BAGIKAN
Wilayah Selat Sunda pada tanggal 13 April, terlihat gunung anak Krakatau mengeluarkan asap putih ke udara. (Lauren Dauphin/NASA Earth Observation/USGS)

Berada di selat sunda, diantara pulau Sumatera dan pulau Jawa, pulau vulkanik anak Krakatau merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di planet Bumi. Hampir setiap waktu semenjak kelahirannya di tahun 1927, gunung ini secara berkala mengeluarkan letusan kecil hingga besar dan terus membangun tubuhnya hingga kini. 

Selama tahun 2020, tercatat terjadi beberapa kali letusan kecil dengan diselingi jeda waktu tanpa letusan. Dan faktanya, sejak tahun 2008, gunung Anak Krakatau cukup aktif mengeluarkan material panas ke udara sampai saat ini. Satelit LandSat 8 milik Amerika Serikat belum lama ini mengambil beberapa gambar dari aktivitas gunung ini melalui perangkat Operational Land imager (OLI).

Gambaran gunung Anak Krakatau yang diambil pada tanggal 13 April (Lauren Dauphin/NASA Earth Observation/USGS)

Citra satelit yang ditangkap oleh perangkat OLI menghasilkan gambar dengan warna asli (true color) dari muntahan asap putih di atas pulau Anak Krakatau pada tanggal 13 April 2020. Asap yang berwarna putih yang terlihat membumbung tinggi di atas Anak Krakatau diperkirakan adalah uap air dan gas. Jika di dalamnya terkandung debu, pastinya akan terlihat lebih gelap. Dari data inframerah satelit terungkap bahwa asap putih tersebut adalah hasil proses melelehnya batuan di dalam gunung oleh panas inti bumi.

Menurut ahli vulkanologi pada NASA’s Goddard Space Flight Center, Verity Flower, sedang terjadi aktivitas vulkanik di dalam gunung tersebut.

“Pada lokasi dari semburan asap mengindikasikan terjadi proses vulkanik,” kata Flower. Kemudian dia dan koleganya menggunakan satelit lainnya untuk memeriksa kembali kondisi gunung tersebut.

Mereka menggunakan satelit Terra milik NASA yang dilengkapi perangkat Multi-angle Imaging Spectroradiometer (MISR) untuk mempelajari semburan asap tersebut dari dekat. Dengan instrumen tersebut, mereka bisa mengukur ketinggian dari semburan asap.

Mereka juga melakukan pengukuran dari bentuk, ukuran dan intensitas cahaya yang diserap oleh partikel dari semburan asap tersebut. Hasil pengukuran ini mengkonfirmasi bahwa semburan asap tersebut terdiri dari partikel-partikel uap air dan gas yang memantulkan cahaya sehingga terlihat berwarna putih.

Mungkin ada pula debu yang ikut terlempar keluar dari gunung Anak Krakatau. Terlihat pada asap yang mengarah ke utara berwarna lebih gelap pada ketinggian yang lebih rendah, mungkin terdapat abu gunung di dalamnya. 

Partikel dengan massa yang lebih kecil akan terlempar lebih tinggi keatas sebelum akhirnya terkondensasi, sementara itu partikel debu dengan massa yang lebih berat akan berada di dekat permukaan laut.

Indonesia adalah kepulauan yang dikelilingi oleh lingkar gunung berapi, rumah bagi ratusan gunung berapi yang 130 diantaranya masih aktif (Lyn Topinka/USGS/ Wikimedia Commons)

Indonesia adalah negara kepulauan yang merupakan bagian dari “Lingkaran api” (Ring of Fire) di samudera Pasifik. Tiga lempeng Bumi bertemu pada wilayah ini. Dua diantaranya, lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, terdorong hingga berada di bawah lempeng Eurasia. Pada kedalam 100 km di bawah permukaan laut, lempeng Indo-Australia dan Pasifik meleleh oleh panas inti bumi. Kondisi ini memicu banyak aktivitas vulkanis di sepanjang kepulauan Indonesia.

Menurut Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan, telah terjadi semburan batu pijar dalam jumlah yang tidak signifikan ke atas permukaan gunung Anak Krakatau sebelum terjadinya letusan asap pada tanggal 13 April. 

Cincin api samudera Pasific (Gringer/Wikimedia Common)

“Terjadi letusan-letusan kecil secara berkala pada gunung Anak Krakatau dalam beberapa tahun terakhir,” kata Flower. “Kondisi ini bisa memicu aktivitas yang lebih besar seperti gelombang tsunami akibat letusan gunung berapi.”

PVMBG mengatakan bahwa gunung Anak Krakatau akhir-akhir ini terus mengeluarkan asap, dan juga mengeluarkan aliran lava dan hujan abu. Tetapi dampak dari aktivitas ini tidaklah meluas, dan mereka telah menutup area hingga radius 2 kilometer dari gunung tersebut.