BAGIKAN
[Pixabay]

Sebuah sampel batu yang diambil dari Bulan pada saat misi penerbangan ke bulan Apollo 1971, kini diteliti lebih seksama oleh tim peneliti internasional, dan menunjukkan bahwa batuan tersebut memiliki kandungan unsur-unsur yang seharusnya tidak berada di Bulan, namun lebih lazim ditemukan di Bumi.

Penelitian tim telah dipublikasikan di Earth and Planetary Science Letters.

Sampel berupa bongkahan batu yang diberi nama “Big Bertha” memiliki massa 9 kilogram dan panjangnya mencapai 23 sentimeter, kemungkinan sebelumnya berada di kedalaman 60 hingga 80 meter di bawah permukaan Bulan.

Setelah melakukan investigasi terhadap sekitar 2 gram sampel batu didapatkan beberapa bahan seperti kuarsa, feldspar dan zirkon. Semua bahan tersebut umumnya ditemukan di Bumi dan sangat tidak biasa di Bulan.

Sementara analisis kimia terhadap fragmen batuan menunjukkan bahwa bahan tersebut terkristalisasi berdasarkan reaksi oksidasi yang terjadi pada kondisi suhu yang memadai seperti di Bumi. Dibandingkan dengan temperatur di Bulan yang sangat ekstrem – ketika sinar matahari mengenai permukaan bulan, suhunya dapat mencapai 127 °C. Saat matahari terbenam, suhunya bisa turun hingga minus 173 °C.

Jika dimungkinkan sampel tersebut mengkristal di Bulan, itu akan membutuhkan kondisi yang belum pernah disimpulkan sebelumnya dari sebuah sampel di Bulan, yang hanya dapat ditemukan pada kedalaman yang luar biasa seperti di mantel Bulan.

Terlebih lagi jika analisis tim memberikan rincian riwayat bahwa batu tersebut mengkristal sekitar 20 kilometer di bawah permukaan Bumi 4,0-4,1 miliar tahun yang lalu.

Big Bertha. (LPI)

Lalu bagaimana ia sampai ke Bulan?

Selama miliar tahun pertama setelah pembentukannya, ‘tata surya bagian dalam’ dipenuhi dengan puing-puing benda angkasa. Akibatnya, Bumi lebih rentan terkena hantaman asteroid dengan berbagai ukuran setiap saat. Pekerjaan sebelumnya oleh tim menunjukan bahwa sebuah asteroid yang telah menabrak Bumi bisa menghasilkan kawah dengan diameter ribuan kilometer, cukup besar untuk membawa material dari kedalaman itu ke permukaan Bulan.

(LPI / David A. Kring)

Selain betapa dahsyatnya hantaman yang telah terjadi, jarak Bulan dengan Bumi pada saat itu tiga kali lebih dekat dibandingkan saat ini. Sehingga memungkinkan cikal bakal sampel batuan Big Bertha akan mencapai hingga Bulan dengan selamat saat itu.

Setelah sampel mencapai permukaan Bulan, ia dipengaruhi oleh beberapa peristiwa lainnya, salah satunya tercairkan saat 3,9 miliar tahun yang lalu, dan memungkinkan terkubur di bawah permukaan.

“Ini adalah penemuan luar biasa yang membantu melukiskan gambaran yang lebih baik tentang Bumi purba dan pemboman yang mengubah planet kita selama awal kehidupan,” kata ilmuwan bumi dan planet David Kring dari Lunar and Planetary Institute .

Kring menduga kesimpulan asal fragmen batuan dari Bumi akan menjadi kontroversial. Sementara Bumi Hadean (periode ini dimulai sejak pembentukan Bumi hingga berakhirnya pada kurang lebih 3800 juta tahun yang lalu) adalah sumber yang masuk akal untuk sampel, penemuan pertama dari jenis ini mungkin menjadi tantangan bagi komunitas geologi untuk dicerna. Dia mencatat bahwa sampel Bumi Hadean tentu turut menghiasi permukaan Bulan.