BAGIKAN
Geoff Brooks / Unsplash

Para peneliti telah mengidentifikasi jenis dari virus corona lainnya yang mirip dengan SARS-CoV-2. Mereka mengatakan bahwa virus ini adalah kerabat dekat dengan SARS-CoV-2, memperkuat dugaan bahwa virus penyebab COVID-19 dipicu oleh peristiwa evolusi yang terjadi secara alami. Hasil penelitiannya telah diterbitkan di jurnal Current Biology.

“Sejak ditemukannya SARS-CoV-2, ada sejumlah saran yang tidak berdasar bahwa virus tersebut berasal dari laboratorium,” kata penulis senior Weifeng Shi, direktur dan profesor di Institut Biologi Patogen di Shandong First Medical University di Cina.

Asal-usul virus corona baru telah menjadi perdebatan di tengah-tengah masyarakat. Sebagian percaya bahwa virus ini adalah sebagai hasil rekayasa di laboratorium. Meskipun para peneliti telah menunjukkan bahwa virus corona baru berasal dari kelelawar yang telah bermutasi, yang sangat sulit bahkan mustahil untuk dihasilkan secara buatan oleh manusia.



Virus yang baru diidentifikasi ini disebut sebagai RmYN02, setelah dilakukan analisis terhadap 227 sampel kelelawar yang dikumpulkan dari provinsi Yunnan, Cina, antara Mei hingga Oktober 2019. Tim dapat mengungkap dua genom virus corona yang hampir utuh – RmYN01 dan RmYN02.

Dari beberapa area genomnya terdapat kesamaan peristiwa penyisipan materi genetik seperti pada SARS-CoV-2. Walaupun bukan merupakan prekursor langsung evolusi dari SARS-CoV-2, virus RmYN02 telah menunjukkan bahwa peristiwa penyisipan yang tampaknya tidak biasa ini dapat terjadi secara alami dalam evolusi virus corona, kata para peneliti.

“Secara khusus, telah diusulkan bahwa penyisipan S1 / S2 sangat tidak biasa dan mungkin merupakan indikasi adanya manipulasi laboratorium. Makalah kami menunjukkan dengan sangat jelas bahwa peristiwa ini terjadi secara alami pada satwa liar. Ini memberikan sanggahan kuat terhadap anggapan bahwa SARS-CoV-2 adalah yang lepas dari laboratorium.”



RmYN02 lebih dekat hubungannya dengan SARS-CoV-2 di beberapa bagian genom. Di antaranya pada bagian penyandian terpanjang yang disebut 1ab. RNA-nya 97,2% memilki kesamaan di antara keduanya. Meskipun demikian, terdapat perbedaan di area genom kunci yang dapat menginfeksi sel inang, yang menandakan bahwa virus ini tidak dapat menginfeksi sel manusia.

Peristiwa penyisipan serupa yang terjadi pada virus yang diidentifikasi pada kelelawar sangat menunjukkan bahwa jenis penyisipan ini terjadi secara alami. “Temuan kami menunjukkan bahwa peristiwa penyisipan ini yang awalnya tampak sangat tidak biasa, pada kenyataannya, dapat terjadi secara alami pada betacoronavirus hewan,” kata Shi.

“Pekerjaan kami lebih menjelaskan evolusi pada nenek moyang SARS-CoV-2,” tambahnya. “Baik RaTG13 maupun RmYN02 adalah leluhur langsung dari SARS-CoV-2, karena masih ada celah evolusi antara virus-virus ini. Tetapi penelitian kami sangat menyarankan bahwa pengambilan sampel yang lebih banyak dari spesies satwa liar akan mengungkapkan virus yang bahkan lebih dekat hubungannya dengan SARS-CoV-2 dan bahkan mungkin leluhur langsungnya, yang akan memberi tahu kita banyak tentang bagaimana virus ini muncul pada manusia.”