BAGIKAN
CC0 Public Domain

Dataran Tinggi Tibet telah lama dianggap sebagai salah satu tempat terakhir yang dihuni oleh manusia selama penyebarannya di bumi. Denisovan, mencapai “atap dunia” ini, sekitar 160.000 tahun yang lalu sebelum manusia modern tiba di sana. Bahkan berkontribusi terhadap adaptasi manusia di dataran tinggi yang kurang akan kandungan oksigen.

Denisovan adalah hominin kuno yang pernah tersebar di seluruh Asia. Setelah beberapa contoh kawin silang dengan manusia modern awal di wilayah tersebut, salah satu hibridisasi mereka menguntungkan kelangsungan hidup dan pemukiman orang Tibet di dataran tinggi.

Kesimpulan tersebut adalah salah satu temuan yang dipimpin Peiqi Zhang, seorang mahasiswa doktoral UC Davis yang telah berpartisipasi dalam penggalian situs arkeologi di atas 4.600 meter di Tibet, dan Xinjun Zhang, seorang peneliti postdoctoral di UCLA yang mempelajari Denisovan dan DNA manusia lainnya.

Kedua cendekiawan tersebut melakukan tinjauan bukti penyebaran dan pemukiman manusia di Dataran Tinggi Tibet, mengintegrasikan penemuan arkeologis dan genetik sejauh ini.

Penyelidikan arkeologi menunjukkan empat periode utama pendudukan yang diawali oleh Denisovan sekitar 160.000 tahun yang lalu. Tiga periode berikutnya sekitar 40.000 tahun yang lalu, 16.000 tahun yang lalu dan 8.000 tahun yang lalu adalah pendudukan oleh manusia modern.

“Berdasarkan bukti arkeologis, kami tahu bahwa ada kesenjangan antara periode pendudukan ini,” kata Peiqi Zhang.

“Tetapi pekerjaan arkeologi di Dataran Tinggi Tibet sangat terbatas. Masih ada kemungkinan pendudukan manusia terus-menerus sejak akhir zaman es, tetapi kami belum menemukan cukup data untuk mengonfirmasinya.”

Pada tahun 2019, tulang rahang dari sebuah gua di Dataran Tinggi Tibet untuk sementara diidentifikasi sebagai Denisovan. Namun tidak dapat ditentukan apakah rahang bawah memilki gen yang sama. “Kami tidak tahu apakah Denisovan beradaptasi dengan hipoksia Dataran Tinggi Tibet pada saat itu,” kata Peiqi Zhang.

Studi genetik menunjukkan bahwa orang Asia dan Oseania (orang Australia, Selandia Baru, Melanesia, Mikronesia, dan Polinesia) mewarisi jumlah DNA Denisovan yang berbeda, kata Xinjun Zhang.

“Ini bisa berarti bahwa perkawinan silang terjadi di suatu tempat di Asia pada nenek moyang orang Asia sebelum pembagian lebih lanjut dari populasi lokal yang kita lihat hari ini,” katanya.

Dan itu terjadi lebih dari sekali. “Dari studi genetik, kami dapat mendeteksi bahwa semua orang Asia Timur, termasuk orang Tibet, kawin silang dengan dua kelompok Denisovan yang berbeda, dengan salah satu peristiwa yang unik bagi orang Asia Timur (dan yang lainnya sama dengan orang Asia Selatan lainnya),” kata Xinjun Zhang.

“Karena semua orang Asia Timur menunjukkan pola yang sama, kami memiliki alasan untuk percaya bahwa peristiwa kawin silang ini (yang unik bagi orang Asia Timur) terjadi di suatu tempat di dataran rendah, bukan di dataran tinggi.”

Kedua peneliti itu mengusulkan dua model pendudukan manusia di Dataran Tinggi Tibet sebagai kerangka kerja bagi para sarjana yang dapat diuji dengan penemuan-penemuan di masa depan. Pertama, kunjungan berselang sebelum menetap di sana sepanjang tahun sekitar akhir zaman es, sekitar 9.000 tahun yang lalu. Kedua, pendudukan terus menerus sejak 30.000 hingga 40.000 tahun yang lalu.

Studi genetik sebelumnya menemukan populasi Himalaya masa kini membawa alel EPAS1 dalam genom mereka yang diwariskan dari Denisovan. Ini yang dapat membantu mereka dalam beradaptasi dengan lingkungan mereka yang kurang oksigen. Dalam kedua model para peneliti, Denovisan bisa saja mewariskan haplotipe EPAS1 kepada manusia modern sekitar 46.000 hingga 48.000 tahun yang lalu.

“Pertanyaan utamanya adalah apakah mereka tinggal di sana sepanjang tahun, yang berarti bahwa mereka secara biologis beradaptasi dengan hipoksia,” kata Nicolas Zwyns, profesor antropologi UC Davis dan penulis pembimbing studi tersebut.

“Atau apakah mereka berakhir di sana secara tidak sengaja, dan kemudian kembali lagi ke dataran rendah atau menghilang begitu saja?”

Tidak jelas kapan Denisovan punah, tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa itu mungkin terjadi hingga 20.000 tahun yang lalu.

“Meskipun kita tidak tahu apakah mereka beradaptasi dengan ketinggian, transmisi beberapa gen mereka kepada kita akan menjadi pengubah permainan ribuan tahun kemudian bagi spesies kita untuk beradaptasi dengan hipoksia,” kata Zwyns.

Studi ini dipublikasikan di Trends in Ecology & Evolution .