BAGIKAN
Credit: Vincentiu Solomon

Dua penelitian terbaru, dipimpin oleh Rajendra Gupta dari Universitas Ottawa, Kanada, menantang model kosmologi standar dengan mempertanyakan keberadaan materi gelap dan energi gelap.

Teori 1: Usia Alam Semesta Lebih Tua dan Tidak Membutuhkan Materi Gelap

Penelitian pertama, diterbitkan dalam The Astrophysical Journal, mengusulkan model “CCC+TL” yang menggabungkan dua teori: konstanta kopling kovarian (CCC) dan “cahaya lelah” (TL). Model ini menunjukkan bahwa alam semesta berusia 26,7 miliar tahun, jauh lebih tua dari perkiraan saat ini 13,7 miliar tahun.

Model ini juga menunjukkan bahwa alam semesta tidak memerlukan materi gelap untuk menjelaskan perilakunya. Gupta menjelaskan bahwa percepatan ekspansi alam semesta bukan disebabkan oleh energi gelap, tetapi oleh melemahnya kekuatan alam saat alam semesta mengembang.

Teori 2: Fluktuasi Kosmik Dijelaskan Tanpa Materi Gelap

Penelitian kedua, diterbitkan dalam Monthly Notices of the Royal Astronomical Society, menggunakan model CCC+TL untuk menjelaskan fluktuasi dalam penyebaran materi di seluruh alam semesta. Fluktuasi ini disebabkan oleh gelombang suara di alam semesta yang baru lahir dan radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik (CMB).

Analisis Gupta menunjukkan bahwa model CCC+TL dapat menjelaskan fitur-fitur CMB dan fluktuasi materi tanpa memerlukan materi gelap.astro

Tantangan dan Implikasi

Kedua teori ini menantang prinsip-prinsip kosmologi yang mapan, seperti konstanta interaksi dan usia alam semesta. Jika terbukti benar, ini akan merevolusi pemahaman kita tentang alam semesta dan meniadakan kebutuhan akan materi gelap dan energi gelap.

Namun, kedua teori ini masih dalam tahap awal dan membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk diverifikasi. Para ilmuwan akan terus meneliti dan menguji model-model ini untuk menentukan mana yang paling akurat dalam menjelaskan misteri alam semesta.