BAGIKAN
(CNSA / CLEP / CC BY 4.0)

Sebuah wahana antariksa China berhasil tinggal landas dari permukaan Bulan untuk kembali ke Bumi. Dalam sebuah misi ambisius China untuk membawa kembali sampel batuan bulan pertama dalam empat puluh tahun terakhir.

Beijing terus berusaha mengejar ketertinggalannya dalam pengembangan teknologi antariksa dengan Amerika Serikat dan Rusia dalam beberapa dekade terakhir ini. Pemerintah China telah menggelontorkan milyaran dollar untuk program antariksa mereka.

Pesawat angkasa Chang’e-5 yang namanya diambil dari nama tokoh mistik dewi bulan China ini, berhasil tinggal landas dari permukaan bulan pada hari Kamis lalu (14/12/2020) pada pukul 15.10 GMT (22.10 WIB).

Sebuah modul yang membawa sampel batuan dan tanah Bulan berhasil meluncur menuju orbit dengan sebuah roket pendorong bertenaga kuat. 

Rekaman video yang disiarkan oleh stasiun televisi pemerintah China, CCTV, menunjukkan bagaimana wahana antariksa tersebut tinggal landas dari permukaan Bulan dalam semburat cahaya yang sangat terang.

Badan antariksa China menyatakan bahwa “sebelum tinggal landas, bendera China telah dikibarkan di permukaan bulan”.

Dan juga dinyatakan bahwa peristiwa tersebut adalah keberhasilan pertama Cina untuk tinggal landas dari sebuah objek angkasa.

Kemudian, modul tersebut harus menjalankan sebuah proses operasi yang rumit untuk menghubungkan diri dengan bagian dari pesawat angkasa untuk membawa spesimen Bulan kembali ke Bumi, demikian kantor berita China, Xinhua melaporkan.

Para ilmuwan berharap sampel batuan bulan tersebut dapat membantu mereka dalam mempelajari asal-usul Bulan, formasi Bulan dan aktivitas vulkanik pada permukaan bulan.

Dan jika perjalanan kembali ke Bumi berhasil, maka China menjadi negara ketiga yang berhasil membawa kembali sampel dari Bulan ke Bumi, setelah Amerika Serikat dan Uni Soviet di tahun 1960 an dan 1970 an.

Dan misi ini adalah yang pertama sejak misi Luna 24 Uni Soviet pada tahun 1976.

Pada saat itu, misi pesawat angkasa Uni Soviet tersebut adalah untuk membawa dua kilogram (4,5 pound) material yang berasal dari area yang dikenal dengan nama Oceanus Procellarum – atau “Lautan badai” – sebuah dataran luas, yang terbentuk dari lava, yang belum pernah dieksplorasi sebelumnya, menurut jurnal ilmiah Nature.

Xinhua, yang menyebut Chang’e-5 sebagai “misi yang paling rumit dan menantang dalam sejarah antariksa China”, melaporkan bahwa wahana antariksa tersebut bekerja selama 19 jam di permukaan Bulan.

Menurut badan antariksa AS, NASA, sampel Bulan tersebut akan kembali ke Bumi dalam sebuah kapsul yang diprogram untuk mendarat di bagian utara China, di wilayah Mongolia.

Di Bawah pemerintahan Presiden Xi Jinping, rencana China untuk mewujudkan “mimpi antariksa”, demikian dia menyebutnya, dapat dilaksanakan.

China berencana untuk memiliki stasiun angkasa berawak pada tahun 2022 dan juga akan mengirim astronot ke Bulan.

China berhasil meluncurkan satelit pertamanya pada tahun 1970, dan dibutuhkan beberapa dekade kemudian untuk mewujudkan misi penerbangan manusia menuju antariksa. Yang Liwei merupakan “taikonaut” pertama China pada tahun 2003.

Keberhasilan wahana lunar rover China mendarat pada wilayah sisi jauh Bulan pada tahun 2019 secara global mendorong aspirasi Beijing untuk menjadikan China menjadi salah satu negara adidaya luar angkasa.

Beberapa proyek angkasa tengah dikerjakan untuk memenuhi target ambisius China, termasuk pembuatan sebuah roket berdaya besar yang mampu membawa muatan yang jauh lebih besar dari yang bisa ditangani oleh roket milik NASA dan juga roket buatan SpaceX, sebuah pangkalan di bulan, dan stasiun angkasa permanen berawak.