Setelah sekian lama kebingungan dengan definisi dan standar kota pintar karena masing-masing memiliki interpretasi sendiri, pedoman pembangunan kota cerdas di Indonesia pun akhirnya rampung.
Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC) mengatakan telah memiliki Framework Kota Cerdas Indonesia versi 1.0 yang ditujukan untuk memberikan pedoman pembangunan Kota Cerdas di tanah air. Menurut mereka, adanya keberagaman pendekatan untuk smart city mengakibatkan beragam pula persepsi yang beredar.
“Framework ini sudah kami perkenalkan tepat sejak perayaan HUT ke-72 RI kemarin. Isinya mencakup definisi, model, pengukuran Kota Cerdas, Dewan Smart City, hingga tingkat kematangan Kota Cerdas,” ungkap Ketua Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC) Suhono Harso Supangkat dalam keterangannya, Kamis, 24 Agustus 2017.
Suhono menyadari, smart city dibutuhkan untuk menjadi solusi dari permasalahan urbanisasi yang mendera kota, yang menyebabkan berkurangnya kenyamanan dan keamanan kota. Namun dalam perjalanannya, ada yang berpresepsi jika kota cerdas itu adalah kota dengan aplikasi tertentu. Bahkan ada juga yang mengatakan, kota yang memiliki Command Center.
“Definisi Kota Cerdas berorientasi kepada peningkatan kualitas hidup melalui pengelolaan sumber daya Kota secara efektif, efisien, inovatif dan terintegrasi, bisa dengan inovasi teknologi berbasis internet, big data maupun artificial intelligence,” ujar Suhono.
Dijelaskannya, model kota dimulai dengan sumber daya yang kemudian diolah dan ditingkatkan melalui pengungkit (enabler), seperti manusia cerdas, infrastruktur dasar dan TIK serta tata kelola dan budaya yang baik. Selanjutnya dibagi dalam domain dan cluster yang sangat terkait dengan (Sustainable Development Goal).
Domain dibagi 3 utama yaitu, ekonomi, sosial dan lingkungan. Setiap domain ada cluster dan layanan, seperti smart mobility, smart energy hingga smart health. Selain itu juga dibedakan antara eGov dan smart city, serta disarankan ada organisasi Dewan Kota Cerdas yang menjadi tempat koordinasi dan payung transformasi menuju Kota Cerdas.
Dalam framework ini dinyatakan pengukuran Kota Cerdas menjadi salah satu materi penting karena tanpa bisa mengenali dirinya sendiri maka sulit akan melakukan peta jalan, prioritas pembanguan yang harus didahulukan dalam membangun Kota cerdas.
Peringkat Kota Cerdas
Saat ini APIC dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) juga mendukung ITB dalam melakukan penelitian tentang Rating Kota Cerdas Indonesia yang masih berlangsung, dengan menggunakan metoda Framework Kota Cerdas Indonesia (FKCI). Menurut rencana akan melakukan pengumuman hasil pada bulan Oktober tahun ini.
FKCI versi 1 ini sedang dilengkapi dengan komponen lebih rinci lagi dengan sektor lain seperti Layanan Kesehatan Cerdas (smart health), Layanan Energi Cerdas ( Smart Energy), Layanan Mobilitas Cerdas ( Smart Mobility) , infrastruktur cerdas dll.
APIC sendiri adalah organisasi profesi untuk mendorong lingkungan kota, desa, kabupaten, propinsi hingga bangsa yang cerdas sesuai dengn amanah yang tertuang di UUD 45, mencerdaskan kehidupan bangsa. Keanggotaan APIC terbuka untuk lembaga dan preofesioanal serta mahasiswa.