BAGIKAN
(ALMA (ESO/NAOJ/NRAO)/E. O’Gorman/P. Kervella, 2017)

Betelgeuse teramati semakin redup saja cahayanya, dan para pemerhati angkasa bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi disana. Apakah bintang ini akan mengalami supernova pada akhir hidupnya, tetapi kondisi ini diproyeksikan tidak akan terjadi dalam puluhan ribu tahun kedepan. Jadi, apa yang menyebabkan cahaya bintang ini meredup?

Edward Guinan dan Richard Wasatonic dari Villanova University adalah astronom yang pertama kali melaporkan redupnya cahaya bintang Betelgeuse baru-baru ini. Dalam artikel yang dipublikasikan dalam The Astronomer’s Telegram, kedua astronom ini melaporkan redupnya cahaya bintang Betelgeuse. Mereka juga menuliskan bahwa walaupun cahaya bintang tersebut meredup, tetapi laju redup cahaya bintang ini melambat.

Betelgeuse adalah bintang merah raksasa pada gugus Orion. Terletak di sebelah kiri deret utama diagram Hertzsprung-Russell sekitar satu juta tahun yang lalu dan menjadi bintang merah raksasa selama 40.000 tahun.



Bintang ini tengah mengalami keruntuhan inti SN II progenitor, yang artinya Betelgeuse akan membakar gas hidrogen hingga habis dan akan menyebabkan runtuhnya inti bintang ini, dan akhirnya terjadi ledakan besar supernova.

Dikenal sebagai bintang jenis semi regular variabel. Artinya cahaya bintang ini akan redup dan bersinar secara teratur dalam sebuah siklus selama 420 hari, kemudian selama lima atau enam tahun. Dan siklus ketiga lebih pendek, sekitar 100 hingga 180 hari. Walaupun hampir keseluruhan siklus fluktuasi cahaya bintang ini bisa diketahui, ada beberapa yang tidak bisa diperkirakan, termasuk meredupnya cahaya akhir-akhir ini.

Para astronom telah mengamati bintang Betelgeuse selama lebih dari seratus tahun. Data visual dari bintang ini bisa dilihat hingga 180 tahun yang lalu, dan sejak tahun 1920, the American Association of Variable Star Observers (AAVSO) telah melakukan pengukuran secara sistematis dan intens.

Sekitar 40 tahun yang lalu, astronom dari Villanova University mulai melakukan pengukuran fotometri sistematik untuk tingkat kecerahan bintang Betelgeuse. Data fotometri selama 25 tahun terakhir adalah yang paling lengkap dan detail. Dan berdasarkan data tersebut, cahaya bintang Betelgeuse saat ini adalah paling redup dari sebelumnya. 

Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Guinan dan Wasatonic dalam Astronomer’s Telegram, temperatur bintang Betelgeuse telah menurun hingga 100 derajat Kelvin sejak September 2019, dan luminositas bintang ini juga turun hingga mendekati 25 persen dalam waktu yang sama.



Dan para astronom merasa sangat beruntung karena bintang ini berada dekat dengan sistem tata surya kita, setidaknya dalam konteks ilmu astronomi. Berjarak sekitar 650 tahun cahaya dan menjadikan bintang ini tempat para ilmuwan mempelajari tentang bintang. Dan bintang ini adalah satu-satunya bintang selain matahari yang bisa dilihat permukaannya secara detail. Sangat membantu para ilmuwan astrofisika untuk bisa memahami apa yang terjadi di sana dan juga bintang-bintang lainnya yang mirip dengan bintang ini.

Seperti bintang-bintang lainnya, Betelgeuse menghasilkan panas pada intinya melalui reaksi fusi. Energi panas inti dipindahkan ke permukaannya melalui proses konveksi, yaitu perpindahan panas melalui aliran yang zat perantaranya ikut pindah. Aliran yang membawa energi panas disebut dengan sel-sel konveksi, yang dapat terlihat pada permukaan bintang sebagai bintik-bintik hitam.

Dan ketika bintang berotasi, sel-sel ini juga ikut berotasi, terlihat keluar dan ke dalam di permukaannya. Kondisi ini yang menyebabkan variabilitas cahaya bintang Betelgeuse. Sel-sel konveksi bisa menjadi masif, bahkan akan lebih besar lagi di permukaan bintang besar seperti Betelgeuse.

Pada tahun 2013, dilaporkan adanya sel-sel konveksi di matahari, dan terjadi selama berbulan-bulan. Tetapi para ilmuwan masih belum meyakini, apakah kondisi tersebut yang menyebabkan bintang Betelgeuse meredup?

Episode redupnya cahaya bisa jadi bukan disebabkan oleh bintang itu sendiri, mungkin karena adanya sebuah gumpalan awan gas dan debu yang menghalangi cahaya bintang. Dan seiring berjalannya waktu, Betelgeuse akan terus membakar bahan bakarnya, hingga massanya terus berkurang.

Dan ketika massa bintang berkuran, energi gravitasi yang menahan bagian tepi luar bintang ini akan melemah, dan gumpalan awan gas akan keluar dari bintang menuju area di sekitar bintang. Kondisi ini bisa saja menjadi penyebab redupnya cahaya bintang Betelgeuse.

Atau apakah hal lain terjadi disana? Kita telah banyak tahu tentang bintang-bintang, tetapi tidak semua hal telah kita ketahui. Kita juga belum pernah bisa mengamati bintang merah raksasa lainnya seperti kita mengamati bintang Betelgeuse.

Apapun yang menjadi penyebabnya, yang kita tahu bahwa bintang Betelgeuse telah mencapai akhir dari hidupnya, ledakan supernova akan terjadi.

Jika nantinya terjadi ledakan supernova pada bintang Betelgeuse, akan menjadi peristiwa paling menarik yang bisa disaksikan oleh setiap manusia di bumi. Peristiwa supernova lainnya, seperti SN 185 dan SN 1604 berjarak sangat jauh dari Betelgeuse.



Dan ketika ledakan supernova Betelgeuse terjadi, akan menjadi objek ketiga paling terang di angkasa, setelah matahari dan bulan purnama. Bahkan diperkirakan akan lebih terang dari cahaya bulan.

Cahaya terangnya akan bertahan hingga berbulan-bulan, dan akan membentuk bayangan di Bumi, bahkan pada malam hari. Betelgeuse akan menerangi langit malam hingga berbulan-bulan, akan terlihat pada siang hari, dan membentuk bayangan pada malam hari. Kemudian dalam tiga tahun, akan kembali terlihat seperti semula.

Kemudian enam tahun setelah supernova, Betelgeuse akan terlihat di langit malam. Tidak akan ada lagi Orion si pemburu di angkasa.

Tidak ada yang tahu pasti kapan akan terjadi. Dan apakah redupnya cahaya Betelgeuse ada hubungannya dengan perkiraan ledakan supernova Betelgeuse, para astronom juga tidak mengetahui secara pasti.