Penelitian terbaru telah mengungkapkan adaptasi yang menakjubkan dari beberapa ular laut Australia yang membantu melindungi ekornya yang berbentuk seperti dayung yang memudahkan penyerangan yang bakal dilakukan oleh para pemangsanya.
Sebuah studi internasional yang dipimpin oleh University of Adelaide menunjukkan bahwa beberapa spesies ular laut Australia dapat merasakan cahaya pada kulit ekornya, sehingga membuat mereka untuk menarik ekornya menuju tempat di bawah naungan yang lebih gelap. Studi ini juga menghasilkan wawasan baru tentang evolusi dan genetika dari kemampun untuk merasakan cahaya yang langka ini pada hewan.
Para peneliti menemukan bahwa ular laut zaitun (Aipysurus laevis) dan spesies Aipysurus lainnya memindahkan ekor mereka dari cahaya yang dapat mempermudah penglihatan mahluk lain. Para peneliti memiliki keyakinan jika adaptasi tersebut dapat menjaga ekornya tersembunyi dari hiu dan predator lainnya.
“Ular laut menjalani seluruh hidup mereka di laut, berenang dengan ekor berbentuk dayung dan beristirahat pada waktu siang hari di bawah terumbu karang atau bebatuan,” kata pemimpin penulis studi Jenna Crowe-Riddell dari University of Adelaide. “Karena ular laut memiliki tubuh yang panjang, ekor-dayungnya jauh dari kepala, jadi merupakan suatu keuntungan memiliki kemampuan indra terhadap cahaya yang dimilikinya.
“Ular laut zaitun adalah satu-satunya reptil, dari lebih 10.000 spesies reptil yang diketahui dapat merespon cahaya melalui kulit dengan cara seperti itu.”
Para peneliti menguji ekor yang peka terhadap cahaya dari delapan ekor spesies ular laut, tetapi menemukan bahwa hanya tiga spesies saja yang memiliki kemampuan indra terhadap cahaya. Mereka menyimpulkan kemampuan unik yang mungkin telah berevolusi pada leluhurnya hanya dari enam spesies ular laut Australia yang terkait erat.
“Terdapat lebih dari 60 spesies ular laut [yang memiliki indra terhadap cahaya] sehingga kurang dari 10% dari semua ular laut,” kata Ms Crowe-Riddell. “Kami tidak tahu mengapa naluri yang langka ini berkembang hanya pada beberapa spesies Aipysurus .”
Para peneliti menggunakan sekuensing RNA untuk mengetahui gen apa yang aktif yang terdapat di kulit ular laut. Mereka menemukan gen untuk protein yang peka terhadap cahaya yang disebut melanopsin, dan beberapa gen yang terlibat dalam mengubah cahaya menjadi informasi dalam sistem saraf.
“Melanopsin digunakan dalam berbagai jalur genetik yang terkait dengan merasakan keseluruhan tingkat cahaya yang ada di sekitar kita. Bahkan digunakan oleh beberapa hewan, termasuk manusia untuk mengatur siklus tidur dan katak untuk mengubah warna kulitnya sebagai kamuflase,” kata Ms Crowe-Riddell.
Ilmuwan terkemuka Kate Sanders dari University of Adelaide, mengatakan: “Kami telah mengkonfirmasi kemampuan ular laut zaitun untuk merasakan cahaya di ekornya dan menemukan kemampuan yang sama pada dua spesies lainnya. Kami telah mengidentifikasi… Daftar pendek gen yang mungkin terlibat dalam mendeteksi cahaya. Tetapi studi lebih lanjut akan diperlukan untuk menargetkan gen-gen ini sebelum kita benar-benar dapat memahami jalur genetik yang terlibat dalam perilaku yang menarik ini.”
Diterbitkan dalam jurnal Molecular Ecology, studi ini merupakan kolaborasi antara University of Adelaide, University of Bristol, University of Western Australia dan Natural History Museum, London.