yang mengejutkan. Di mana hampir 39% spesies ini menunjukkan monomorfisme seksual, artinya jantan dan betina memiliki ukuran tubuh yang serupa. Menariknya, hanya 45% yang menunjukkan pola klasik di mana jantan lebih besar dan 16% betinanya lebih besar dari jantan.

Penelitian ini, yang diterbitkan dalam Nature Communications, menyoroti bias kritis dalam persepsi kita tentang mamalia. Kelompok yang paling banyak dipelajari, seperti karnivora dan primata, sering menunjukkan perbedaan ukuran yang signifikan antara jenis kelamin. Ini membuat pemahaman kita tentang kerajaan mamalia yang lebih luas menjadi bias.

Selain itu, studi ini mengungkapkan dampak dari pilihan pengukuran. Ketika panjang tubuh menggantikan massa tubuh sebagai metrik, persentase spesies monomorfik naik menjadi hampir setengah. Ini menunjukkan bahwa bahkan pengukuran yang tampaknya objektif dapat memengaruhi kesimpulan kita.

Temuan ini sesuai dengan argumen yang berkembang yang menentang narasi universal “jantan lebih besar”. Secara historis, kurangnya data komprehensif membatasi daya tarik pandangan yang menentang ini. Film dokumenter tentang alam sering mengabadikan stereotip pejantan dominan yang bertarung untuk betina pasif, tetapi penggambaran ini tidak mewakili sebagian besar mamalia.

(Tombak et al., Nature Communications, 2024)

Studi ini mengakui keterbatasan. Kelangkaan data membatasi analisis hanya pada 5% dari semua spesies mamalia. Namun, para peneliti mengusulkan bahwa inilah saatnya untuk mengevaluasi kembali narasi “jantan lebih besar”. Hasil awal mereka membuka jalan bagi pemahaman yang lebih bernuansa tentang seleksi seksual dan perannya dalam evolusi ukuran tubuh.

Kasus kelelawar berhidung tabung mencontohkan poin ini. Di sini, betina jauh lebih besar, kemungkinan untuk memudahkan membawa anak selama terbang. Ini sejalan dengan “Hipotesis Ibu Besar” yang kurang dihargai, yang menunjukkan bahwa ukuran tubuh betina yang besar sering kali berasal dari faktor-faktor di luar seleksi seksual.

Ketika para peneliti meninjau kembali asumsi lama dengan lebih banyak data dan pemikiran kritis, terobosan menarik dalam teori seleksi seksual akan segera terungkap. Studi ini membuka pintu ke apresiasi yang lebih dalam tentang kerja rumit dunia alami, di mana perbedaan ukuran mungkin tidak selalu menceritakan keseluruhan cerita.