BAGIKAN
Credit ; biologydictionary)

Saat ini, di tengah merebaknya pandemi COVID-19 dan dunia sangat membutuhkan obat untuk penyakit ini, beberapa perusahaan berusaha memperoleh keuntungan dari kepanikan dan ketakutan di kalangan masyarakat ketika beberapa negara mulai melonggarkan pembatasan dan menerapkan kehidupan “New normal”.

Saat ini dilaporkan mulai banyak bermunculan praktek terapi stem cell atau sel punca sebagai terapi alternatif untuk COVID-19. Dan yang mengkhawatirkan, belum pernah ada izin yang pernah dikeluarkan dari badan regulasi negara manapun bagi terapi sel punca untuk COVID-19, karena hingga kini belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Fenomena ini menyebabkan beberapa organisasi ilmiah di seluruh dunia mengeluarkan peringatan tentang trend pengobatan baru ini.

The International Society for Stem Cell Research dan the International Society for Cell & Gene therapy belum lama ini memperingatkan bahwa cara pemasaran terapi penyembuhan ini sangat tidak bertanggung jawab karena hingga kini belum pernah ada terapi pencegahan dan penyembuhan COVID-19 dengan metode sel punca yang pernah mendapat persetujuan di manapun di seluruh dunia.



Beberapa organisasi regional di Kanada, amerika Serikat, Australia dan Eropa juga mengeluarkan peringatan yang sama tentang terapi ini.

“Klinik-klinik yang mengklaim produk-produk sel punca yang sangat mahal ini bisa melindungi dan mempercepat kesembuhan para penderita COVID-19 harus memperhatikan peringatan ini,” kata organisasi Stem punca Australia.

“Trial klinis terapi ini masih dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas intervensinya, dari obat-obatan ke vaksin dan terapi selular. Dan masih terlalu dini untuk bisa mengetahui apakah terapi ini benar-benar bekerja dengan aman. Intervensi eksperimental hanya dapat dilakukan oleh para ahli di bidang medis dan merupakan bagian dari penyelidikan klinis yang diakui.”

Adanya misinformasi yang tersebar tidak hanya menempatkan seseorang yang percaya dengan terapi ini pada resiko yang tidak diinginkan, tetapi juga membuat orang-orang disekitarnya menjadi beresiko pula.

Dalam sebuah laporan ilmiah yang mengeksplorasi masalah ini, ahli bioteknologi Leigh turner dari University of Minnesota menjabarkan masalah ini secara menyeluruh, menjelaskan mengapa terapi dengan metode sel punca ini bisa sangat membahayakan kesehatan publik.

“Saya merasa prihatin ketika mengetahui banyak individual yang tertipu dengan membeli terapi yang dipasarkan untuk menyembuhan dan perlindungan terhadap COVID-19,” kata Turner, yang artikel penelitiannya masih berstatus corrected proof – masih dalam tahap koreksi dari penulis-  tetapi sudah dapat diakses secara online.



Turner merasa khawatir apabila masyarakat yang menggunakan produk yang belum teruji ini, kemudian mereka akan meninggalkan protokol kesehatan seperti social distancing karena mereka merasa telah membayar mahal pada produk yang mereka fikir akan melindungi mereka dari penularan virus dan menjadi sakit.

Apa yang pantas masyarakat terima selama pandemi ini, menurut Turner, adalah terapi yang diterapkan berdasarkan bukti ilmiah, langkah-langkah pencegahan, dan perawatan yang mendukung COVID-19, bukan produk tanpa bukti ilmiah dan dijual sebagai terapi atau bahkan diklaim sebagai pengobatan spesifik.

Dan dengan membuat terapi sel punca ini seakan-akan telah dikonfirmasi oleh penelitian klinis, para pelaku bisnis ini tentunya telah menipu publik dengan cara yang membahayakan.

Turner mencontohkan salah satu klinik di Colorado, yang memasarkan produk eksosom sel punca mesenkimal “untuk para pasien yang ingin memperkuat sistem imun” atau untuk mereka yang menginginkan “tambahan sistem pertahanan melawan virus”. 

Klinik tersebut mengklaim bahwa mereka akan memberi ketenangan pada pasien-pasien mereka dengan mengetahui bahwa mereka telah melakukan segala sesuatu yang paling mungkin untuk melindungi diri dan keluarga para pasien.”

Perusahaan-perusahaan lainnya di Arizona, Alabama dan California juga membuat klaim yang mirip. Beberapa memasarkan sel punca atau terapi eksosom sebagai tindakan pencegahan, dan yang lainnya mengatakan bisa memperbaiki kerusakan yang disebabkan COVID-19.

Dengan hanya didukung oleh beberapa penelitian klinis pendahuluan tentang sel punca dan eksosom, tidak bisa membuat perusahaan-perusahaan tersebut bisa dengan bebas memasarkan terapi ini, apalagi dengan memanfaatkan situasi pandemi ini. Harus dilakukan banyak tahapan trial hingga bisa didapatkan bukti ilmiah yang kuat yang mendukung digunakannya produk-produk sel punca sebagai terapi pengobatan COVID-19.

Walaupun terapi pengobatan sel punca mungkin saja menunjukkan efek positif dalam tahap penyembuhan pada pasien-pasien virus corona, para ahli masih meragukannya dan menurut mereka “pengobatan ajaib” yang paling masuk akal untuk COVID-19 adalah dalam bentuk vaksin.