BAGIKAN
(NASA)

SpaceX sekali lagi berhasil meluncurkan pesawat angkasa berawak miliknya, SpaceX Crew Dragon “resilience” menuju International Space Station (ISS) pada hari Minggu (15/11/2020). Dan peluncuran ini merupakan misi pertama dari misi rutin setelah sebelumnya sukses melakukan uji terbang pada akhir musim semi lalu (Juni 2020).

Pesawat angkasa Resiliance membawa empat orang astronot yang terdiri dari empat astronot Amerika: Michael Hopkins, Victor Glover dan Shannon Walker; dan satu orang astronot Jepang: Soichi Noguchi, meluncur pada pukul 19.27 ET atau Senin pagi pukul 7:27 WIB dari landasan udara Kennedy Space Center di Florida.

Presiden Amerika Serikat terpilih, Joe Biden memuji keberhasilan peluncuran di Twitter dengan menuliskan “Pembuktian pada kekuatan sains serta keberhasilan dalam memanfaatkan inovasi, kecerdikan dan tekad dari kita semua,” sementara Presiden Donald Trump hanya menuliskan “hebat” dalam akun Twitternya.

Wakil presiden Mike Pence, yang ikut hadir menyaksikan peluncuran bersama istrinya Karen, menyebutnya dengan “era baru di amerika dalam bidang eksplorasi manusia di luar angkasa.”

Mike Pence dan istri bergabung dengan administrator NASA Jim Bridenstine dan istrinya Michelle untuk menyaksikan peluncuran tersebut, mereka semua bertepuk tangan ketika roket berhasil meluncur ke angkasa.

Proses pemisahan kapsul dari roket kedua berjalan dengan mulus dan menurut anggota tim SpaceX yang berbicara melalui radio, telah mencapai tahap “penyisipan orbit nominal”, yang artinya kapsul saat ini berada pada posisi lintasan yang tepat untuk mencapai ISS.

Para awak pesawat angkasa SpaceX ini akan mencapai tujuan pada pukul 23.00 ET hari Senin (pukul 11.00 WIB hari Selasa), bergabung dengan dua kosmonot Rusia dan satu astronot yang bertugas di stasiun angkasa tersebut dan rencananya akan berada di sana selama enam bulan.

Di bulan Mei, SpaceX telah berhasil menyelesaikan misi penerbangan uji coba pertama yang hasilnya menunjukkan bahwa mereka mampu membawa astronot menuju ISS dan membawa kembali dengan selamat, sebuah titik awal baru bagi negara Amerika Serikat untuk memulai kembali misi perjalanan angkasa menuju stasiun angkasa secara mandiri.

Pesawat angkasa Crew Dragon pada awal minggu ini menjadi pesawat pertama yang mendapatkan pengakuan dari NASA untuk digunakan dalam misi mereka sejak pesawat angkasa ulak alik NASA 40 tahun yang lalu.

Crew Dragon adalah kapsul angkasa dengan bentuk yang mirip dengan pesawat angkasa pendahulu pesawat angkasa ulang alik NASA, dan pesawat ini ini diluncurkan dengan roket SpaceX Falcon 9 yang dapat dipergunakan kembali.

Falcon 9’s first stage booster has landed on the Just Read the Instructions droneship! pic.twitter.com/HSFJKpR4Rm

Pada akhir misi, pesawat Crew Dragon akan melepaskan parasut dan kemudian akan mendarat di atas laut, sama seperti cara kapsul pesawat Apollo mendarat di Bumi.

NASA mulai melakukan kerja sama dengan SpaceX dan Boeing setelah program misi angkasa berawak mereka berakhir pada tahun 2011, NASA dianggap gagal menjalankan misi utamanya untuk membuat perjalanan angkasa menjadi terjangkau dan aman.

Badan antariksa ini telah menghabiskan dana lebih dari $8 milyar dolar pada program penerbangan angkasa komersial di tahun 2024, dengan harapan bahwa sektor swasta dapat membantu NASA untuk menjalankan misi perjalanan ke orbit rendah Bumi, sehingga NASA dapat berfokus pada misi menuju Bulan dan planet Mars.

SpaceX yang didirikan oleh Elon Musk pada tahun 2002, telah melakukan lompatan besar dari saingan terbesarnya Boeing, setelah kegagalan uji terbang pesawat tanpa awal Starliner tahun lalu.

“Kami ingin melakukan kerjasama pertukaran astronot dengan Rusia, dimana astronot AS akan terbang dengan roket Soyuz dan kosmonot Rusia akan terbang pada pasawat angkasa komersial kami,” kata Musk.

Dan pada kenyataannya, kerjasama misi angkasa antara AS dan Rusia – belum pernah terwujud hingga saat ini.

Rusia mengatakan bahwa mereka tidak berminat untuk melakukan kerjasama dalam program Artemis dengan Amerika Serikat dengan misi mengirimkan astronot menuju bulan pada tahun 2024, mereka menganggap program tersebut terlalu AS-sentris.

Dmitry Rogozin, kepala badan antariksa Rusia juga dilaporkan beberapa kali melontarkan cemooh pada teknologi SpaceX, dan belum lama ini dia menyatakan bahwa Roscosmos akan membangun roket yang jauh lebih baik dari roket buatan SpaceX.

Kemunculan SpaceX juga membuat Roscosmos kehilangan pendapatan berharga. Biaya perjalanan angkasa dengan roket milik Rusia telah meningkat hingga mencapai sekitar $85 juta per astrnot menurut perkiraan tahun lalu.

Proses transisi pergantian presiden di AS selalu menjadi masa yang sulit bagi NASA. Dan naiknya Joe Biden sebagai presiden AS pada bulan Januari diprediksi tidak membawa perubahan apapun untuk NASA