BAGIKAN
Jan Huber

Ibex Alpen, sang kambing bertanduk besar yang biasa berhabitat di dataran tinggi Eropa, dikenal gemar turun ke dataran rendah untuk merumput pada siang hari. Namun, para peneliti mengamati perubahan drastis pada perilaku mereka: ibex kini semakin jarang melakukan migrasi vertikal ini.

Alih-alih merumput di siang hari, para “pendaki” ulung ini lebih sering beristirahat. Uniknya, mereka justru aktif mencari makan di malam hari – sebuah keputusan berisiko mengingat para serigala mengintai wilayah tersebut dalam kegelapan.

“Bagi spesies ini, menjadi nokturnal adalah masalah besar,” ungkap Stefano Grignolio, pakar ekologi perilaku dari Universitas Ferrara, kepada Benji Jones dari Vox.

Lapangan terbuka tempat ibex mencari makan minim perlindungan untuk menghindari serigala. Dengan logika tersebut, tim peneliti pimpinan Francesca Brivio dari Universitas Ferrara menduga aktivitas nokturnal lebih tinggi di area tanpa serigala, seperti di Swiss.

Namun, dugaan mereka meleset.

“Justru aktivitas mereka lebih tinggi di area dengan serigala,” ungkap Brivio kepada Olivia Lee dari The Guardian.

Penelitian yang melacak 47 ibex antara tahun 2006 dan 2019 menunjukkan, aktivitas nokturnal mereka meningkat setelah hari-hari dengan suhu maksimum tinggi. Tampaknya, mamalia berdarah panas ini memprioritaskan mencari perlindungan dari panas meskipun berisiko lebih besar bertemu predator.

Dulu, ibex Alpen tersebar luas di Eropa. Populasinya menyusut drastis hingga hanya tersisa 100 ekor pada tahun 1800-an akibat perburuan. Berkat pelarangan berburu pada tahun 1854 dan upaya konservasi, kini jumlah mereka mencapai puluhan ribu.

Sayangnya, keragaman genetik yang rendah pada populasi kambing liar ini membuat mereka rentan terhadap berbagai ancaman, termasuk mutasi bermasalah yang meningkatkan kerentanan terhadap penyakit. Kini, perubahan iklim menambah tekanan lebih lanjut.

“Ibex mengatasi suhu yang lebih panas dengan menjadi nokturnal,” simpul para peneliti, sambil memperingatkan bahwa ini mungkin tidak berujung baik.

Habitat berbatu terjal khas ibex Alpen jauh lebih sulit dan melelahkan untuk dijelajahi dalam kegelapan dengan mata yang beradaptasi dengan cahaya siang. Hal ini berpotensi mengurangi kemampuan mereka mencari makan dan meningkatkan risiko menjadi mangsa predator karena aktivitas mereka yang rentan bertepatan dengan waktu aktif para pemangsa.

Adaptasi perilaku adalah cara tercepat bagi hewan untuk merespons perubahan lingkungan yang cepat. Gangguan manusia dari mulai hiking dan berkebun hingga pertambangan dan perburuan telah mendorong banyak mamalia, termasuk babi hutan dan coyote, menjadi nokturnal. Kini, kita bisa menambahkan perubahan iklim ke dalam daftar tersebut.

Gangguan kita tidak hanya membuat beberapa lokasi tidak dapat dihuni oleh satwa liar, tetapi juga memengaruhi waktu tertentu dalam sehari. Pergeseran seperti ini, baik melalui ruang atau waktu, memutuskan interaksi antarspesies yang telah berlangsung selama jutaan tahun, semakin merusak ekosistem yang berfungsi dan yang kita sendiri andalkan untuk kelangsungan hidup.

Penelitian ini diterbitkan dalam Proceedings of the Royal Society B.