BAGIKAN
[Pixabay]

Untuk pertama kalinya para peneliti menemukan bahwa diabetes dapat dipengaruhi oleh bakteri yang bercokol di dalam usus untuk memproduksi hormon serotonin yang pada akhirnya memperburuk metabolisme dan meningkatkan kadar gula dalam darah.

Serotonin, neurotransmitter yang berada di otak juga terdapat dalam usus, memengaruhi setiap bagian tubuh, mulai dari emosi hingga keterampilan motorik. Serotonin dianggap sebagai penstabil suasana hati alami. Hormon ini merupakan bahan kimia yang membantu dalam pengaturan tidur dan metabolisme. Serotonin juga membantu mengurangi depresi dan kecemasan, sehingga dijuluki sebagai ‘hormon bahagia’. Meskipun usus sebenarnya menghasilkan 95 persen dari serotonin, namun tidak dalam bentuk kebahagiaan sebagaimana yang kita ketahui di dalam otak.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal internasional terkemuka Proceeding National Academicy of Sciences (PNAS), para peneliti dari Flinders, SAHMRI, dan McMaster University di Kanada menunjukkan dengan tepat bagaimana bakteri yang hidup dalam usus tikus sebagai mikrobioma, berkomunikasi dengan sel yang memproduksi serotonin dan akhrinya memengaruhi kadar gula darah di dalam tubuh inangnya.

Profesor Damien Keating, Kepala Fisiologi Molekuler dan Seluler di Flinders University dan Deputi Direktur Flinders Health and Mecical Research Institute, mengatakan penelitian ini menjelaskan pertanyaan yang tidak terjawab tentang bagaimana bakteri dalam mikrobioma (kumpulan mikroorganisme yang hidup dan berinteraksi di dalam tubuh) berkomunikasi untuk mengontrol kadar glukosa dalam metabolisme.

“Kami menemukan bahwa mikrobioma memperburuk metabolisme kita dengan memberi sinyal terhadap sel-sel di dalam usus yang memproduksi serotonin. Mikrobioma ini meningkatkan kadar serotonin, yang sebelumnya kita tunjukkan meningkat pada orang-orang yang berbadan gemuk, dan peningkatan serotonin darah ini menyebabkan masalah metabolisme yang signifikan.”

“Langkah selanjutnya adalah memahami bakteri mana yang melakukan ini, dan bagaimana, dengan harapan, hal ini dapat mengarah pada pendekatan baru untuk mengatur kadar gula darah pada manusia.” kata Profesor Keating

Penelitian ini adalah yang pertama menunjukkan bagaimana mikrobioma, bakteri yang hidup di usus, secara efektif berkomunikasi dengan organisme [dalam biologi, suatu organisme adalah setiap entitas individu yang menyebarkan sifat-sifat kehidupan] untuk memengaruhi metabolisme inangnya.

Jika para peneliti dapat lebih memahami bakteri mana yang menyebabkan sinyal untuk memproduksi serotonin dalam usus, suatu hari pengobatan dapat dikembangkan untuk mengurangi kadar gula darah, dan ini adalah langkah pertama menuju pemahaman yang lebih baik tentang proses ini.

“Ini adalah kabar yang menarik yang suatu hari nanti dapat memiliki implikasi secara langsung untuk gangguan kesehatan manusia seperti diabetes, tetapi diperlukan lebih banyak lagi  penelitian seperti ini di tahun-tahun mendatang.”