BAGIKAN
(Public Domain)

Pada tahun 1970-an, Dr. Julianne Imperato dari Cornell Medical College di New York, pergi ke Republik Dominika untuk menyelidiki sebuah laporan tentang kemunculan anak-anak yang tampil seperti perempuan namun mengembangkan fitur maskulin yang biasanya dimiliki laki-laki.

Kondisi langka seperti ini dikenal dengan sebutan “Guevedoce”, yang secara sederhana diartikan sebagai “penis pada usia dua belas”. Dikenal juga dengan sebutan “Machihembras”, yang berarti “awalnya wanita, kemudian menjadi laki-laki.”

Seperti yang telah dilaporkan oleh BBC di tahun 2015, kasus luar biasa dari Guevedoce adalah kondisi yang mempengaruhi lebih dari 1 persen anak laki-laki yang lahir di Salinas, sebuah desa terpencil yang terletak di barat daya Republik Dominika.

Namun, Salinas bukan satu-satunya tempat di mana fenomena langka ini ditemukan. Di Sambian, sebuah desa di Papua Nugini, masyarakatnya menyebut anak-anak yang menderita kelainan ini sebagai “Turnims”, yang berarti “diharapkan menjadi seorang lelaki.”

Saat mencapai usia pubertas, para Guevedoce bisa mengalami semacam gejolak yang tidak biasa dirasakan kebanyakan remaja sebayanya, di mana perubahan psikologis muncul yang diiringi secara fisiologis.

“Saya merasa tidak enak, saya tidak lagi suka memakai rok, dan saya tidak lagi tertarik bermain dengan gadis-gadis. Yang ingin saya lakukan adalah bermain dengan senjata mainan dan anak laki-laki,” kata Johnny, salah seorang anak Guevedoce. Ia pernah dikenal sebagai Felicita dan dibesarkan sebagai seorang gadis yang pergi ke sekolah mengenakan gaun merah kecil.

“Seperti Guevedoce lainnya, Johnny dibesarkan sebagai seorang gadis karena ia tidak memiliki testis atau penis yang terlihat dan apa yang tampak adalah seperti vagina. Namun, ketika dia mendekati pubertas testis dan penisnya mulai terlihat”, tulis Mosley dalam The Telegraph di tahun 2015.

Jadi mengapa itu terjadi? melalui penelitiannya, Dr Julianne Imperato akhirnya mengungkap misteri apa yang sedang terjadi.

Pada saat pembuahan, kita semua mewarisi satu set gen dari orang tua kita yang pada saatnya akan menginstruksikan tubuh kita untuk menjadikan kita laki-laki atau wanita. Di mana sepasang kromosom X jika akan menjadi seorang perempuan dan satu set kromosom XY jika ditakdirkan untuk menjadi laki-laki.

Selama minggu-minggu pertama kehidupan di dalam rahim jenis kelamin belum dipastikan, meskipun pada kedua jenis kelamin puting mulai tumbuh.

Kemudian, sekitar delapan minggu setelah pembuahan, hormon-hormon seks masuk. Jika Anda secara genetis laki-laki kromosom Y menginstruksikan gonad Anda untuk menjadi testis dan mengirimkan testosteron ke suatu struktur yang disebut tubercle, di mana ia diubah menjadi hormon yang lebih kuat yang disebut dihidrotestosteron (DHT). Pada akhirnya, ini akan mengubah tuberkulum menjadi penis. Jika Anda perempuan dan Anda tidak memproduksi dihidrotestosteron, maka tubercle Anda menjadi klitoris.

Ketika Dr Imperato menyelidiki Guavadoces dia menemukan alasan mereka tidak memiliki alat kelamin pria saat lahir adalah karena mereka kekurangan enzim yang disebut 5-α-reduktase, yang biasanya mengubah testosteron menjadi dihidro-testosteron. Jadi mereka tampak seperti perempuan saat mereka dilahirkan, tetapi sekitar masa pubertas, ketika mereka mendapatkan lonjakan testosteron kembali, mereka menumbuhkan otot, testis dan penis.

Tanpa enzim 5-α-reduktase ini, tubuh tidak akan menciptakan hormon seks pria dihidrotestosteron, yang menghambat perkembangan organ seks pria – sampai menjelang usia pubertas, setidaknya, ketika tingkat testosteron yang meningkat terlambat, mengungkapkan bahwa Guevedoces pada dasarnya laki-laki .

Namun, pada masa pubertas, “genital eksternal pascakelahiran tampaknya merupakan klitoris dan labia yang ambigu,” tulis Elizabeth Kelley untuk ISSUES Berkeley Medical Journal.

[Johnny, via telegraph]
Anehnya, penemuan Imperato juga merupakan fondasi untuk sebuah merek obat “Finasteride“, yang digunakan oleh orang-orang di seluruh dunia memerangi pembesaran prostat dan kebotakan pada laki-laki.

Sedangkan untuk Johnny, pemuda yang dulunya adalah seorang gadis muda berharap bisa menemukan cinta sejati suatu hari nanti, menurut Mosley. Meskipun sejumlah pacar jangka pendek sejak melakukan transisi ke maskulinitas, Johnny masih mencari yang terbaik.

“Saya ingin menikah dan memiliki anak, pasangan yang akan mendukung saya melewati suka maupun duka”, katanya menghela nafas sedih.


Versi sebelumnya telah terbit di September 2018