BAGIKAN
pixabay.com

Tidakkah Anda berharap bisa memprediksi perilaku anak Anda dengan akurasi hingga 100%? Setiap orangtua yang realistis tahu bahwa itu adalah lamunan yang tidak mungkin, meskipun tidak mungkin tapi ini menjadi sesuatu yang menarik. Anak-anak akan selalu mengejutkan Anda. Ada begitu banyak faktor yang masuk ke dalam perilaku, belum lagi fakta bahwa kekuatan internal dan eksternal terkadang dapat membuat anak-anak bertindak di luar karakter.

Apa yang dapat Anda lakukan adalah memahami tahap perkembangan neurologis mereka dan apa artinya pembelajaran dan perilaku mereka. Ternyata, orang tua yang mendapat pegangan yang baik tentang bagaimana manusia berkembang secara neurologis, lebih mampu membimbing anak-anak mereka menuju hasil yang positif.

Berikut adalah ikhtisar tahapan perkembangan neurologis dan bagaimana perannya dalam  mengasuh anak.

Pertama adalah tahap sensorimotor. Ini terjadi selang usia antara kelahiran dan dua tahun. Seorang anak pada tahap ini sudah terbiasa mengalami lingkungan melalui indra mereka. Melalui trial and error dan dari pengalaman dengan objek dan sensasi, mereka mulai menguasai dunia di sekitar mereka. Di sekitar usia satu tahun, anak belajar kekekalan objek, sebuah konsep yang memastikan bahwa objek akan terus ada, bahkan saat itu di luar jangkauan penglihatan.

Menurut Sarah Lytle, PhD., dari Institute for Learning & Brain Sciences di University of Washington di Seattle, apa yang banyak orang tua tidak sepenuhnya sadari adalah bahwa bayi juga berkembang secara sosial dan emosional. Dengan demikian, mereka biasanya melihat ke orang tua mereka untuk mendapat dukungan. Jika Anda berinteraksi dengan bayi yang tidak Anda kenal, biasanya Anda akan melihat anak itu beralih ke orang tua mereka untuk mengukur bagaimana untuk meresponsnya. Tindakan ini disebut referensi sosial atau kognisi sosial. Jadi, selaku orang tua, pastikan untuk mendukung saat anak terkena dampak ini. Sehingga memungkinkan mereka untuk lebih percaya diri dan mandiri.

Anak kecil mengerti dunia melalui interaksi dengan inderanya. Getty Images.

Kata pertama yang mampu diucapkan oleh anak ada disekitar usia enam bulan. Untuk membantu bayi mengembangkan lebih jauh kemampuan bahasanya, ingatlah bahwa mereka mengikuti gerak pandangan Anda. Tekankan dengan mata Anda dengan menggerakkannya perlahan saat mengenalkan sebuah kata baru. Menurut Dr. Lytle, tidak apa-apa menggunakan nada bicara bayi. Kita benar-benar diprogram secara genetis untuk berbicara seperti itu. Tapi pastikan Anda menggunakan kata-kata dengan benar, lengkap, dan tuntas, dengan tata bahasa yang benar.

Dari usia dua sampai enam atau tujuh bulan, seorang anak memasuki tahap pra operasional. Di sini, kemampuan bahasa meningkat. Anak bisa mulai berpikir dalam bentuk simbol, mengembangkan pemahaman numerik, dan mulai memahami perbedaan antara masa lalu dan masa depan. Anak-anak di usia ini bekerja dengan baik pada situasi konkret. Situasi yang abstrak, bagaimanapun, akan sulit dipahami.

Anak usia dua tahun tidak bisa mengendalikan emosinya dengan baik. Untungnya, mereka mudah dipengaruhi. Getty Images.

Pada usia dua tahun bahwa manusia menjadi kagum dengan gagasan bahwa orang lain tidak melihat dunia sebagaimana ia melakukannya. Seperti yang diketahui orang tua dari anak berusia dua tahun, sudut pandang yang berpusat pada diri sendiri ini menyulitkannya untuk berbagi dan peduli terhadap orang lain. Meskipun jajak pendapat tahun 2016 menunjukkan bahwa kebanyakan orang tua mengira anak berusia dua tahun dapat mengendalikan emosinya, namun psikolog mengatakan sebaliknya. Memiliki mainan yang mereka cintai di tangan untuk mengalihkan perhatian mereka saat mereka mengamuk mungkin merupakan strategi terbaik.

Untuk membantu membangun empati, orang tua dapat melakukan hal untuk mengembangkan teori pikiran anak. Ini salah satu cara untuk memahami perspektif orang lain. Catatan ini tidak berkembang untuk anak berusia tiga atau empat tahun. Salah satu contoh yang terkenal adalah “Sally-Anne test.”

Begini, seorang anak diberitahu bahwa Sally memiliki keranjang dan Anne sebuah kotak. Sally menaruh benda di keranjangnya, lalu pergi. Anne mengambil benda itu dan memasukkannya ke dalam kotaknya. Anak itu ditanya, “Saat Sally kembali, kemana dia akan mencari benda yang dimasukkannya?” Jika anak itu mengerti sudut pandang Sally, mereka akan berkata, “Di dalam keranjang.” Taktik lainnya adalah  membacakan mereka berbagai cerita di mana mereka harus meletakkan posisi diri mereka dalam “sepatu karakter”. Dinamai sepatu karakter karena setiap sepatu yang dipakai menggambarkan profesi seseorang. Misalnya sepatu seorang artis berbeda dengan sepatu yang dikenakan penari balet.

Dari usia enam atau tujuh sampai 11 atau 12 tahun, seorang anak memasuki tahap operasi beton. Di usia tujuh tahun seharusnya menjadi usia akal. Di sini, dia dapat memahami konsep abstrak, memahami urutan kejadian, dan berempati dengan orang lain yang pengalamannya berbeda dari pengalaman mereka sendiri. Anak-anak pada tahap ini dapat mempelajari konsep matematika abstrak, tapi tidak baik dalam memecahkan masalah kompleks yang memerlukan penalaran sistematis. Lytle menyarankan untuk mengingat perkembangan emosional anak pada tahap ini. Orangtua sering tidak menyadari betapa terpengaruh anak-anak mereka karena pertengkaran perkawinan atau orang tua yang menderita depresi.

Dari usia 12 tahun di masa remaja, anak memasuki tahap operasi formal, di mana dia mengembangkan kapasitas yang lebih besar untuk pemikiran hipotetis, penalaran abstrak, dan penalaran deduktif. Umumnya, orang memiliki pemahaman yang baik tentang hal ini pada usia 15 tahun. Isu moral seperti keadilan sosial dan gagasan abstrak, seperti probabilitas, dapat dipahami. Meski untuk orang tua, beberapa tahap bisa sangat menantang.

Berurusan dengan remaja adalah menantang sebagaimana otak mereka bekerja. Getty Images.

Remaja sering murung dan hipersensitif. Hal ini biasanya dihubungkan ke hormon, tapi juga karena otak mereka tengah sangat aktif pada tahap ini. Otak berkembang dari belakang ke depan.

Otak tengah bertanggung jawab atas ingatan, emosi, dan seksualitas. Mungkin mengejutkan Anda untuk mengetahui bahwa bagian otak yang rasional, korteks prefrontal, tidak sepenuhnya berkembang sampai sekitar usia 25 tahun. Hal ini bertanggung jawab untuk hal-hal seperti pengambilan keputusan, perencanaan, pengendalian impuls, dan penghindaran risiko.

Remaja cenderung mengevaluasi situasi dengan amigdala atau pusat emosi mereka. Inilah sebabnya mengapa mereka cenderung terbebani oleh emosi mereka, namun mungkin sulit mengekspresikannya. Ini juga menjelaskan kebimbangan mereka terhadap perilaku berisiko. Pastikan untuk sering berbicara dengan mereka tentang narkoba dan alkohol, risiko seks, dan sebagainya, dan memberi mereka kosa kata yang dapat mereka gunakan untuk menghindari tekanan sosial. Bila seorang remaja melakukan kesalahan, bukan omelan atau ceramah, gunakanlah itu sebagai momen yang bisa diajarkan. Menjelaskan kepada meraka secara logis. Cari tahu dengan kata-kata mereka sendiri apa yang seharusnya mereka lakukan dengan cara yang berbeda. Hal ini dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan membuat keputusan.

Juga, melakukan tindakan yang dapat memberikan tugas ‘lobus frontal’- Melaksanakan proses mental yang lebih tinggi seperti berpikir, membuat keputusan, dan merencanakan- mereka. Beri mereka kesempatan untuk berlatih pemecahan masalah, membuat keputusan secara adil, atau merencanakan sesuatu. Lakukan secara bersamaan atau bertukar pendapat tentang tugas yang telah diselessaikanya. Tentu, membesarkan anak jauh dari mudah, tapi mengetahui sedikit ilmu saraf bisa membuat perbedaan nyata.