BAGIKAN
(Wojciech Stephan/Czechowski et al., Journal of Hymenoptera Research, 2016)

Sebuah bunker di hutan Polandia barat telah mengurung kawanan semut yang terperangkap di dalamnya selama bertahun-tahun. Bunker yang terbuat dari beton ini merupakan bekas tempat penyimpanan amunisi senjata di era Soviet, bukanlah tempat yang ramah untuk ditinggali. Meskipun sesekali menjadi tempat persinggahan kawanan kekelelawar di musim dingin, namun tanpa sumber kehidupan yang jelas bagaimana koloni semut  sanggup bertahan?

Pada awalnya, di tahun 2010 para ilmuwan ingin mengamati kawanan kelelawar musim dingin dan secara mengejutkan menemukan populasi semut kayu berukuran besar ( Formica polyctena ) terperangkap di lantai bunker yang sanggup bertahan hidup tanpa sosok ratu, makanan, atau segala sesuatu yang biasanya dapat membuat semut nyaman.



Dalam artikel yang diterbitkan di Journal of Hymenoptera Research, para peneliti menunjukkan bahwa untuk tetap bertahan, koloni semut yang terperangkap di bunker telah memakan sesama mereka yang telah mati, dan berkat kehadaran semut pekerja dari sumber sarang yang berada di atas bunker.

Apa yang telah membuat beberapa semut terpenjara di dalam bunker adalah karena dari langit-langit bunker terdapat sebuah lubang ventilasi dari pipa besi yang telah berkarat. Tepat di atas bunker terdapat gundukan raksasa dari sarang semut.

Mungkin karena hal tersebut yang membuat jumlah semut yang terperangkap di lantai bunker selalu terisi ulang oleh beberapa semut yang naas berjatuhan. Ketika pertama kali ditemukan pada tahun 2013, koloni semut bawah tanah ini telah berjumlah hingga satu juta dan beberapa juta lainnya yang mati. Tidak ada reproduksi yang terjadi di dalam bunker.

(Czechowski et al., Journal of Hymenoptera Research, 2016)

Selama beberapa tahun, para peneliti melakukan perjalanan berulang-ulang ke bunker dan menyaksikan dengan takjub ketika populasi yang terisolasi ini terus berkembang dan bertahan meskipun kekurangan cahaya, panas, atau makanan yang pasti.



Sekarang, para ilmuwan akhirnya tahu bagaimana serangga yang terperangkap ini berhasil melewati kegetiran hidup yang keras: memakan sesamanya yang terperangkap secara massal.

Kanibalisme jelas dicurigai; Lagi pula, di tempat sempit tanpa cahaya sedperti bunker tak ada sumber makanan utama selain tubuh kawan-kawananya sendiri. Bahkan, sebuah artikel menunjukkan bahwa semut kayu diketahui mengonsumsi mayat rekannya sendiri ketika makanan langka selama peperangan teritorial di antara kawanan semut.

Dari pengamatan yang dilakukan oleh para peneliti terhadap semut-semut yang telah mati yang tersebar di dalam bunker, 93 persen dari 150 ekor semut mati yang di amati, tubuhnya banyak meninggalakan bekas gigitan dan lubang-lubang yang sepertinya telah digerogoti.

(Czechowski et al., Journal of Hymenoptera Research, 2016)

“Kelangsungan hidup dan pertumbuhan ‘koloni’ bunker selama bertahun-tahun, tanpa menghasilkan keturunan sendiri, dimungkinkan karena pasokan terus menerus dari pekerja baru dari sarang atas dan akumulasi mayat teman satu sarang,” para peneliti menyimpulkan dalam penelitian mereka.

“Mayat-mayat itu berfungsi sebagai sumber makanan yang tak habis-habisnya yang secara substansial memungkinkan kelangsungan hidup semut yang terperangkap dalam kondisi yang sangat tidak menguntungkan.”



Pada tahun 2016, para peneliti memasang papan kayu di bawah bunker, yang menghubungkan pipa ventilasi ke lantai bunker. Dalam waktu empat bulan, hampir semua semut yang terperangkap telah meninggalkan lantai bunker.

(Rutkowski et al., Jurnal Penelitian Hymenoptera, 2019)

Kini, setelah dipasangkan tongkat kayu yang menembus lubang ventilasi, setidaknya akan menyelamatkan semut-semut – atau hewan kecil lainnya – yang secara tidak sengaja terjerembab jatuh ke dalam bunker.