Pengukuran tekanan darah selama ini telah dijadikan andalan para dokter sebagai petunjuk perkembangan kesehatan pasien. Dan metode pengukuran yang selama ini diaplikasikan oleh para tenaga kesehatan ternyata tidak selalu akurat atau konsisten. Kita masih memakai banyak asumsi, bahwa dengan membaca kondisi tekanan darah di satu titik bagian tubuh, kita bisa mengetahui kondisi tekanan darah keseluruhan tubuh kita.
Sebuah penelitian kecil baru- baru ini dilakukan untuk membuktikan bahwa asumsi tersebut sama sekali tidak benar, bahkan fatal. Pada ruang rawat neuroscience intensive care unit (NSICU), pembacaan tekanan darah pada pasien menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan tergantung dibagian tubuh mana dan bagaimana pengukuran tersebut dilakukan.
Walaupun dilakukan pada pasien yang sama, pembacaan tekanan darah di bagian yang berlawanan atau yang berbeda pada kaki atau lengan akan menghasilkan hasil yang berbeda secara signifikan, dan varialibilitas hasil pengukuran yang ekstrim ini bisa saja membahayakan nyawa pasien ketika dalam kondisi kritis.
“Pada empat orang pasien di NSICU, kondisi tekanan darah mereka harus selalu dipertahankan dalam jarak yang tidak terlalu jauh,” kata perawat neurocritical care dan juga peneliti Kathrina Siaron.
Selama beberapa dekade terakhir ini, para dokter selalu berasumsi bahwa hanya ada sedikit perbedaan pada pemeriksaan tekanan darah non invasif yang dilakukan pada titik yang berbeda pada tubuh pasien. Di titik manapun cuff alat pengukur diposisikan, pada lengan atas, pergelangan tangan atau pada bagian paha, hasil pemeriksaannya tidak akan jauh berbeda.
Walaupun dengan metode pemeriksaan invasif, yaitu dengan memasukkan kateter pada pembuluh darah arteri untuk membaca tekanan darah dengan akurasi tinggi, hasil pemeriksaan secara relatif akan sama dengan tekanan darah pada lengan bagian atas. Tetapi benarkah asumsi tersebut?
Untuk mengetahui kebenaran dari asumsi tersebut, peneliti dari University of Texas Southwestern melakukan pengamatan pada 80 orang pasien di NSICU, membagi mereka dalam jumlah yang sama antara wanita dan pria yang berusia kurang lebih 53 tahun.
Para pasien ini masuk kedalam NSICU karena masalah neurologis yang serius, termasuk stroke, subarachnoid hemorrhages (pendarahan otak) dan tumor otak.
Setiap harinya, para pasIEn diperiksa tekanan darahnya pada dua titik, lengan atas dan padA pergelangan tangan. Pada saat yang sama, 29 dari 80 pasien dipasangkan sensor tekanan darah pada pembuluh darah arterinya.
Biasanya, perbedaan titik pembacaan tekanan darah tidak akan lebih dari beberapa poin, tetapi pada beberapa pasien, peneliti menemukan perbedaan dramatis hingga 40 poin yang bisa mempengaruhi bagaimana pasien tersebut ditangani.
Dan secara keseluruhan, rata-rata perbedaan pembacaan tekanan darah sistolik dari titik bagian tubuh yang berbeda-beda, sekitar 10 hingga 11 poin.
Perbedaaan ini cukup signifikan, mengingat perbedaan 5 mmHg dalam pengukuran tekanan darah sistolik cukup mempengaruhi keputusan dokter untuk menahan atau memberikan pengobatan tertentu pada pasien.
Dengan membandingkan tekanan sistolik pada bagian lengan atas sebelah kiri dan kanan, peneliti menemukan perbedaan rata-rata 8 poin, dan pengukuran diastolik terdapat perbedaan hingga 6 poin.
“Ketika kami membaca tekanan darah pasien pada salah satu lengan hasilnya normal, tetapi pada lengan lainnya pasien dalam kondisi kritis,” kata neurology DaiWai Olson.
Dan pembacaan pada lengan sama tetapi pada titik yang berbeda juga terjadi perbedaan. Pada lengan bagian atas selalu konsisten lebih rendah dari pembacaan pada pergelangan tangan, para peneliti memperkirakan karena jaringan tendon dan tulang pada pergelangan tangan kurang reaktif terhadap tekanan dari luar dibandingkan dengan otot.
Apapun penyebabnya, kedua titik pembacaan tekanan darah menghasilkan perbedaan hingga 13-poin untuk tekanan sistolik dan sekitar 5 poin untuk tekanan diastolik. Para peneliti mengatakan bahwa dengan ditemukannya perbedaan yang konsisten ini diperlukan Langkah pembenahan klinis dan praktis dalam pemeriksaan tekanan darah. Dengan kata lain, hindari membaca tekanan darah pada pergelangan tangan jika dimungkinkan.
Para peneliti belum mengetahui dengan pasti penyebab perbedaan ini – tekanan darah merupakan hasil proses psikologis dari sebuah sistem yang kompleks – dan hasil pengamatan mereka mengindikasikan tekanan darah seseorang tidak sama di setiap bagian tubuhnya.
Walaupun pengukuran dilakukan dengan teknik tekanan arteri, yang dianggap sebagai standar terbaik dalam pengobatan, juga ditemukan hasil yang berbeda dengan pengukuran non invasif hingga 15 poin.
Dan tentu saja, sulit untuk mengambil kesimpulan dari penelitian ini karena ukuran sampel yang kecil. Tetapi hasil penelitian sebelumnya menyimpulkan adanya perbedaan pembacaan tekanan darah antara lengan kiri dan kanan. Tetapi hasil penelitian tersebut tidak bisa merekomendasikan titik tubuh paling baik untuk pengukuran tekanan darah.
Masih dibutuhkan penelitian lanjutan dengan trial dalam skala yang lebih besar dan mengujicobakan bagian lain dari tubuh dan juga teknik pengukuran tekanan darah yang berbeda. Dan jika tetap terjadi perbedaan, mungkin kita perlu mengubah protokol pengukuran tekanan darah.
Mungkin, misalnya, dilakukan beberapa kali pembacaan tekanan darah di titik-titik yang berbeda pada tubuh, dan kemudian mengambil rata-rata untuk mengetahui tekanan darah aktual pada saat itu.
Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam Scienctific Reports.