BAGIKAN
(Belcastro et al., 2021, PLOS One)

Sebuah tengkorak manusia tersembunyi di dalam sebuah gua selama ribuan tahun, telah menjadi teka-teki semenjak ditemukannya pada tahun 2015. Tengkorak ini, hanyalah satu-satunya yang tertinggal tanpa sisa-sisa kerangka yang lain. Dan, itupun dengan tulang rahang bawahnya yang telah lenyap.

Tengkorak ini diperkirakan berasal dari 3630 hingga 3380 SM, bersemayam di suatu tempat yang terpencil di dalam sebuah gua di Bologna, Italia. Sendirian di tengah cekungan gua, penduduk setempat menyebutnya sebagai Dolina dell’Inferno (Lubang neraka) yang tidak mudah untuk ditemukan.

Tidak ada sisa-sisa antropologi atau arkeologi lain yang ditemukan di dalam gua. Tengkorak itu hanya dapat dicapai dengan melintasi lorong gua yang disebut Meandro della cattiveria (Maze of Malice). Kemudian menuju ke atas melalui sebuah terowongan hingga setinggi 12 meter. Tengkorak itu tersimpan pada sebuah langkan berbatu.

Karena kesulitan dalam mengakses tempat tersebut, ahli speleologi tidak dapat mengambil tengkorak sampai tahun 2017. Di mana para peneliti memiliki kesempatan untuk mempelajari spesimen kuno yang misterius ini. Berdasarkan penanggalan radiokarbon menunjukkan bahwa tengkorak itu milik seseorang yang hidup pada periode Eneolitik awal atau Zaman Tembaga (Chalcolithic).

Di sebagian gua lainnya yang berada pada area yang sama, juga ditemukan penguburan dari manusia Eneolitik lainnya. Di sebuah tempat hunian batu, sekitar 600 meter jauhnya dari gua tempat tengkorak itu ditemukan.

Lantas apa yang membuat tengkorak ini bisa begitu terpisah jauh dari yang lainnya. Tersembunyi pada suatu tempat yang tinggi, 26 meter di bawah tanah?

Para peneliti berhipotesis bahwa tengkorak itu mungkin sengaja atau tidak sengaja terpisah dari tubuhnya. Sebelum menggelinding atau terseret oleh aliran air atau lumpur, dan entah bagaimana sampai ke lubang neraka lalu akhirnya terjatuh ke bawah depresi – tanah yang mengalami penurunan sehingga lebih rendah dari sekitarnya.

Seiring waktu, infiltrasi air pada lubang tanah tersebut bisa melarutkan endapan gipsum di dalam gua. Lalu menciptakan suatu terowingan vertikal tepat di samping di mana  tengkorak itu ditemukan.

Berbagai sedimen yang bersarang di dalam rongga tengkorak menawarkan beberapa petunujuk. Terdapat materi yang terjebak di dalam tengkorak selama aliran air. Saat tengkorak melakukan perjalanannya yang menyulitkan ke dalam gua. Tanda-tanda trauma lain pada tengkorak menunjukkan banyak benjolan di sepanjang perjalanan.

Penafsiran hipotetis ini tentu saja tidak selalu terjadi, yang merupakan sesuatu yang tidak pernah benar-benar kita ketahui dengan pasti. Tapi seperti yang ditunjukkan para peneliti, dari semua bagian kerangka manusia, bentuk tengkorak membuatnya paling cocok untuk sebuah pelarian.

Tengkorak itu kemungkinan besar adalah milik seorang wanita berusia 24 hingga 35 tahun, menurut tim peneliti yang dipimpin oleh antropolog Maria Giovanna Belcastro dari Universitas Bologna.

Bukti dari berbagai lesi di sisi tengkorak kemungkinan merupakan hasil manipulasi tengkorak manusia pada saat kematian wanita tersebut. Mungkin menggambarka suatu tindakan ritual untuk menghilangkan daging dari tengkorak, sebagai bagian dari kebiasaan pemakaman.

Sebagian kerusakan jaringan pada tengkorak diyakini telah muncul sebelum kematian. Mungkin disebabkan oleh cedera yang telah membunuh wanita tersebut. Sementara  tanda-tanda lainnya, dapat menunjukkan jenis perawatan apa yang telah diberikan saat itu.

“Jika kerangka itu utuh pada saat rangkaian peristiwa ini, elemen kerangka lainnya, berbeda dalam bentuk dan ukuran, mungkin tetap tersangkut di tempat lain dan tersebar selama perjalanan,” para penulis menyarankan.

“Tengkorak itu akan menggelinding lebih mudah daripada bagian kerangka lainnya dalam aliran air dan aliran puing-puing. Selama dekomposisi dan fase dinamis itu, ia akan terisi dengan sedimen. Oleh karena itu, ia akan mencapai gua dan berhenti di dataran tinggi tempat ditemukannya.”

Penemuan ini telah diterbitkan di jurnal PLOS One .