BAGIKAN
(Faris Rajak Kotahatuhaha, Denny Lesmana Budi, Fiera Alifa)

Dalam upaya untuk mengembalikan lapisan es yang telah sekian banyak mencair, tim desainer dari Indonesia mengusulkan suatu cara untuk membekukan kembali air laut di Arktik sehingga dapat dijadikan sebagai lapisan yang membentuk gunung es baru dengan menggunakan sebuah kapal bergaya futuristik.

Gagasan yang muncul dari Faris Rajak Kotahatuhaha yang berkolaborasi dengan Denny Lesmana Budi dan Fiera Alifa sebagai tim desainer dari Indonesia yang mengikuti sebuah ajang kompetisi desain internasional yang diselenggarakan oleh Association of Siamese Architects, seperti yang telah diberitakan oleh Dezeen.

Atas ide desainnya ini, tim desainer Indonsia memenangkan hadiah kedua untuk proposal geoengineering-nya dengan membekukan air laut menjadi bongkahan-bongkahan es berbentuk heksagonal – masing-masing sekitar 2.027 meter kubik (535.477 galon) – yang dapat disusun bersamaan untuk membentuk sebuah lapisan daratan es baru.

Konsep ini merupakan respon proaktif terhadap masalah yang terkait dengan pencairan es di kutub. Para desainer merasa bahwa saat ini perhatian lebih difokuskan pada cara dalam melindungi kota-kota dari kenaikan permukaan laut daripada mengatasi sumber permasalahannya.

(via Dezeen)

Selama tiga dekade terakhir Samudra Arktik telah kehilangan 95 persen lapisan es tertuanya. Perstiwa pencairan ekstrem ini, yang dipicu oleh krisis iklim, telah membuat rantai makanan Kutub Utara dalam bahaya besar. Populasi hewan-hewan seperti anjing laut, ikan, serigala, rubah, dan beruang kutub, jumlahnya kian menyusut.

Terinspirasi oleh manfaat reboisasi, tim berpikir prototipe mereka dapat membantu menyelamatkan habitat ini, yang pada akhirnya dapat menuju kepada apa yang mereka sebut sebagai ‘penggunungan es kembali’ di Kutub Utara.

“Tujuan utama gagasan ini adalah memulihkan ekosistem di kutub, yang memiliki efek langsung pada keseimbangan iklim global,” kata Faris di Dezeen “lebih baik mencegah daripada mengobati” tambahnya.

Para desainer menjelaskan, bahwa kapal akan tenggelam menuju bawah permukaan laut untuk mengumpulkan air laut yang ditampung dalam sebuah tangki. Selanjutnya, dilakukan proses desalinasi untuk menghilangkan garam yang terkandung menggunakan sistem reverse osmosis, sehingga air menjadi lebih mudah untuk dibekukan.

Melalui penggunaan turbin yang mempercepat proses pembekuan dengan udara dingin, air laut yang telah dimurnikan kemudian akan dibekukan menjadi gunung es berbentuk segi enam dan dilepaskan kembali ke lautan setelah sebulan. Selama proses ini, kapal akan kembali ke permukaan laut dan tangki akan ditutup untuk melindunginya dari sinar matahari.

Setelah air dibekukan, kapal akan tenggelam lagi, meninggalkan “bayi es” yang baru dilahirkan. Kumpulan gunung es mini ini kemudian akan digabungkan mengikuti pola sarang lebah untuk membentuk bongkahan es yang lebih besar lagi.

(via Dezeen)

Beberapa kapal dapat digunakan untuk terus menerus mengulangi proses dan secara bertahap membangun kembali lapisan es yang baru hingga dapat menggantikan es yang telah mencair.

Kapal selam akan cukup besar untuk mengakomodasi fungsi-fungsi tambahan seperti pusat penelitian kutub dan hotel bawah laut dapat membantu mendanai proyek seperti yang disarankan Faris.