BAGIKAN
Sebagian kecil Mawrth Vallis. (NASA / JPL-Caltech / Univ. Of Arizona)

Berbagai lembah serta permukaan Mars yang terukir telah dibentuk oleh air yang mengalir di bawah lapisan es, bukan oleh air dari aliran sungai sebagaimana asumsi yang telah bertahan selama 40 tahun ini, menurut para peneliti yang dipimpin olehi University of British Columbia (UBC).

Temuan ini juga bertentangan dengan hipotesis yang populer, bahwa Mars purba memilki iklim yang hangat dan basah, memungkinkan air tetap mencair di permukaannya, memilki sungai serta lautan saat itu.

Penelitian ini telah diterbitkan di jurnal Nature Geoscience.




Dengan mengamati ribuan lembah yang terdapat di Mars,  para peneliti menemukan kesamaan yang mencolok antara beberapa lembah yang terdapat di Mars dengan sebuah saluran sub-glasial yang ada di Pulau Devon, Kepulauan Arktik Kanada. Tempat ini adalah salah satu analogi terbaik untuk Mars yang berada Bumi. Kondisinya yang gersang, beku, dan menjadi sebuah tempat bagi pelatihan misi ruang angkasa NASA.

“Selama 40 tahun terakhir, sejak lembah Mars pertama kali ditemukan, asumsinya adalah bahwa sungai pernah mengalir di Mars, mengikis dan menjadi asal dari semua lembah ini,” kata Anna Grau Galofre, pemimpin penelitian ini dari Aizona State University.

Namun, terdapat ratusan lembah di Mars yang memiki keunikan masing-masing, yang menunjukkan bahwa itu telah dibentuk oleh berbagai kondisi lingkungan serta proses yang bebeda-beda.

Kolase menunjukkan lembah Maumee di Mars (bagian atas) disejajrkan dengan saluran di Pulau Devon di Nunavut (bagian bawah). Bentuk saluran, serta keseluruhan jaringan, terlihat identik. Credit: Anna Grau Galofre

Dari 10.000 lembah di Mars yang telah dianalisis, para peneliti dapat menyimpulkan proses erosi yang mendasarinya. “Hasil ini adalah bukti pertama untuk erosi sub-glasial yang luas yang disebabkan oleh drainase lelehan air yang disalurkan di bawah lapisan es kuno di Mars,” kata rekan penulis Mark Jellinek, dari UBC.

Menurutnya, temuan menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil dari jaringan lembah yang cocok dengan pola khas erosi air pada permukaan, yang sangat kontras dengan pandangan konvensional.

Teori Grau Galofre juga membantu menjelaskan bagaimana lembah-lembah itu akan terbentuk 3,8 miliar tahun yang lalu di sebuah planet yang jauh dari matahari dibandingkan Bumi, pada saat matahari kurang intens.




“Pemodelan iklim memprediksi bahwa iklim kuno Mars jauh lebih dingin selama masa pembentukan jaringan lembah,” kata Grau Galofre,

“Kami mencoba menyatukan semuanya dan memunculkan hipotesis yang benar-benar belum dipertimbangkan: bahwa jaringan saluran dan lembah dapat terbentuk di bawah lapisan es, sebagai bagian dari sistem drainase yang terbentuk secara alami di bawah lapisan es ketika ada air yang terkumpul di bawahnya.”

Lingkungan seperti ini juga akan mendukung suatu kehidupan yang lebih baik, untuk kemungkinan kehidupan purba di Mars. Lapisan es akan memberi lebih banyak perlindungan dan stabilitas air di bawahnya, serta memberikan perlindungan dari radiasi matahari tanpa adanya medan magnet — sesuatu yang pernah dimiliki Mars, tetapi menghilang miliaran tahun yang lalu.

Sementara penelitian Grau Galofre difokuskan pada Mars, alat analisis yang dikembangkannya untuk pekerjaan ini dapat diterapkan untuk mengungkap lebih banyak tentang sejarah awal planet kita sendiri. Jellinek mengatakan dia bermaksud menggunakan algoritma baru ini untuk menganalisis dan mengeksplorasi fitur erosi yang tersisa dari sejarah Bumi yang sangat awal.