BAGIKAN
By Benjamint444 - Own work, GFDL 1.2, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=26449761

Jauh sebelum manusia mulai bertani, semut pemotong daun telah lebih dahulu mempraktikkan pertanian, sekitar 50 juta tahun yang lalu. Hasil panen pilihan mereka adalah jamur dari famili Lepiotaceae. Dalam simbiosis yang unik, semut pemotong daun membawa potongan daun ke sarang mereka untuk menjadi sumber makanan bagi jamur yang mereka budidayakan. Sebagai imbalannya, jamur memecah senyawa tanaman yang sulit dicerna oleh semut, menyediakan nutrisi penting bagi koloni semut.

Semut pemotong daun di Amerika Tengah dan Selatan memiliki cara unik untuk mendapatkan makanan. Mereka menciptakan kebun jamur sebagai sumber pangan utama mereka, dengan membentuk hubungan mutualistik dengan jamur tertentu. Semut ini memotong daun menjadi potongan-potongan kecil dan membawanya kembali ke sarangnya. Namun, semut-semut ini tidak memakan daun tersebut. Sebaliknya, mereka memberi makan potongan daun itu kepada jamur dari keluarga Lepiotaceae yang mereka budidayakan di dalam sarang mereka. Jamur ini mampu mencerna selulosa, molekul kompleks yang terdapat dalam dinding sel daun, yang tidak bisa dicerna oleh semut. Dengan cara ini, jamur mengubah selulosa menjadi karbohidrat yang dapat dimanfaatkan semut sebagai sumber makanan utama mereka.

Simbiosis Semut dan Jamur

Hubungan ini diperkirakan berasal dari Lembah Amazon dan telah berkembang menjadi lebih dari 250 spesies semut pemotong daun yang tersebar di Benua Amerika. Jamur menjadi satu-satunya sumber makanan bagi semut pemotong daun. Jika jamur tidak tumbuh subur, koloni semut akan punah, begitu pula jamur tanpa kultivator mereka.

Ted Schultz, seorang kurator semut di Smithsonian National Museum of Natural History, menjelaskan bahwa jamur ini mirip dengan tanaman hasil budidaya manusia yang begitu dimodifikasi sehingga tidak lagi ditemukan dalam bentuk aslinya di alam liar. Jamur yang dibudidayakan semut hanya dapat hidup dalam hubungan simbiosis ini.

Proses Pembentukan Kebun Jamur

Pembuatan kebun jamur dimulai ketika ratu semut baru meninggalkan sarangnya untuk mendirikan koloni baru. Ratu ini membawa sebagian dari jamur yang telah ada di sarang lama dan menanamkannya di sarang baru. Selama sebulan pertama, ratu semut merawat kebunnya sementara menunggu pekerja semut dewasa untuk membantu dalam merawat kebun. Pekerja semut yang lebih kecil bertugas merawat benih-benih jamur dan kebun, sementara pekerja yang lebih besar mencari daun untuk dijadikan bahan makanan jamur dan merawat sarang.

Setelah daun yang dipotong dibawa kembali ke sarang, pekerja semut akan membersihkan potongan daun dan mengubahnya menjadi pasta dengan mencampurnya dengan air liur mereka. Pasta ini kemudian digunakan untuk membangun kebun jamur baru. Mereka menanamkan bagian dari jamur yang ada ke dalam pasta daun tersebut, yang kemudian tumbuh menjadi jamur yang disukai oleh semut. Semut-semut ini sangat teliti dalam merawat kebun mereka, dengan membersihkan kebun dari jamur-jamur yang tidak diinginkan dan menjaga kebersihan area tersebut dengan mengeluarkan jamur yang terinfeksi.

Semut pemotong daun memiliki sistem pembagian tugas yang sangat terorganisir. Semut pekerja kecil merawat telur dan kebun jamur, sedangkan semut pekerja besar mencari daun dan menjaga sarang. Perbedaan ukuran ini, yang disebut polimorfisme, dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

Strategi Menghindari Kontaminasi

Daun yang membusuk adalah habitat ideal bagi mikroba, sehingga menjaga kebersihan kebun jamur menjadi tantangan besar. Untuk itu, semut pemotong daun memiliki berbagai strategi:

  • Pembersihan dan Penyiangan: Semut membersihkan puing dan bagian yang terinfeksi hama di kebun mereka. Mereka bahkan memisahkan area limbah untuk menjaga kebersihan.
  • Grooming: Semut menjilati jamur untuk menghilangkan spora asing dan mencegah kontaminasi.
  • Sekresi Antimikroba: Semut menyebarkan tetesan feses kaya enzim ke kebun jamur, yang membantu mencegah serangan hama dan mikroba. Selain itu, semut mengeluarkan asam fenilasetat dan asam lemak rantai pendek dengan sifat antimikroba.

Peran Mikrobioma Semut

Selain memproduksi molekul antimikroba, semut juga memanfaatkan bakteri mutualis seperti actinobacteria untuk melindungi kebun mereka dari jamur hama. Bakteri ini, yang sering menempel di tubuh semut, terutama di bagian perut, menghasilkan antibiotik yang hanya menyerang jamur hama tanpa merugikan jamur yang dibudidayakan.

Beberapa koloni semut memang kalah melawan jamur hama, tetapi sebagian besar berhasil bertahan. Banyaknya mutualis yang dimiliki semut membuat hama sulit mengembangkan resistansi terhadap antibiotik. Hubungan mutualisme ini menunjukkan bagaimana semut dan bakteri mutualisnya berevolusi untuk mempertahankan kebun jamur selama ribuan tahun.

Evolusi Simbiosis

Seiring waktu, semut kehilangan kemampuan untuk memproduksi beberapa nutrisi penting dan sepenuhnya bergantung pada jamur. Kebun jamur mereka berfungsi sebagai sistem pencernaan eksternal yang dapat dimakan. Simbiosis ini terus berevolusi dan menunjukkan bagaimana hubungan yang saling menguntungkan dapat bertahan selama jutaan tahun.

Semut pemotong daun bukan hanya petani awal, tetapi juga ahli dalam menjaga kebun jamur mereka tetap sehat. Dengan strategi pertanian, pengelolaan, dan perlindungan yang canggih, hubungan antara semut dan jamur mereka menjadi salah satu contoh simbiosis yang paling sukses dan menarik di alam.

Dampak Ekologis dan Persebaran

Kebun semut ini tidak hanya penting bagi kehidupan semut itu sendiri, tetapi juga berdampak besar pada ekosistem sekitar. Semut pemotong daun dapat menyebabkan kerusakan besar pada tanaman di tropis, karena mereka memangsa hampir seluruh daun tanaman yang mereka temui. Di daerah tropis, mereka dikenal sebagai hama yang serius, merusak tanaman seperti pohon jeruk dan pohon lainnya. Meskipun demikian, mereka juga berperan penting dalam mengendalikan pertumbuhan tanaman tertentu dengan cara memotong daun dan menciptakan ekosistem yang sangat khusus di dalam sarang mereka.

Dengan kemampuan untuk membangun kebun jamur yang sangat terorganisir dan mengelola ekosistem mereka dengan teliti, semut pemotong daun telah menjadi contoh menarik dari hubungan simbiosis yang berlangsung selama jutaan tahun. Kebun semut ini menunjukkan betapa adaptifnya mereka dalam menghadapi tantangan lingkungan dan bagaimana mereka berhasil memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk bertahan hidup.

Ilmuwan mengetahui bahwa hubungan antara semut pemotong daun dan jamur telah berlangsung selama sekitar 50 juta tahun berdasarkan bukti fosil, analisis genetik, dan studi evolusi molekuler. Berikut adalah cara utama mereka mendapatkan informasi tersebut:

1. Bukti Fosil

  • Fosil sarang semut dan jamur: Fosil dari sarang semut purba menunjukkan struktur yang mirip dengan kebun jamur modern. Sarang ini mengandung bukti aktivitas semut, seperti terowongan dan ruang yang sesuai dengan cara semut menanam jamur saat ini.
  • Fosil daun dengan bekas potongan: Ada bukti fosil daun dari jutaan tahun lalu yang menunjukkan pola potongan khas yang dibuat oleh semut pemotong daun.

2. Analisis Genetik

  • Jamur spesifik: Jamur yang dibudidayakan oleh semut pemotong daun hanya ditemukan di lingkungan semut dan tidak memiliki populasi liar yang mandiri. Analisis genetik menunjukkan bahwa jamur ini telah berevolusi bersama dengan semut selama jutaan tahun.
  • Jamur dan semut co-evolve: Studi DNA mengungkapkan bahwa jamur dan semut telah berbagi sejarah evolusi yang sangat erat selama sekitar 50 juta tahun, yang menunjukkan hubungan simbiosis lama.

3. Jamur Tidak Ada di Alam Liar

  • Jamur yang ditanam semut telah begitu tergantung pada semut sehingga tidak dapat bertahan hidup tanpa mereka. Hal ini menunjukkan proses adaptasi dan domestikasi yang panjang.

4. Perbandingan dengan Spesies Lain

  • Ilmuwan membandingkan semut pemotong daun dengan spesies semut lain yang juga membudidayakan jamur tetapi dalam cara yang kurang kompleks. Analisis ini menunjukkan bahwa nenek moyang mereka mulai “bertani” jamur sekitar 50 juta tahun lalu, dengan kompleksitas yang meningkat seiring waktu.

Melalui gabungan data fosil, genetika, dan ekologi, para ilmuwan dapat merekonstruksi sejarah panjang hubungan antara semut pemotong daun dan jamur yang mereka budidayakan.