BAGIKAN
Jan Kopřiva / Unsplash

Untuk pertama kalinya, ilmuwan berhasil memproduksi bisa ular di dalam laboratorium. Keberhasilan ini membuka jalan bagi pengembangan obat-obatan jenis dan penangkal racun ular berbisa tanpa perlu mengembangbiakkan untuk kemudian diambil bisanya.

Jenis racun yang berhasil diproduksi melalui kelenjar mini buatan yang disebut organoid. Kelenjar buatan ini bekerja dengan mengadaptasi pertumbuhan organ tubuh manusia yang disederhanakan. Teknologi ini telah banyak membantu para ilmuwan dalam banyak proyek riset di bidang sains dan medis.

Organoid adalah istilah yang digunakan untuk sistem sel yang dikembangkan di laboratorium untuk meniru karakteristik organ atau jaringan. Dan sebelum ini, para ilmuwan berhasil menumbuhkan jaringan organoid “otak mini” dari sel punca manusia dan tikus yang telah dilengkapi dengan jaringan syaraf. Dan dengan teknik yang sama, para ilmuwan kini menumbuhkan kelenjar bisa ular di lab.


Para peneliti menumbuhkan organoid kelenjar bisa ular jenis cape coral snake (Aspidelaps lubricus cowlesi) dan tujuh spesies ular lainnya. Dan para peneliti juga mengatakan bahwa keberhasilan ini merupakan terobosan baru dari metode sebelumnya yang mengharuskan mereka mengembang biakan ular untuk mengambil bisanya.

“Lebih dari 100.000 orang telah mati karena gigitan ular setiap tahun. Kasus-kasus tersebut banyak terjadi di negara-negara berkembang,” kata ahli biologi molekuler Hans Clevers dari Utrecht University di Belanda. “Dan metode dalam memproduksi anti bisa ular ini tidak pernah berubah sejak abad ke 19.”

Dengan penyempurnaan pengembangan proses terbaru dalam menumbuhkan organoid manusia -termasuk didalamnya mengurangi temperatur agar sesuai dengan temperatur tubuh reptil – para peneliti mampu menemukan formula tepat yang mampu mensupport pertumbuhan organoid kelenjar bisa ular.

Sejumlah kecil jaringan yang diambil dari embrio ular dimasukkan ke dalam material gel yang telah ditambahkan protein alami “growth factor” tanpa melalui sel punca – organoid pada manusia dan tikus biasanya ditumbuhkan melalui sel punca.

Sel-sel yang tumbuh kemudian secara cepat membelah diri dan mulai membentuk struktur, menghasilkan banyak sampel jaringan dalam jangka waktu beberapa bulan saja. Dan akhirnya membentuk gumpalan putih kecil dimana bisa ular bisa diambil darinya.

Setidaknya ada empat tipe sel yang berbeda yang teridentifikasi oleh para peneliti dari kelenjar bisa ular buatan ini. Mereka juga mengkonfirmasi peptida bisa ular yang terbentuk ternyata aktif secara biologis, mirip dengan bisa ular sesungguhnya.


Organoid kelenjar bisa ular (Ravian Van Ineveld/Princess Maxima Center)

“Kami mengetahui bahwa sel-sel yang menjadi bagian hormon jenis ini terbentuk dari sistem sekretori seperti pankreas dan usus.” Kata Joep Beumer, seorang ilmuwan pertumbuhan biologis dari Utrecht University.

Pemanfaatan bisa ular dalam pengembangan obat-obatan dan juga berbagai jenis pengobatan telah dilakukan semenjak zaman Romawi kuno. Di era modern ini, pengembangan obat-obatan untuk memerangi penyakit kanker hingga penyakit ambeien dilakukan dengan bantuan racun yang terdapat pada bisa ular.

Dengan akses yang cepat dan terkontrol untuk mendapatkan bisa ular maka pengembangan obat-obatan dan juga pengobatan berbagai penyakit semakin mudah dilakukan dan juga dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lebih singkat.

Selain bermanfaat untuk pengembangan obat-obatan, organoid bisa ular ini akan mempermudah dan juga mempercepat pengembangan antidot penangkal racun ular – karena telah banyak orang yang mengalami kematian, luka dan cacat akibat gigitan ular berbisa – penemuan ini akan banyak membawa perubahan.

“Ini adalah sebuah terobosan baru,” kata ilmuwan toksikologi bisa ular Jose Maria Gutierrez dari the University of Costa Rica.

“Penemuan ini membuka banyak kemungkinan bagi para ilmuwan untuk bisa mempelajari berbagai aspek dalam bidang biologi sel dari juga sel-sel sekresi hingga pada level yang terkecil, yang dulunya belum bisa dilakukan.”

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam Cell.