BAGIKAN
Singa gua tersisa dari Einhornhöhle Area 1. (A). Phalanx III ID 46999448_1384 dan tampilan close-up perbesaran tanda potong × 30 dan × 500; (B). Phalanx III yang tidak dimodifikasi; (C). Tulang wijen. Di sebelah kanan, Ilustrasi menunjukkan posisi tanda potong (panah putih) dan lokasi potensial elemen tulang di dalam kaki kucing besar. Credit: Scientific Reports (2023). DOI: 10.1038/s41598-023-42764-0

Penelitian terbaru mengungkap bahwa Neanderthal pernah memburu singa gua, hewan karnivora berbahaya, yang digunakan untuk tujuan mereka. Temuan ini merupakan yang pertama kali dalam sejarah dan mengubah pandangan tentang interaksi manusia purba dengan hewan predator selama zaman es. Studi ini berasal dari penggalian di Einhornhöhle (Gua Unicorn) di Pegunungan Harz, Jerman, pada tahun 2019, di mana tulang-tulang singa gua punah ditemukan.

Singa gua, yang tingginya sekitar 1,3 meter, merupakan predator puncak di Eurasia selama kurang lebih 200.000 tahun dan hidup di beragam lingkungan, mulai dari padang rumput hingga pegunungan. Mereka memburu herbivora besar seperti mamut, bison, kuda, dan beruang gua. Kehadiran tulang singa gua di gua-gua Zaman Es menjadi penyebab diberinya nama “singa gua.”

Penelitian ini mengungkap bahwa Neanderthal memang terlibat dalam perburuan singa gua. Peneliti menemukan tulang jari kaki singa gua dengan bekas luka yang menunjukkan bahwa Neanderthal melepaskan kulit singa menggunakan cakar terpasang. Ini merupakan bukti pertama adanya interaksi budaya antara Neanderthal dan predator puncak tersebut. Meskipun tulang-tulang di Einhornhöhle tidak memberikan bukti langsung perburuan, peneliti menganalisis kerangka singa gua yang ditemukan di tempat lain yang menunjukkan bekas luka senjata.

Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan kerusakan tidak biasa pada tulang rusuk singa gua tersebut, yang diidentifikasi sebagai akibat senjata berburu. Peneliti menyimpulkan bahwa singa gua kemungkinan dibunuh dengan tombak yang ditusukkan ke perutnya saat sudah tergeletak di tanah. Temuan ini membantu mengungkapkan bahwa Neanderthal bukan hanya membunuh singa gua, tetapi juga memanfaatkan dagingnya.

Rekonstruksi balistik digital dari tusukan tombak singa Siegsdorf. (A). berdiri, tampak samping; (B). berdiri, pandangan posterior tulang rusuk; (C). berbaring miring ke kanan, pandangan ventral; (D). berbohong, pandangan posterior. Ilustrasi digital 3D dibuat dengan Autodesk Maya 2022 Credit: Scientific Reports (2023). DOI: 10.1038/s41598-023-42764-0

Singa gua memiliki arti khusus bagi Neanderthal. Temuan ini memberikan wawasan baru tentang kesamaan perilaku antara Neanderthal dan Homo sapiens awal. Singa gua juga dikenal sebagai simbol kekuasaan yang kuat, dan minat manusia untuk mendapatkan rasa hormat dari singa ini telah ada sejak zaman Neanderthal hingga zaman modern.

Penelitian ini merupakan terobosan dalam pemahaman tentang interaksi Neanderthal dengan hewan predator selama zaman es. Temuan ini membantu melengkapi gambaran lebih kompleks tentang perilaku Neanderthal dan mungkin menjadi dasar perkembangan budaya manusia purba di masa yang akan datang.

Singa gua, selain menjadi sumber makanan, tampaknya juga memiliki peran khusus dalam budaya Neanderthal. Temuan kerajinan seni prasejarah seperti ukiran tulang rusa raksasa dari Einhornhöhle, yang menunjukkan kemampuan Neanderthal untuk menghasilkan dan berkomunikasi dengan simbol, menambah dimensi yang lebih kaya dalam pemahaman kita tentang kehidupan sehari-hari mereka. Singa gua, dengan reputasinya sebagai predator puncak dan simbol kekuatan, mungkin saja menjadi ikon atau bahan seni yang digunakan oleh Neanderthal dalam ekspresi budaya mereka. Penemuan ini juga memunculkan pertanyaan baru tentang bagaimana hubungan antara manusia purba dan dunia hewan di masa lalu membentuk mitos, simbol, dan narasi yang mungkin telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Selain itu, perbandingan dengan seni kuno Homo sapiens mengungkap kesamaan yang mengejutkan dalam pandangan manusia prasejarah terhadap singa gua. Motif singa gua menjadi salah satu yang paling menonjol dalam seni kuno, contohnya adalah manusia singa terkenal yang terbuat dari gading yang ditemukan dalam gua-gua Jura Swabia di Jerman Barat Daya, yang bertanggal sekitar 40.000 tahun yang lalu. Singa gua juga diabadikan dalam panel seni cadas di Grotte Chauvet di Prancis yang berusia sekitar 34.000 tahun. Temuan ini menunjukkan bahwa pandangan manusia terhadap singa gua, sebagai simbol kekuatan dan kekuasaan, mungkin telah ada sejak zaman Neanderthal hingga zaman modern.

Temuan ini memberikan pandangan yang lebih dalam tentang hubungan manusia purba dengan predator puncak pada masa lalu dan peran simbolis yang dimainkan oleh singa gua dalam budaya mereka. Meskipun kita terus menggali lebih banyak informasi tentang kehidupan Neanderthal, satu hal pasti: penemuan ini memperkaya pandangan kita tentang evolusi budaya dan pengalaman manusia di masa lalu.

Penelitian ini telah diterbitkan di Scientific Reports