BAGIKAN
Image by Josch Nolte from Pixabay

Pada tahun 1990, ditemukan sisa-sisa dari enam jenazah Neanderthal yang terdiri dari dua orang dewasa, dua remaja dan dua anak-anak. Namun, berdasarkan dari penelitian arkeologis terbaru terhadap sisa-sisa Neanderthal ini yang awalnya ditemukan di sebuah gua kecil di Baume Moula-Guercy di lembah Rhône di Prancis selatan, mengungkapkan bahwa mereka adalah korban dari perilaku kanibalisme.

Memang ada bukti dari berbagai situs seperti di Kroasia, Spanyol dan Belgia yang menunjukkan perilaku kanibalisme ada pada Neanderthal. Tetapi tidak diketahui apa yang telah mendasari perilaku tersebut. Apakah karena merupakan pola makan atau sebagai bagian dari budaya ritual mereka.

Sisa-sisa Neanderthal tersebut terletak di dalam lapisan gua setebal 40 sentimeter yang memiliki kesesuaian dengan periode interglasial terakhir. Selama waktu ini, yang berlangsung dari 128.000 hingga 114.000 tahun yang lalu, suhunya berkisar satu atau dua derajat Celcius lebih tinggi daripada saat ini, dan beberapa derajat lebih tinggi dari periode sebelum dan sesudahnya.

Salah satu hal yang memungkinkan telah mendorong perilaku ini adalah kelaparan sehingga memicu perilaku brutal untuk dapat bertahan hidup di antara mereka karena berkurangnnya ketersediaan makanan yang disebabkan oleh perubahan ilkim.

“Perubahan iklim dari periode glasial ke interglasial terakhir sangat tiba-tiba,” menurut Emmanuel Desclaux dari Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Perancis (CNRS) mengatakan kepada Cosmos .

Penelitian yang dilakukan oleh Alban Defleur dan Emmanuel Desclaux dari Perancis telah diterbitkan di Journal of Archaeological Science yang melukiskan gambaran suram bagi kehidupan Neanderthal selama periode interglasial terakhir.

Dari sisa-sia jenazah yang ditemukan terdapat berbagai tanda yang menunjukkan ciri khas kanibalisme: bekas luka yang disebabkan oleh peralatan batu, mutilasi, dan sepotong tulang jari yang menampakkan seolah-olah telah digerogoti oleh gigi Neanderthal, bukan oleh semacam hewan karnivora lainnya.

Memilah-milah sisa-sisa hewan yang terselimuti oleh lapisan gua, Defleur dan Desclaux telah merekonstruksi detail hewan yang menghuni wilayah itu sebelum, selama dan setelah periode interglasial terakhir.

Apa yang mereka temukan adalah bukti perubahan secara tiba-tiba dalam iklim yang secara drastis mengubah lingkungan di Lembah Rhône.

Sebelum dan sesudah iklim yang memanas, ditemukan sisa-sisa dari rusa kutub dan mamut berbulu beserta dengan tikus kecil dan hewan pengerat. Namun, selama periode yang lebih hangat ketika Neanderthal hidup, daerah itu tidak memiliki mamalia besar, alih-alih dihuni oleh tikus, kura-kura dan ular yang bermigrasi dari Mediterania.

“Untuk pertama kalinya, mereka memiliki bukti yang tepat yang menunjukkan bahwa mereka berada pada masa keputusasaan, dan mereka melakukan apa yang perlu mereka lakukan untuk bertahan hidup,” kata arkeolog Michelle Langley dari Griffith University di Australia, yang tidak terlibat dalam penelitian ini kepada Cosmos.

Padang rumput terbuka telah memberikan jalan bagi hutan beriklim sedang dan Neanderthal yang terbiasa berburu mangsa besar seperti bison dan mamut, tampaknya harus berjuang lebih keras dengan perubahan cepat ini. Dari analisis yang dilakukan terhadap enamel gigi dari sisa-sisa Naenderthal mengungkapkan kekurangan gizi.

Kemungkinan, kata Desclaux, bahwa orang telah dikonsumsi selama periode waktu yang singkat, didorong oleh keputusasaan untuk bertahan hidup pada bagian dari penyembah mereka.

Neanderthal bukanlah makanan yang baik sebagai bagian dari makanan biasa, karena mereka tidak kaya kalori seperti hewan lainnya, seperti rusa. Hanya ada beberapa ratus hominin yang mendiami Eropa barat pada saat itu, jadi memburu mereka tidak ada gunanya.

“Unsur-unsur kerangka dari semua wilayah tubuh menunjukkan bahwa mereka utuh sebelum peristiwa pemotongan daging manusia,” kata tulisan tersebut yang dilansir dari Sciencealert

“Lebih lanjut, tidak ada yang tersisa dari anatomi yang terjalin satu sama lain, menunjukkan tubuh yang benar-benar telah terpotong-potong.”

Tentu saja, proposal kanibalisme tetap masih hipotetis, tetapi berdasarkan berbagai bukti yang telah dianalisis oleh para peneliti, itu sejalan dengan hal-hal lain yang telah diketahui tentang Neanderthal. Mereka terbiasa untuk menguburkan jenazah rekannya, dan kemungkinan besar terpaksa meninggalkan sebagian dari Eropa selama periode itu, karena bencana kelaparan yang disebabkan oleh dunia yang terus berubah, dan berkurangnya mangsa yang kaya akan protein.

Bagi mereka yang tetap tinggal, kondisinya sangat sulit. Beberapa mungkin telah saling membunuh untuk bertahan hidup sementara yang lainnya dijadikan santapan.

Tetapi, betapa mengerikannya skenario ini, para peneliti sangat ingin menekankan bahwa itu tidak menjadikan Neanderthal ini sebagai monster purba. Sebaliknya, mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki pilihan lain, jika mereka ingin tetap hidup.

“Mereka akan melakukan hal yang tidak jauh berbeda dengan apa yang akan dilakukan manusia modern dalam sebuah situasi yang sama” kata Langley.

Meskipun demikian, bukti baru ini tentang apa yang mungkin terjadi di Lembah Rhône tidak mengesampingkan kanibalisme untuk tujuan budaya atau ritual oleh Neanderthal lainnya, kata Desclaux.

“Ada kasus kanibalisme budaya, tetapi dalam kasus khusus ini sepertinya tidak demikian,” katanya.