BAGIKAN
Rekonstitusi seekor coelacanth Rieppelia heinzfurreri yang ditemukan di Ticino. Credit: Philippe-Wagneur-MHNG

Penelitian terbaru terkait menunjukkan pembentukan beberapa spesies dalam waktu yang singkat, setelah kepunahan massal periode Triassic Tengah, di mana lebih dari 80% spesies lautan lenyap.

Para peneliti dari Museum Sejarah Alam Jenewa dan Universitas Jenewa (UNIGE) membandingkan fosil yang ditemukan di Graubünden dan Ticino. Temuan mereka dipublikasikan di jurnal Scientific Reports.

Coelacanth adalah ikan aneh yang saat ini hanya diketahui dari dua yang ditemukan di sepanjang pantai Afrika Timur dan Indonesia. Sirip mereka, di antara ciri-ciri lainnya, menunjukkan bahwa hewan ini secara evolusi lebih dekat dengan vertebrata darat, termasuk manusia, daripada ikan lainnya. Dengan demikian, mereka memberikan gambaran spesies ikan nenek moyang kita. Selama 420 juta tahun keberadaan coelacanth, banyak spesies berbeda telah berevolusi agak lambat, membuat mereka mendapat julukan “fosil hidup”.

Beberapa tahun yang lalu, dua fosil coelacanth, yang ditemukan di bebatuan Trias di wilayah Grisons di Swiss timur, ditemukan sebagai spesies baru yang sangat aneh, Foreyia maxkuhni, dengan tubuh sangat pendek dan tengkorak berbentuk kubah. .

Penemuan pertama ini mendorong para peneliti untuk melihat fosil coelacanth lain yang ditemukan di Situs Warisan Dunia UNESCO Monte San Giorgio di Ticino (Swiss Italia). Fosil-fosil ini seusia dengan yang berasal dari Graubünden. Spesimen ini ditemukan pada pertengahan abad ke-20 dan disimpan di Museum Paleontologi di Zürich. Mereka tidak pernah dipelajari secara rinci karena sulitnya menafsirkannya.

Dalam tesis doktoralnya, Christophe Ferrante, seorang peneliti di Fakultas Sains UNIGE, menunjukkan bahwa itu adalah spesies baru coelacanth, yang evolusionernya sangat dekat dengan spesies dari Graubünden, bernama Rieppelia heinzfurreri. Beberapa fitur dari spesies ini mirip dengan Foreyia sementara yang lain anehnya berlawanan:
satu memiliki kaki depan kecil dan satu memiliki kaki depan besar, satu memiliki insang kecil dan yang lainnya memiliki insang besar, dll.

Kajian ini menunjukkan bahwa kedua spesies ini (serta dua lainnya dengan morfologi yang lebih klasik) merupakan bagian dari radiasi evolusioner kecil, yaitu pembentukan beberapa spesies dalam waktu singkat dan ruang pengumpulan yang sempit. Fenomena ini telah diamati pada beberapa kelompok organisme, tetapi pertama kali diidentifikasi pada coelacanth.

Coelacanth Swiss yang hidup sekitar 10 juta tahun setelah kepunahan massal Trias ini, menunjukkan bahwa ia masih dapat memanfaatkan kondisi khusus lingkungan pasca kepunahan Bumi untuk berevolusi menjadi bentuk yang unik sepanjang sejarahnya. Relung ini kemudian diinvestasikan kembali oleh kelompok lain, termasuk semua kelompok ikan bertulang besar yang masih menempatinya hingga saat ini.