BAGIKAN
Gabriel Cattaruzzi

Sejarah evolusi kehidupan di Bumi yang kompleks telah melahirkan berbagai makhluk unik dan menakjubkan yang tak terhitung jumlahnya. Namun tidak ada yang lebih menggairahkan bagi para ahli biologi evolusioner untuk mengarahkan pandangannya pada hewan yang berjalan ke samping seperti kepiting.

Ketika para peneliti mencoba untuk mengungkap lebih jauh sejarah evolusi kepiting, mereka berkesimpulan bahwa ciri khas kepiting telah berevolusi setidaknya lima kali dalam 250 juta tahun terakhir. Bahkan, rencana tubuh berkarakter kepiting telah hilang mungkin tujuh kali atau lebih sepanjang sejarah kehidupan di planet ini.

Evolusi yang terus berulang dan cenderung mengarah pada bentuk tubuh seperti kepiting, telah memunculkan suatu istilahnya tersendiri yang disebut sebagai karsinasi. Atau, menggambarkan proses evolusi konvergen di mana krustasea berevolusi menjadi bentuk yang menyerupai kepiting, dari bentuk non-kepiting. Dan ketika evolusi mengarah pada peniadaan sifat-sifat dan ciri khas dari kepiting itu sendiri, maka disebut sebagai dekarsinisasi.

Apa itu kepiting?

Kepiting adalah krustasea berkaki sepuluh dari infraorder Brachyura dan dianggap sebagai “kepiting sejati”, yang sebagian besar dikarsinasi. “Kepiting semu” adalah dari infraorder Anomura. Kelompok ini mengembangkan rencana tubuh seperti kepiting tiga kali atau lebih dari nenek moyangnya yang tidak dikarsinasi.

Ada ribuan spesies kepiting yang tumbuh subur di hampir setiap habitat perairan di Bumi. Mulai dari laut terdalam, hingga gua yang tersembunyi di dalam hutan. Keanekaragaman yang tercipta menghasilkan berbagai kepiting yang memilki fitur di luar kebiasaan.

Misalnya Raninidae, yang kadang-kadang disebut sebagai “kepiting katak”, karena penampilannya yang mirip dengan katak. Mereka dianggap oleh sebagian besar ilmuwan sebagai kepiting yang cukup primitif di antara kepiting sejati.

Kepiting juga memiliki tampilan ukuran yang mengesankan. Yang terkecil, kepiting kacang polong (Pinnothera faba), berukuran hanya beberapa milimeter. Sedangkan yang terbesar, kepiting laba-laba Jepang (Macrocheira kaempferi), membentang hampir empat meter dari cakar ke cakar.

Mengapa evolusi terus menyusun dan membuat bentuk tubuh seperti kepiting tetap menjadi misteri. Evolusi harus melakukan sesuatu yang tepat dalam membentuk suatu makhluk, walaupun itu berulang kali berakhir dengan ciri khas seperti yang dimilki oleh kepiting.

Raninidae (public domain)

Kepiting tidak selamanya adalah kepiting

Itu menjadi lebih aneh, karena tidak setiap kepiting adalah kepiting. Ada kepiting ‘sejati’, seperti kepiting bakau dan kepiting perenang. Namun ada juga yang dikategorikan sebagai kepiting semu, seperti kelomang, atau kepiting raja.

Perbedaan yang paling terlihat antara kepiting sejati dan kepiting semu adalah seberapa banyak kaki berjalan yang mereka miliki. Jika kepiting sejati memiliki empat pasang kaki, maka kepiting semu hanya memiliki tiga kaki. Di mana sepasang kaki berukuran kecil lainnya berada di bagian belakang.

Kepiting telah lama membuat bingung para ahli taksonomi yang selalu salah mengklasifikasikan spesies sebagai kepiting asli atau semu karena kemiripannya yang mencolok.

Selain mencari tahu di mana spesies termasuk dalam pohon kehidupan, memahami dengan tepat berapa kali evolusi telah menciptakan bentuk tubuh seperti kepiting dan mengapa, dapat mengungkapkan sesuatu tentang apa yang mendorong evolusi konvergen.

“Pasti ada semacam keuntungan evolusioner untuk menjadi bentuk seperti kepiting ini,” ahli kepiting dan rekan penulis Wolfe Heather Bracken-Grissom mengatakan kepada Popular Science pada tahun 2020, ketika karsinasi telah membuat internet berputar.

Seperti halnya kebanyakan subjek, para ahli biologi evolusioner memiliki banyak ide, tetapi tidak ada jawaban tegas tentang karsinasi. Karena fokus penelitian masa lalu yang sempit pada spesies kepiting tertentu, “sejarah evolusi rencana tubuh kepiting harus direkonsiliasi”, tulis tim tersebut.

Pohon filogenetik yang menunjukkan contoh klad terkarsinasi dan dekarsinasi, dengan titik-titik berwarna yang mencatat karakteristik pada cabang. (Joanna M. Wolfe)

Masih misteri

“Konstruksi kumpulan data yang komprehensif, termasuk fosil dan spesies yang masih ada, yang mewakili semua keluarga kepiting sangat penting untuk mengidentifikasi karakter kunci yang menentukan apa itu kepiting,” kata Wolfe.

“Ini akan memungkinkan kita untuk menyelesaikan berbagai asal dan hilangnya tubuh ‘kepiting’ terbentuk melalui waktu dan mengidentifikasi waktu asal usul hal-hal baru evolusioner dan rencana tubuh.”

Namun, “Hampir setengah dari cabang di pohon kehidupan kepiting tetap tidak diketaui,” tulis mereka.

Kebanyakan kepiting yang dikarsinasi telah mengembangkan cangkang keras dan terkalsifikasi untuk melindungi diri dari pemangsa – keuntungan yang jelas – tetapi kemudian beberapa kepiting telah meninggalkan perlindungan ini, untuk alasan yang tidak diketahui.

Meskipun terlihat konyol, berjalan menyamping bagi kepiting memungkinkan mereka untuk bergerak lebih lincah ke kiri atau ke kanan tanpa kehilangan pandangan dari pemangsanya saat terancam. Namun, tidak semua keluarga kepiting berjalan menyamping, misalnnya kepiting laba-laba gemuk (Libinia emarginata).

“Meneliti evolusi kepiting memberikan skala waktu makroevolusi 250 juta tahun yang lalu, dengan data filogenetik dan genom yang cukup, kami mungkin dapat memprediksi morfologi yang akan dihasilkan,” kata Bracken-Grissom.

Mungkin saja karena hewan-hewan berbentuk seperti kepiting cenderung lebih bisa bertahan dan meneruskan keturnan.

Penelitian ini telah diterbitkan di jurnal BioEssays.