BAGIKAN
(Christian Bowen/ Unsplash)

Seorang ibu pengidap COVID-19, telah berhasil melahirkan bayinya dengan sehat tanpa tertular oleh penyakit tersebut. Celine Ng-Chan, ibu dari sang bayi, telah terdiagnosa COVID-19 ketika usia kandungannya 10 minggu. Saat Aldrin, bayinya yang dilahirkan dinyatakan bebas dari COVID-19 dan terlihat memiliki perlindungan antibodi. Setidaknya selama beberapa waktu yang berasal dari ibunya. Ng-Chan mengatakan kepada Straits Times bahwa dirinya tidak positif COVID-19 ketika melahirkan bayinya.

“Kehamilan dan kelahiran yang saya alami cukup lancar walaupun saya pernah terdiagnosa COVID-19 pada trimester awal kehamilan, yang merupakan fasa yang paling tidak stabil dalam kehamilan. Dan saya sangat bersyukur dapat melahirkan Aldrin, dia terlahir dalam kondisi yang sangat sehat,” kata Ng-Chan seorang guru privat di Singapura. “Saya merasa sangat lega, akhirnya perjalanan COVID-19 saya telah berakhir.”

Apa yang dialami oleh Ng-Chan tentunya memberikan fakta baru dimana penularan COVID-19 dari seorang ibu kepada bayi yang dikandungnya sangatlah jarang terjadi. Dan bayi-bayi yang terlahir dari wanita yang memiliki penyakit tertentu kemungkinan mendapatkan perlindungan dari penyakit yang diderita ibunya, kata Dr. Jessica Madden, seorang dokter spesialis anak dan juga ahli neonatologi yang bekerja sebagai direktur medis pada Aeroflow Breastpumps.

Hasil penelitian kecil menunjukkan bahwa ibu-ibu yang terkonfirmasi positif COVID-19 akan menurunkan antibodi IgG – tipe antibodi yang menunjukkan seseorang dalam tahap penyembuhan – untuk melawan virus pada janin di dalam rahim mereka.

Sebuah laporan penelitian yang dipublikasikan di bulan Maret menunjukkan bahwa enam wanita yang terkonfirmasi positif virus ketika melahirkan, ketika bayi-bayi mereka dilahirkan, terdeteksi peningkatan jumlah antibodi IgG walaupun tidak ada satupun diantara bayi-bayi tersebut terkena COVID-19. Semua wanita-wanita tersebut mengenakan masker, dan melahirkan bayi mereka melalui operasi Cesar pada ruangan isolasi – yang menurut hasil penelitian terbaru hal itu tidak perlu dilakukan.

Sebuah laporan kasus di bulan Oktober juga menunjukkan bahwa seorang bayi yang terlahir dari seorang ibu dengan COVID-19 asimptomatik yang diketahui memiliki antibodi IgG tetapi negatif COVID-19, menunjukkan terbentuknya “imunitas pasif” yang dapat menembus plasenta, demikian pada peneliti menuliskan.

Karena antibodi IgG mampu melawan berbagai jenis bakteri dan virus, juga diketahui mampu melindungi janin dan bayi yang baru lahir dari penyakit-penyakit infeksi. 

“Inilah yang menjadi alasan mengapa vaksin-vaksin untuk penyakit tertentu, seperti pertussis dan flu, sangat direkomendasikan diberikan selama masa kehamilan,” kata Maden. “Jumlah antibodi IgG pada janin meningkat selama kehamilan, terutama setelah usia kehamilan 36 minggu.”

Penelitian lanjutan masih dibutuhkan untuk lebih memahami bagaimana tingkat keparahan suatu penyakit mempengaruhi kadar antibodi dalam tubuh seseorang, bagaimana peranan terjadinya infeksi selama kehamilan, dan seberapa besar ketahanan imunitas dari bayi yang baru dilahirkan.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Wuhan, China, yang melibatkan 24 orang wanita hamil yang terkonfirmasi positif COVID-19 menunjukkan bahwa tingkat imunitas bayi yang baru lahir melemah dengan cepat.

ASI dari ibu yang baru saja terinfeksi COVID-19 diyakini dapat memberikan perlindungan pada bayi yang baru dilahirkannya. Sebuah penelitian di bulan September menunjukkan bahwa pada 37 sample ASI, tidak satupun terdeteksi memiliki kandungan antibodi yang diperkirakan dapat menetralisir COVID-19.

Dilansir dari Business Insider, hasil penelitian ini tidaklah begitu mengejutkan karena antibodi di dalam ASI diketahui dapat melindungi bayi dari jenis-jenis penyakit lainnya seperti campak ketika bayi masih belum cukup umur untuk menerima vaksin. Pemberian ASI juga dikaitkan dengan resiko lebih rendah dari beberapa kondisi seperti diabetes, asma, sindrom kematian bayi mendadak, dan penyakit-penyakit gastrointestinal.

Manfaat-manfaat tersebut tentunya lebih penting dari resiko yang sampai kini belum terbukti dari ibu dengan COVID-19 yang memberikan ASI pada bayinya, selama sang ibu yang terinfeksi penyakit tersebut mengambil langkah-langkah pencegahan seperti selalu menggunakan masker dan mencuci tangan dan payudaranya sebelum menyusui.