Tidak hanya lebah yang dapat membantu penyerbukan dari tanaman. Berbagai serangga lainnya yang menggemari nektar juga memilki peran yang sama penting, termasuk ngengat. Entomofili atau entomogami adalah penyerbukan tumbuhan yang dilakuakn dengan bantuan serangga.
Pada saat serangga mengisap nektar (sari bunga), serbuk sari dari bunganya akan menempel pada bagian tubuh serangga. Ketika serangga ini hinggap di bunga lainnya, maka serbuk sari yang menempel tersebut akan mengenai serbuk sari bunga yang baru dihinggapi.
Pada tahun 1862, Charles Darwin terkejut ketika mendapatkan kiriman sampel anggrek Madagaskar yang memilki tabung nektar sepanjang 30 sentimeter. Dalam sebuah surat kepada seorang temannya, ia berkata: “Astaga, serangga apa yang bisa mengisapnya!”
Darwin berspekulasi bahwa dibutuhkan seekor ngengat dengan lidah yang sangat panjang untuk mencapai nektar yang memenuhi hingga dasar tabung dari anggrek tersebut.
Lima tahun kemudian pada tahun 1867, Alfred Russel Wallace memprediksi bahwa ngengat yang dimaksud akan mirip dengan ngengat yang dikenal sebagai hawk moth (Sphingidae) dari benua Afrika yang belalainya sangat panjang.
“Bahwa ngengat seperti itu ada di Madagaskar dapat diprediksi dengan aman, dan para naturalis yang mengunjungi pulau itu harus mencarinya dengan keyakinan sebagaimana para astronom mencari planet Neptunus, – dan keduanya akan sama-sama berhasil,” tulis Wallace. Dan ternyata, ia benar.
Ketika ngengat yang menyerbuki anggrek ini akhirnya dideskripsikan oleh Karl Jordan dan Lord Walter Rothschild pada tahun 1903, ngengat itu ditempatkan sebagai subspesies dari ngengat sphinx Morgan. Selanjutnya mereka gabungkan menjadi genus baru dari Xanthopan yang berasal dari Afrika Barat. Mereka menyebutnya sebagai ngengat Malagasi Xanthopan morgani praedicta, yang berarti ‘ngengat yang diprediksi’. Sebutan ini didasari sebagai penghargaan atas prediksi dari Wallace tentang keberadaannya, meski tanpa menyebut Darwin.
Sekarang sebuah studi baru melihat perbedaan ngngat tersebut, baik dari sisi genetik maupun fisiknya. Para peneliti menemukan bahwa ngengat Madagaskar sebenarnya bukan hanya subspesies dari ngengat sphinx Morgan, melainkan spesies utuh yang mandiri dan dinamai sebagai Xanthopan praedicta.
David Lees adalah seorang kurator ngengat dari Natural History Museum, dan salah satu penulis paper yang dipimpin oleh Prof. Joël Minet dan diterbitkan dalam jurnal Antenor.
“Bayangkan kegembiraan saya saat saya membuka gulungan dan mengukur belalai Xanthopan jantan di hutan hujan Madagaskar, menyadari bahwa itu mungkin pemegang rekor global,” kata David.
“Perubahan taksonomi yang sekarang kami usulkan akhirnya memberikan pengakuan yang layak diterima, pada tingkat spesies, salah satu endemik Malagasi yang paling terkenal.”
Ngengat sphinx Wallace hanya ditemukan di Madagaskar, dan kehidupannya terkait erat dengan tanaman yang hidup di sana.
Berkembang bersama dari waktu ke waktu, ngengat dan anggrek bintang telah memengaruhi biologi satu sama lain dalam hubungan penyerbuk dan evolusi tanaman yang unik. Lidah ngengat bertambah panjang untuk mengadaptasi tabung nektar anggrek yang panjang. Pada akhirnya, anggrek menjadi sepenuhnya bergantung pada layanan penyerbukan ngengat. Meskipun ngengat masih dapat menyerbuki tanaman lain yang juga memiliki tabung nektar yang panjang.
Di alam liar, ukuran lidah ngengat seperti ini bisa menjadi masalah. Selain terlalu berat untuk dibawa terbang, juga rentan terhadap pemangsaan saat mereka makan. Untuk mengurangi risiko ini, ngengat membuka gulungan belalai hanya ketika mereka mendekati bunga dan segera menggulungnya kembali setelah selesai.
Saat melihat spesimen ngengat yang tersimpan di koleksi museum, para peneliti perlu membuka gulungan lidah yang panjangnya dari 15 hingga 28,5 sentimeter. Untuk melakukan ini, mereka mencelupkan kepala hampir 100 spesimen ngengat dari Afrika dan Komoro, atau Madagaskar, dalam sebuah bak air semalaman untuk melunakkan belalainya dan memungkinkan para peneliti untuk mengukur panjangnya. Di lapangan di Madagaskar, David membuka gulungan lidah 30 spesimen lain sebelum menandai dan melepaskannya.
Membuat keputusan untuk menamai sesuatu sebagai spesies baru memerlukan pengamatan yang cermat tentang perbedaannya dari spesies serupa.
Saat kehidupan berevolusi, populasi organisme saling menjauh dan tidak selalu jelas di mana satu spesies berakhir dan spesies lainnya dimulai. Faktanya, konsep spesies adalah konstruksi dari manusia, meskipun berguna ketika mengklasifikasikan kehidupan.
Definisi spesies yang disepakati secara luas adalah sekelompok individu serupa yang dapat berkembang biak satu sama lain untuk menciptakan keturunan yang layak.
Mengingat bahwa tidak ada yang menguji apakah ngengat dari Madagaskar dan ngengat dari Afrika dapat kawin silang untuk menghasilkan keturunan yang layak, para peneliti memeriksa ngengat Madagaskar secara mendetail sebelum mereka dapat membuat keputusan untuk meningkatkannya ke tingkat spesies secara utuh.
Tim menemukan 25 perbedaan morfologis (bagaimana tubuhnya terlihat) antara kedua jenis ngengat, termasuk perbedaan yang signifikan dalam bentuk alat kelamin jantan dan betina, bentuk sayap dan pola warna terutama di bawahnya.
“Bagian bawah hawkmoth dari Madagaskar berwarna merah muda, sedangkan bagian bawah hawkmoth dari Afrika berwarna keputihan atau kekuningan,” kata David, menambahkan bahwa ngengat sphinx Wallace juga memiliki konfigurasi unik tanda hitam di bagian atas sayap depannya, mungkin adaptasi untuk kamuflase untuk duduk di kulit pohon yang berbeda.
Mungkin perbedaan yang paling mencolok adalah pada belalai, yang rata-rata lebih panjang 6,6 sentimeter pada semua ngengat Malagasi yang diukur tim daripada ngengat sphinx Morgan dari Afrika dan Komoro.
Selain menilai penampilan ngengat, para peneliti juga mempelajari perbedaan DNA, sebuah teknik yang disebut DNA barcode.
Kode batang DNA telah menunjukkan bahwa ngengat Madagaskar setidaknya 7,6% berbeda dari ngengat Afrika. “Ini jauh lebih dari apa yang Anda perkirakan di antara spesies yang berbeda,” kata David.
Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan dalam barcode DNA antara semua ngengat sphinx Wallace yang ditemukan di seluruh Madagaskar. “Fakta bahwa saya menemukan salah satu ngengat ini di hutan terpencil di barat daya Madagaskar menunjukkan bahwa ngengat ini bisa terbang ratusan kilometer,” kata David.