BAGIKAN
Diversibipalium 'blue' di Mayotte [Credit:Laurent Charles - CCBY 4.0]

Salah satu konsekuensi dari globalisasi adalah pengenalan terhadap spesies invasif, yaitu spesies yang bukan spesies asli dari tempat tersebut. Cacing pipih martil raksasa, atau planaria tanah, dengan panjang hingga 40 cm, dilaporkan dari Prancis dan wilayah luar Prancis oleh tim internasional yang dipimpin oleh Jean-Lou Justine dari ISYEB (Muséum National d’Histoire Naturelle, Paris, Prancis). Ini adalah studi pertama dari invasi ini, dilaporkan dalam sebuah artikel yang dipublikasikan dalam jurnal PeerJ yang dapadiakses secara terbuka .

Beberapa cacing pipih invasif, termasuk cacing pipih New Guinea, Platydemus manokwari, telah dilaporkan dari Perancis. Sebagian besar spesies ini, bagaimanapun, adalah hewan kecil, kurang dari 5 cm (2 in) panjangnya. Cacing pipih martil adalah raksasa di antara cacing pipih, dengan beberapa spesies mencapai hingga 1 m panjangnya. Berdasarkan kontribusi dari sains warga, lima spesies cacing pipih martil dilaporkan dari metropolitan Perancis di Eropa dan dari wilayah luar negeri Prancis di Karibia, Amerika Selatan, Afrika dan Oseania.

Cacing pipih martil adalah pemangsa hewan tanah, termasuk cacing tanah, dan dengan demikian merupakan ancaman terhadap keanekaragaman hayati hewan asli dan ekologi tanah, meskipun dampak ekologisnya belum dipelajari.

Dua spesies dilaporkan dari Perancis, Bipalium kewense dan Diversibipalium multilineatum, adalah spesies raksasa, panjangnya mencapai hingga 40 cm. Satu spesies yang relatif kecil, Bipalium vagum, ditemukan di sebagian besar wilayah tropis Prancis, termasuk Guadeloupe, Martinique, Saint Barthélemy, Guyana Prancis, dan La Réunion. Satu spesies, Diversibipalium sp. “blue” yang dilaporkan dari Mayotte, sebuah pulau Prancis di lepas pantai Afrika Timur, menampilkan warna pirus berkilau yang mengesankan.

Bipalium kewense membunuh cacing tanah. [Credit : Pierre Gros – CCBY 4.0]
Pengamatan terutama didasarkan pada sains warga negara, dengan lebih dari 100 kontribusi yang diterima, termasuk beberapa tanggal pada tahun 1999.

Studi molekuler, berdasarkan urutan Cytochrome Oxidase Tipe 1, menunjukkan bahwa spesies tidak menunjukkan variasi genetik. Bipalium kewense memiliki haplotype tunggal, ditemukan di 5 benua. Spesies ini klonal (identik secara genetis) dan bereproduksi secara aseksual.

Para penulis kagum ketika mengetahui bahwa cacing sepanjang 40 cm itu dapat menyerang negara Eropa yang telah berkembang selama lebih dari dua dekade tanpa ada tanggapan dari otoritas ilmiah.