BAGIKAN

Galaksi Bima Sakti, diperkirakan terdiri dari 200 miliar bintang, di mana setiap bintangnya bisa diorbit oleh paling tidak sebuah planet – sebagaimana Matahari yang dikelilingi oleh Bumi dan planet lainnya. Jika rata-rata galaksi yang ada di semesta berisi 100 miliar bintang, maka jumlah bintang di alam semesta ini, setidaknya adalah 100 miliar dikalikan 100 miliar. Bisa diperkirakan seberapa banyak planetnya, termasuk planet yang layak huni serta mendukung sebuah kehidupan seperti Bumi.

Pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah, apakah benar sebuah kehidupan hanya ada di Bumi dengan kemungkinan jumlah planet yang teramat sangat banyak ada di semesta?

Jika memang ada, “kemana saja mereka?”. Pertanyaan tersebut merupakan gagasan paling sederhana yang muncul dalam apa yang telah populer dikenal sebagai Pardoks Fermi.

Namun, mengapa sampai sekarang kita belum menemukan kehidupan atau bahkan peradaban lain selain di Bumi, berusaha dijawab oleh seorang ilmuwan Zaza Osmanov dari Free University of Tbilisi di Georgia. Menurutnya, karena para alien sebenarnya mengkin saja sudah lama berkeliaran menjelajah galaksi tanpa teramati, dikarenakan ukurannya yang teramat kecil hingga ke skala nano.




Meskipun terdengar agak konyol, namun ia sanggup memberikan berbagai perhitungan yang cukup terperinci yang mendukung gagasannya ini. Menurutnya, mungkin mereka berdengung di sekitar Alam Semesta dalam sebuah mesin berukuran teramat kecil yang panjangnya hanya satu nanometer saja (1 nanometer : 0,0000001 centimeter).

Studi baru ini didasarkan pada gagasan yang telah mapan dari penyelidikan John von Neumann. Sebuah gagasan yang mengatakan bahwa kita dapat mengirim pesawat luar angkasa yang dapat mereplikasi diri. Jadi, para alien sepertinya telah bepergian menjelajahi galaksi tanpa harus mengambil risiko dengan meninggalkan planet asal mereka sendiri.

Upaya-upaya sebelumnya untuk mengetahui bagaimana wahana ruang angkasa von Neumann bisa berfungsi telah terbentur oleh pemasalahan biasa. Misalnya replikasi diri membutuhkan pasokan material baru yang stabil, dan tidak jelas apakah ruang angkasa memiliki cukup planet yang cocok atau benda berbatu untuk dilewati sehingga pesawat tak perlu direpotkan jika kehabisan tenaga.

Untuk mengatasi masalah ini, Osmanov telah memperkecil skalanya. Wahana berukuran mikroskopis akan membutuhkan jauh lebih sedikit bahan bakar selama perjalanannya. Bahkan, bisa mengandalkan atom hidrogen dari debu antarbintang yang bertebaran.



Wahana skala nano ini, secara teori, akan jauh lebih efisien daripada yang pernah dibayangkan sebelumnya, dan dapat mereplikasi hanya dalam beberapa tahun – berkeliling Alam Semesta menjadi relatif cepat. Jumlahnya pun bisa menjadi sangat banyak (hingga tingkat triliunan miliar) dalam beberapa tahun cahaya singkat dari reproduksinya yang telah kokoh.

Jika memang benar demikian, maka akan tetap menyulitkan bagi kita untuk menemukan mereka. Menurut Osmanov, segerombolan penjelajah ini akan mengeluarkan emisi bercahaya saat mereka mengumpulkan proton selama penerbangannya.

Jika kita mampu melihat pada arah yang tepat, kita seharusnya dapat melihatnya, katanya, dan dengan asumsi bahwa pergerakan mereka dalam sebuah formasi, mereka mungkin terlihat seperti beberapa kilometer komet di bagian inframerah spektrum.

Gagasan bahwa bentuk-bentuk kehidupan lain mungkin ada di luar sana tetapi mungkin belum terlihat oleh kita – atau belum ingin terlihat – adalah sesuatu yang secara terus menerus dipertanyakan. Sampai ditemukan sebuah teknologi yang tepat dan berpeluang besar dalam mengamatinya.

“Semua hasil yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa jika seseorang mendeteksi objek aneh dengan nilai luminositas (jumlah energi yang dipancarkan) yang sangat tinggi, mungkin itu merupakan jejak yang baik untuk menempatkan objek tersebut dalam daftar kandidat wahana ekstraterestrial von Neumann,” tulis Osmanov.

Meskipun makalah Osmanov ini belum ditinjau oleh rekan sejawat, yang telah dipublikasikan di server pra-cetak arXiv.org, setidaknya membuka kemungkinan yang menarik tentang bagaimana peradaban lain suatu hari nanti dapat menjangkau kita.