BAGIKAN
Jejak kaki di Ciampate del Diavolo (edmondo gnerre/Wikimedia, CC BY 2.0)

Dikenal sebagai Ciampate del Diavolo yang berarti “jejak iblis” merupakan sebuah wilayah di sekitar gunung berapi Rocca monfina yang telah punah, di utara Campania, Italia. Namanya diambil dari satu set fosil jejak kaki hominid yang tersimpan dalam endapan aliran piroklastik yang telah ada sekitar 350.000 tahun yang lalu.

Orang-orang setempat menghubungkan cetakan itu dengan Iblis karena mereka menganggapnya hanya iblis satu-satunya yang mampu berjalan di atas lava tanpa membahayakannya.

Sejak tahun 2001, para peneliti telah mencari penjelasan untuk lusinan jejak yang telah ditinggalkan oleh sekelompok kecil leluhur manusia dan bahkan beberapa jejak hewan yang meliuk-liuk berusaha menuruni lereng gunung.

Selama beberapa tahun terakhir berbagai ekspedisi telah memberikan pengukuran secara terperinci terhadap 67 cetakan kaki, dan tangan. Semuanya terbagi dalam tiga jalur berbeda yang menjauh dari puncak gunung.


Sekarang, tim ilmuwan dari Italia memiliki perincian lebih lanjut dari 14 jejak yang berukuran lebih besar dari jejak lainnya yang sebagian besar menunjukkan arah perjalanan menuju puncak gunung.

Selama ini belum bisa dipastikan spesies mana yang telah meninggalkan jejak-jejak tersebut. Sangat sulit untuk menentukannya yang didasarkan hanya pada berbagai bentuk cetakan yang telah usang dan sebelumnya telah tertutup oleh lapisan abu vulkanik.

Tampaknya, setidaknya terdapat lima tubuh berbeda di balik jejak-jejak yang telah ditinggalkan. Investigasi lebih lanjut diharapkan dapat mengetahui tentang jenis kelamin, bobot tubuh, dan bahkan mungkin ketinggian tubuhnya.

Mengingat leluhur Homo sapiens mengembangkan sifat-sifat karakteristiknya hanya sekitar 315.000 tahun yang lalu, kita dapat cukup yakin bahwa jejak tersebut bukan berasal dari leluhur manusia modern.

Tetapi para peneliti memiliki beberapa petunjuk menarik. Salah satu jejak yang lebih jelas memberikan bukti tentang pemiliknya seorang laki-laki dewasa.

Dari bentuk jejak kakinya secara umum, menunjukkan kemiripan dengan karakteristik kaki spesies yang terkubur di “Pit of Bones” Sima de los Huesos 430.000 tahun yang lalu. Di mana, setelah menjadi perdebatan, akhirnya diyakini sebagai sisa-sisa dari jenazah Neanderthal.

Meski begitu, para peneliti tetap berhati-hati untuk tidak cepat-cepat mengambil sebuah kesimpulan.

“Kami telah memutuskan untuk mempertahankan atribusi pada spesies tertentu yang masih tertunda,” kata ketua peneliti Adolfo Panarello kepada New Scientist Michael Marshall.

Apa yang mendorong sekelompok hominid purba untuk pergi menerobos sisa letusan gunung yang baru saja mendingin, tetap tidak diketahui. Meskipun jelas dari kesan yang didapat bahwa mereka tidak sedang terburu-buru. Perjalanannya diperkirakan kecepatannya sekitar 1 meter per detik.


Mereka mungkin secara perlahan-lahan menginjakkan kakinya tanpa alas melalui material yang baru saja tersimpan dari aliran piroklastik panas 300 derajat Celcius yang masih mengepul.

Dengan melakukan perhitungan, para peneliti memperkirakan lapisan itu perlu didinginkan hingga setidaknya 50 derajat Celcius, yang berarti setidaknya perlu menunggu beberapa jam setelah letusan sebelum perjalanannya dimulai. Mungkin saja mereka pergi mendaki gunung untuk memeriksa bekas sisa-sisa peristiwa letusan yang baru saja terjadi. Dan, tanpa mengenakan alas kaki.

Penelitian ini dipublikasikan di  Journal of Quaternary Science.