Jika wabah sampar atau “Black Death” yang telah memakan korban hingga 200 juta orang di Eurasia dan memuncak di Eropa dari tahun 1346 sampai 1353 dianggap sebagai era paling mematikan, ternyata itu belum seberapa. Begitupun ketika pandemi flu telah menewaskan 50 hingga 100 juta orang di dunia tahun 1918.
Ternyata, ada lagi yang lebih memilukan dimana rentetan bencana telah melanda yang dimulai pada tahun ini, yang kebanyakan orang bahkan mungkin tidak pernah memikirkannya, tahun 536 Masehi.
“Ini adalah awal dari salah satu periode terburuk untuk hidup, setidaknya, adalah tahun yang terburuk,” Michael McCormick seorang arkeolog dari Universitas Harvard dan sejarawan abad pertengahan mengatakan kepada Science Magazine.
Awan misterius telah menerjang Eropa, Timur Tengah, dan sebagian Asia ke dalam kegelapan selama 18 bulan. “Karena matahari memberikan terang tanpa kecerahannya, seperti bulan, sepanjang tahun,” tulis sejarawan Procopius dari Bizantium.
Ketika gunung berapi meletus, ia memuntahkan partikel sulfur, bismut, dan zat lain menuju atmosfer dan membentuk aerosol, di mana dapat bertahan selama dua hingga tiga tahun. Aerosol ini memblokir beberapa radiasi matahari yang masuk dan memantulkannya kembali ke angkasa, menyebabkan iklim menjadi lebih dingin dari yang seharusnya.
Pada tahun 536 Masehi, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa bencana letusan gunung berapi adalah penyebabnya. Saat atmosfer terselimuti oleh abu dan puing-puing vulkanik yang bercampur dengan lapisan es. Suhu musim panas saat itu turun 1,5 hingga 2,5 °C.
Terjadi berbagai petaka di sebagian belahan dunia. Di Cina, salju turun saat di musim panas menyebabkan kegagalan panen dan kelaparan, sementara di Irlandia telah tercatat dalam sejarahnya berupa kelaparan parah dari tahun 536 hingga 539.
Dan pada tahun 540M ada bukti letusan kedua berdasarkan pengukuran berbagai parameter dari berbagai inti es Greenland dan Antartika, yang semakin memperpanjang kesengsaraan.
Kemudian, pada tahun 541, wabah pes melanda pelabuhan Pelusium Roma, di Mesir. Apa yang kemudian disebut sebagai Wabah Yustinianus yang menyebar dengan cepat menewaskan lebih dari 50 juta orang, memusnahkan sepertiga hingga setengah populasi Kekaisaran Romawi timur dan mempercepat keruntuhannya, kata McCormick.
Meskipun para sejarawan telah lama mengetahui bahwa pertengahan abad keenam adalah zaman kegelapan dalam apa yang dulu disebut sebagai Abad Kegelapan, tetapi sumber dari awan misterius tersebut telah lama menjadi teka-teki.
Sekarang, berdasarkan penelitian terbaru pada lapisan inti es yang telah dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh McCormick melaporkan bahwa letusan gunung berapi dahsyat di Islandia telah memuntahkan abu di belahan bumi utara pada awal tahun 536M. Dua letusan besar lainnya menyusul, pada tahun 540 dan 547M. Pukulan berulang, diikuti oleh wabah, menenggelamkan Eropa ke dalam stagnasi ekonomi yang berlangsung hingga 640M, seperti yang dilaporkan oleh tim di jurnal Antiquity.
Namun pada sekitar 640M, berdasarkan penelitiannya tim telah menemukan tanda-tanda pembaruan pada es berupa timbal. Itu berarti bahwa manusia telah mulai menambang dan meleburkan perak dari bijih timah yang telah menyebabkan polusi.
Pada tahun 660M, menandai infus besar perak ke dalam kebangkitan ekonomi abad pertengahan. Ini menunjukkan bahwa emas telah menjadi langka karena perdagangan meningkat, memaksa pergeseran pada perak sebagai standar moneter “Ini menunjukkan munculnya kelas pedagang untuk pertama kalinya,” menurut arkeolog Christopher Lovelock dari University of Nottingham.
“Catatan dari inti es beresolusi tinggi menawarkan kronologi baru dan independen untuk produksi perak yang diperbarui di awal abad pertengahan Barat.” Singkatnya, ekonomi mulai pulih dan hanya butuh seratus tahun atau lebih.
Catatan terperinci tentang bencana alam dan pencemaran yang dilakukan manusia telah membeku di dalam es “memberi kita jenis catatan baru untuk memahami rentetan dari manusia dan penyebab alamiah yang menyebabkan jatuhnya Kekaisaran Romawi — dan dorongan terhadap ekonomi paling awal dari abad pertengahan yang baru ini.”
Menariknya, inti es juga menunjukkan menurunnya polusi timbal di sekitar 1349-1353. Ini bertepatan persis dengan kronologi Black Death, dan para peneliti menggunakannya sebagai penanda untuk menentukan bahwa mereka telah memperkirakan tahun yang tepat untuk penanda vulkanik dan lonjakan polusi.