BAGIKAN

Lulusan Akademi Desain Eindhoven, Soyoun Kim, ingin mendorong lebih banyak interaksi antara warga Korea Utara dan Korea Selatan, dengan menciptakan serangkaian struktur arsitektur di sepanjang perbatasan.

Kim merencanakan serangkaian 25 bangunan dan monumen berbeda yang didirikan di antara negara-negara saingan. Masing-masing akan membentuk “zona netral”, di mana warga dari kedua sisi perbatasan dapat bertemu dan saling berkomunikasi.

Dia juga telah menciptakan agen perjalanan fiktif untuk mendorong kunjungan.

“Ini akan membantu untuk mendefinisikan kembali hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara sebagai koeksistensi yang harmonis, bahkan mungkin membuka jalan untuk persatuan,” jelas perancang tersebut.

Kim mengemukakan gagasan tersebut setelah meneliti Panmunjom, sebuah bekas desa di perbatasan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Ini adalah tempat di mana pada tahun 1953 kedua negara menandatangani gencatan senjata, dengan maksud untuk mengakhiri Perang Korea.

Hanya satu dari bangunan desa yang sekarang masih ada dan saat ini berfungsi sebagai museum perdamaian. Menurut Kim, itu adalah satu-satunya tempat di sepanjang seluruh perbatasan di mana kedua warga negara dapat salaing bertemu satu sama lain.

Proyeknya mengusulkan untuk menciptakan lebih banyak lokasi seperti ini. Disebut sebagai Blue Neutralized Zone, termasuk berbagai tujuan yang unik, mulai dari sebuah kafe dan restoran bola sampai taman bermain anak-anak.

Penambahan lainnya termasuk tempat suci keagamaan, taman hiburan, salon rambut dan plaza yang dipenuhi seni.

Setiap desain bernuansa warna biru yang sama, sesuai dengan warna logo Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ini juga merupakan nuansa yang sama yang digunakan kedua negara untuk bendera penyatuan pada tahun 2000 saat mereka berbaris bersama dalam sebuah parade negara selama Olimpiade.

“Warna biru bisa menjadi simbol ‘netral dan damai’ di zona ini. Karena itu, dengan warna biru, seluruh zona ini terus mengekspresikan rasa optimis dan optimis di masa depan,” kata perancang.

Kim mempresentasikan proyek di pertunjukan sarjana Design Academy Eindhoven, yang dipentaskan pada Dutch Design Week.

Juga di Eindhoven di minggu yang sama, Dezeen menyelenggarakan ‘Good Design for Bad World’, serangkaian pembicaraan yang mengeksplorasi apakah para perancang dapat membantu memecahkan masalah global. Salah satu pembicaraan mempertanyakan apakah desain dapat mempengaruhi politik – sesuatu yang ingin dicapai Kim dengan proyek ini.

Perancang menyadari bahwa proyek ini tidak mungkin menjadi kenyataan dalam waktu dekat, tapi menurutnya bukan berarti itu tidak realistis.

“Saya orang yang optimis, dan ini adalah skenario masa depan yang optimis,” katanya kepada Dezeen. “Tapi 10 tahun yang lalu kami memiliki beberapa distrik bersama. Saya harap kita bisa memilikinya lagi.”